Hadapi Terorisme, Coba Aktifkan Lagi Koopssusgab TNI

Rabu, 16 Mei 2018 – 06:58 WIB
Polisi melumpuhkan pengunjung yang diduga sebagai teroris diamankan di ujung Jalan Karet yang menuju ke Polrestabes Surabaya. Foto: ABDULLAH MUNIR /RADAR SURABAYA

jpnn.com, JAKARTA - Rencana Presiden Joko Widodo menghidupkan kembali satuan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI untuk menangani terorisme, dinilai sebagai pilihan tepat oleh pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati.

"Keinginan presiden untuk menghidupkan kembali Koopssusgab TNI sudah tepat sesuai amanat Undang-undang Pertahanan Negara dan UU TNI," kata Susaningtyas di Jakarta.

BACA JUGA: Berantas Terorisme, Kapolri Diapresiasi Raja Jordan

Untuk mengaktifkan kembali satuan komando tersebut diperlukan Peraturan Presiden terkait tugas Koopssusgab TNI agar bisa bersinergi dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Hal itu sebagai salah satu kebijakan presiden.

Saat ini, katanya, komando pasukan khusus dan komando satuan khusus masih di bawah pembinaan masing-masing angkatan. Hal tersebut karena tugas pokok dan fungsi pasukan tersebut adalah pelengkap pasukan reguler.

BACA JUGA: ASEAN-Australia Harus Berperan di Kawasan Samudera Hindia

Pasukan khusus dibentuk sebagai ujung tombak pasukan reguler di masing-masing angkatan dalam skala perang terbuka.

“Setiap pasukan khusus memiliki standar keahlian yang berbeda sesuai ciri khas dan karakteristik setiap operasi tempur," tambah mantan politikus Senayan ini.

BACA JUGA: Napi Kasus Terorisme Perakit Bom Segera Bebas

Kepala Staf Presiden Moeldoko sebelummya mengusulkan kepada presiden untuk menghidupkan kembali Koopssusgab TNI, guna memberantas terorisme pascakerusuhan di Rutan Salemba Cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

"Sudah saya sampaikan ke presiden dan beliau sangat tertarik untuk dapat dihidupkan kembali," kata Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (11/5) lalu.

Nantinya pasukan pasukan elite yang tergabung dalam satuan itu antara lain, Komando Pasukan Khusus atau Kopassus dari TNI AD, Detasemen Jalamangkara (Denjaka), dan Detasemen Bravo 90 dari TNI AU. 

Menurut mantan Panglima TNI itu, persoalan terorisme saat ini bukan lagi ancaman potensial, tetapi sudah faktual. Di hampir semua negara, terorisme dianggap sebagai high intensity sehingga memerlukan penanganan khusus.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Polisi Tewas Karena Serangan Teroris


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler