jpnn.com - JAKARTA - Ketua Komite Konvensi Rakyat Salahuddin Wahid mengatakan, ada tiga syarat yang harus dimiliki seseorang untuk bisa menjadi pemimpin Indonesia pada 2014 mendatang. Tiga syarat utama itu adalah karakter yang bertumpu pada integritas, kemampuan atau kompetensi, dan tingkat keterpilihan.
Karenanya, Konvensi Rakyat diharapkan bisa menampilkan tokoh-tokoh yang punya konsep dan kemampuan mengatasi berbagai masalah bangsa. “Sayang sekali, kini tiga kriteria utama itu dikalahkan oleh kepentingan pragmatis. Lebih banyak yang memaknai pemimpin dalam arti sempit, hanya fokus pada popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas,” ujar Salahuddin Wahid, di Jakarta, Kamis (21/11).
BACA JUGA: Bahas Persoalan Pemilu, Paloh Temui Megawati
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Jawa Timur itu, untuk mengetahui karakter atau integritas seseorang, bisa dilihat pada rekam jejak si tokoh.
Menurutnya, masyarakat Indonesia cepat lupa terhadap rekam jejak seorang tokoh. Bahkan orang pernah mendapat hukuman pidana, mendapat kembali hak untuk dipilih lima tahun setelah selesai menjalani hukuman.
BACA JUGA: Hina Menlu RI, Tony Abbott Didesak Pecat Textor
“Sedangkan untuk mengetahui kemampuan seseorang atau apa yang akan dilakukannya kalau terpilih menjadi pemimpin, biasanya si tokoh mensosialisasikan visi dan misinya. Dari sini kita bisa mengetahui pemahaman si calon terhadap berbagai masalah yang ada. Konvensi Rakyat berusaha menggali visi, misi, konsep, dan kemampuan calon presiden dalam memimpin Indonesia ke depan,” katanya.
Tokoh yang akrab disapa Gus Solah ini berpendapat, ada sejumlah masalah utama yang membelit bangsa Indonesia. Di antaranya, penegakan hukum dengan titik berat pemberantasan korupsi, perbaikan birokrasi pemerintah, dan kebijakan ekonomi yang memperhatikan pemerataan dan prorakyat.
BACA JUGA: Flo Ditenggat Mengadap Penyidik Tiga Hari Lagi
Problem utama lainnya adalah terpenuhinya hak dasar rakyat Indonesia, seperti ketersediaan dan keterjangkauan bahan makanan, hak belajar, hak atas pelayanan kesehatan, dan hak atas pekerjaan yang layak.
“Komite Konvensi Rakyat beranggapan politik terlalu penting untuk hanya diserahkan kepada partai politik dan para politisi saja. Oleh karenanya kita semua mesti peduli terhadap pemilihan umum, jangan golput atau tidak mau mencoblos dalam pemilu mendatang,” ujar Gus Solah.
Menurut Asep Warlan Yusuf, Anggota Komite Konvensi, dalam kaitannya dengan memilih dan menentukan pemimpin Bangsa ke depan tidak terlepas dari kualitas dan keberdayaan masyarakatnya. Tantangan untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban merupakan agenda sangat besar bagi pemerintahan Indonesia yang baru.
Ditekankan oleh Asep Warlan Yusuf, kini saatnya momentum bagi masyarakat Indonesia untuk memilih pemimpin yang berkualitas, kredibel, dan bersih. "Dalam suasana kebatinan politik seperti ini, masyarakat harus proaktif untuk mencari dan menemukan tokoh yang akan memimpin diri dan bangsanya," kata Guru Besar Universitas Parahyangan, di Bandung, Kamis (21/11).
Konvensi Rakyat 2014, Asep Warlan Yusuf menambahkan, mestinya dimaknai secara positif oleh partai politik. Karena dengan adanya Konvensi Rakyat ini, partai politik seharusnya merasa terbantu. "Partai politik tidak akan kesulitan mencari figur untuk dicalonkan sebagai kandidat capres cawapres, karena selain memiliki kader partai internal, Konvensi Rakyat juga akan memberikan alternatif calon yang kapabel," ujarnya.
Melalui serangkaian dialog publik di berbagai kota, lanjut dia, diharapkan para akademisi, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, budayawan dan rohaniawan dapat mengkritisi para peserta konvensi. Konvensi Rakyat juga akan mengadakan survei terhadap nama-nama yang ikut kegiatan Konvensi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterpilihan mereka. (mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Legislator Rusia Dukung Sikap Tegas Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi