Gus Dur, Bapak Demokrasi Papua

Selasa, 26 Januari 2010 – 08:00 WIB

JAYAPURA--Peringatan 10 tahun pengembalian nama Papua, sebelumnya Irian Jaya, dilakukan secara meriah di Gedung Olahraga (GOR) Cenderawasih, Jayapura, Papua, kemarin (25/1)Acara yang sarat dengan nuansa adat itu pun menjadi momen bagi masyarakat Papua untuk memberikan penghargaan kepada mantan Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur

BACA JUGA: Uang Nasabah Hanya Sisa Rp30 Ribu

Pasalnya, saat menjabat presiden, Gus Dur mengembalikan nama Irian Jaya menjadi Papua.

Bahkan, acara itu sendiri bertama "Gus Dur, 10 Tahun Kembali Nama Papua", 1 Januari 2000 - 1 Januari 2010
Lewat acara itu, Gus Dur diberi julukan oleh rakyat Papua sebagai Bapak Demokrasi Papua

BACA JUGA: Di Sidang Kenakan Tabung Oksigen

Dalam kesempatan ini, Konsensus Nasional Papua memberikan penghargaan kepada keluarga Gus Dur dengan cenderamata berupa Burung Cenderawasih yang diserahkan kepada Inayah Wahid
Inayah Wahid mewakili keluarga Abdurahman Wahid menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Papua

BACA JUGA: Warga Timor Leste Jadi PNS di NTT



Ketua Dewan Adat Papua (DAP) Forkorus Yoboisembut mengatakan, acara ini sebagai ungkapan atau penghargaan kepada orang yang berjasa kepada tanah Papua"Sebagai masyarakat yang tahu adat dan menghargai orang lain sehingga dibuat acara ini," ujarnya

Forkorus mengatakan Gus Dur telah membantu rakyat di Papua, sehingga wajar saja jika rakyat Papua memberikan apresiasi tersebut dengan menggelar perayaan "Gus Dur, 10 Tahun Kembali Nama Papua" tersebutMenurutnya, Abdurahman Wahid dinilai berjasa dan ibarat orang setengah malaikat yang menyelamatkan orang Papua dari tekanan, teror, intimidasi bahkan ancaman hingga pembunuhan"Kami juga bahas dalam forum DAP, beberapa penghargaan dalam bentuk tuntutan seperti Bapak Demokrasi Papua, mungkin akan ada penghargaan bentuk lain untuk beliau dan keluarganya," katanya.

Gus Dur dianggap orang besar yang berjasa bagi rakyat Papua sehingga masyarakat memberikan cenderamata burung Cenderawasih yang memang diberikan khusus kepada tokoh atau orang-orang besar di Papua"Burung itu dari dulu tidak bisa dipakai sembarang orang," imbuhnya

Sedang Inayah Wahid mengaku terharu dan bangga atas penghargaan ini"Dan, ini merupakan bentuk perjuangan bapak selama ini," ujarnyaMenurutnya, penghargaan ini akan benar-benar menjadi penghargaan jika melakukan penghargaan yang sebenar-benarnya yakni menghidupkan nilai - nilai Gus Dur dan membawa Gus Dur tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari"Tujuan kita yang utama agar prinsip-prinsip bapak terhadap Indonesia dan Papua itu tercapaiItu yang akan selalu kita perjuangkanYang pasti kita bisa melihat ketika tadi bahwa nama Papua sudah ada, namun isinya belum ada, belum seperti yang diinginkan, sehingga teman-teman dari suku lain harus bergandengan tangan untuk menciptakan itu karena jika tidak  bersatu dan bekerja sendiri maka tidak akan tercipta yang namanya Indonesia," imbuhnya

Lili Chadijah Wahid, adik kandung Gus Dur, juga hadir di acara itu"Saya berharap semangat Gus Dur, untuk mengembalikan nama Papua tetap hidup di Tanah Papua, meski sampai kapan punGus Dur diusulkan sebagai Bapak Demokrasi Papua, mudah-mudahan demokrasi di Papua berjalan dengan baik," ujar Lili yang juga anggota Komisi I DPR itu.

"Jangan sampai ada lagi, sebuah kondisi dimana rakyat tanah Papua distigmakan makarTapi rakyat Papua yang harus berjuang meraih kesejahteraan yang sama dengan saudara yang di belahan dunia lainContoh Barak Obama, artinya Tuhan tidak membedakan semua manusia, yang penting tekat kita untuk memperbaiki diri," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, Lili juga menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Theys Hiyo Eluay dan Kelly Kwalik"Bagi saya beliau berdua memperjuangkan apa yang dicita-citakan rakyat Papua, dengan segenap jiwa dan raga iniItu jadi contoh, karena seharusnya Papua tidak hidup dalam keadaan miskin, Tuhan beri tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpahMari bersama gandeng tangan untuk membangun Papua, dan kita hormati Gus Dur dengan menjalin kasih sayang," sambungnya.

Sementera, Don A.L Flassy dalam renungannya secara jelas menyebutkan, Gus Dur adalah Douwes Dekker Papua dengan keterangan bahwa ada upaya kesetaraan antara Belanda dan Indonesia, demikian juga Indonesia dengan PapuaSelain itu, Papua akan menjadikan bulan Januari sebagai Hari Gus Dur setiap dasawarsaTidak hanya itu, jelas Don Flassy, sekalipun Gus Dur diposisikan menjadi pahlawan nasional Indonesia, namun Papua juga telah siap menjadikan Gus Dur salah satu Pahlawan Papua sebagaimana Gus Dur telah juga memposisikan pemimpin Papua Theys Hiyo Eluay menjadi Pahlawan Nasional

"Selama 10 tahun kembalinya Nama Papua, Tuhan memberkati tanah dan rakyat di Papua dan kita bersihkan korupsi dan membuka ruang demokrasi di Tanah PapuaWujudkan Papua Baru-Indonesia Baru melalui semangat Gus Dur 10 Tahun Kembali Nama Papua, kita tegakkan wibawa kepemerintahan dan etika birokrasi di Tanah Papua," jelas Flassy.

Flassy menyatakan, Gus Dur memang memiliki nama besar bagi dunia, karena semasa hidupnya, Gus Dur telah memposisikan diri selaku seorang humanis yang senantiasa peduli dengan masalah manusia di manapunKebekuan di berbagai belahan bumi ditangani dan diatasi dengan bijaksana, diantaranya yang menonjol adalah menjembatani Islam-Yahudi dan Kristen tanpa ragu"Seorang teman dari bangsa Palestina dan Dunia Arab, tetapi juga teman dari bangsa IsraelAlmarhum juga adalah guru bangsa dan guru demokrasi di IndonesiaSama halnya dengan Soekarno Presiden RI pertama, Gus Dur juga mengemuka dengan pluralisme, pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga dapat diamandemen pada masa beliau menduduki jabatan presiden," jelasnya

Don Flassy mengatakan, selaku pribadi yang mengemuka dengan pluralisme, Gus Dur dengan kiat-kiat humanismenya, telah menjadikan diri pemimpin yang peduli terhadap hati nurani rakat dan para minoritas serta pihak yang lemah, sehingga untuk itu berupaya sungguh-sungguh melakukan perubahan, termasuk mewujudkan 'Mengembalikan Nama Papua' pada 1 Januari 2000 lalu

Karenanya, para pemimpin Papua dengan nama Konsensus Nasional Papua memutuskan untuk menyelenggarakan perayaan dalam memperingati peristiwa bersejarah ini dengan memberikan mandat kepada Zadrak Taime, Laurens Mahue, Dominggus Aronggear untuk membentuk panitia penyelanggaran dan berkomunikasi dengan semua pihak guna suksesnya acara bersejarah tersebut

Disebutkan, keputusan perayaan "Gus Dur, 10 Tahun Kembali Nama Papua" ini telah ditetapkan 16 Desember 2009 setelah berdiskusi dengan berbagai pihak agar kegiatan ini terselenggaraDari perjuangan jati diri yang panjang dan melelahkan rakyat di negeri ini, yang sebelumnya disebut Irian Barat atau Irian Jaya akhirnya memperoleh kembali nama yang menunjukan jati dirinya, yakni Papua"Saat itu, Gus Dur sebagai presiden mengumandangkan 'Mulai hari ini, negeri dan rakyat di sini kembali mendapat nama Papua'," papar mengulang kalimat Gus Dur.

Maka sejak saat itu resmilah nama Papua kembali menggantikan nama Irian yang berkonotasi tidak pantas dari bahasa Arab yakni telanjang, budak, kafir dan sarat dengan muatan politik: Ikut Republik Indonesia Anti Nederland atau juga itu negeri anti Nederland, selain juga nama Irian Jaya pasca Pepera yang sesungguhnya tidak benar-benar jaya karena meskipun memang tercatat ada kemajuan tetapi sering dengan itu banyak juga pengalaman buruk yang mengakibatkan keterisolasian, keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, pembiaran, keterlantaran, termasuk penderitaan karena pelanggaran HAM yang lama dan berlarut-larut.

Dijelaskan, kembalinya nama Papua termasuk salah satu dari 3 kebijakan Gus Dur yang selain itu juga mengizinkan pengibaran bendera Papua 'Bintang Fajar" di samping bendera Merah Putih termasuk penyelenggaraan Kongres Nasional Papua ke-2 didahului dengan Musyawarah Besar Papua adalah juga merupakan satu dari 7 tuntutan politik yang disampaikan Theys Hiyo Eluay pada upacara bendera, 1 Desember 1999.  "Tujuan peringatan ini, kata Don Flassy, untuk tetap mempertahankan hidup berdampingan yang luhur, penuh damai, bermartabat, saling menghormati,  penyelesaian komprehensif di Tanah Papua ke depan dalam kesetaraan yang beradab. 

Selain itu, untuk menata Indonesia Baru dan Papua Baru demi tercipta hidup berdampingan antara dua bangsa bertetangga Indonesia-Papua yang memiliki sejarah penjajahan dan proses pembangsaan yang relatif sama sebagaimana telah disuarakan Bapak Papua Nicholas Jouwe, sebagaimana kebajikan kemanusiaan dan peradaban.

"Pengembalian Papua adalah bukti bahwa masalah Papua hanya dapat diselesaikan antara rakyat Papua bersama dengan pemerintah dan bangsa IndonesiaMeskipun kita sangat menghargai dan menerima baik adanya simpati dan campur tangan asing yang memiliki kekuatan tertentu, namun haruslah diakui sebatas dukungan dalam rangka penyelesaian dan sama sekali bukan penentuMasalah Papua adalah murni tuntan nurani rakyat Papua bersama pemerintah dan bangsa Indonesia untuk menemukan jalan penyelesaian mencapai kesetaraan," tandasnya

Sekjen PDP Thaha Alhamid mengatakan, acara ini sebenarnya sebuah refleksi 10 tahun nama Papua dikembalikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid dan menjadi instrospeksi apakah dengan pengembalian nama itu semua masalah di Papua akan selesai"Pertanyaan penting, sesudah nama itu kembali, apakah juga peradaban Papua kembali" Apakah juga kelakuan orang Papua kembali dan sampai sekarang ini kita harus terus menerus berusaha untuk mengisi substansi dari nama itu, supaya peradaban, kehidupan ekonomi terutama betul-betul bisa memanusiakan orang Papua," jelasnya

Hal itu, jelas Thaha, merupakan tanggungjawab besar dari pemerintah"Sedih sekali hari ini, saya lihat hanya rakyat yang kumpul melakukan refleksi ini, sementara pemerintah berdiam diri dan tidak merasa perluPaling tidak MRP harus punya tanggungjawab untuk terus menerus mengisi substansi dari nama itu," ujarnya

Untuk itu, lanjut Thaha, gaung ini harus ditangkap terutama oleh penyelenggara pemerintahan supaya bisa menterjemahkan apa yang dimaksud dengan mengisi substansi dari sebuah nama"Gus Dur pernah bilang saat kami bertemu bersama pak Tom Beanal pada tahun 2008, ia bilang, ia sedih sekali karena betapapun nama sudah dikembalikan, namun ketika ia datang ke Papua tapi ia tidak melihat Papua, di bidang ekonomi, ia tidak melihat orang Papua hebat di bidang sosial budaya, dan lainnyaIni tugas kita, kata Gus Dur, tapi saya kira ini harus dilakukan semua orang di Papua terutama petinggi di Papua," ujarnya(bat/fud/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga AS Korban Penembakan di Freeport


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler