jpnn.com - JAKARTA -- Terdakwa kasus suap sengketa pilkada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Hambit Bintih, tidak terima dengan sejumlah keterangan dari Ketua DPD Golkar Kalteng Rusliansyah.
Pasalnya, menurut Hambit, Rusliansyah seolah tidak tahu menahu pembicaraan antara Hambit dan Chairun Nisa saat pertemuan untuk mengurus sengketa pilkada tersebut.
BACA JUGA: RUU KUHAP Diprotes, DPR Salahkan Pemerintah
Saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (6/2) Rusli kepada hakim mengaku tidak tahu pembicaraan antara Chairun Nisa dan Hambit Bintih dalam di Hotel Sahid, Jakarta, pada 19 September 2013 lalu.
Hambit mengatakan, Rusli tak mungkin tidak mengetahui pertemuan yang membahas sengketa pilkada itu. Justru, kata Hambit, Rusli yang terus menerus mencarinya dan menawarkan diri untuk mengurus sengketa pilkada tersebut.
BACA JUGA: Desak SBY Luluskan Seluruh Guru Honorer K2
"Waktu itu beliau (Rusli) telepon, tanya 'Pak Hambit posisi dimana', saya di Jakarta. Dia bilang, 'Saya nyusul ya soalnya saya dikejar-kejar nih sama Jaya Samaya Monong (calon bupati Gunung Mas, pesaing Hambit) karena habis dari Walikota Banjar Baru. Walikota menyerahkan ke saya urusannya'," kata Hambit saat memberikan tanggapan atas kesaksian Rusli di depan majelis hakim.
Setelah melakukan pembicaraan via telepon, keduanya sepakat bertemu di Hotel Sahid, Jakarta, tempat Hambit menginap selama di Jakarta. Sekitar pukul 11.00 WIB, Rusli kembali menghubungi Hambit.
BACA JUGA: Dua Pengusaha Tagih Uang untuk Suap Akil
"Rusli bilang, 'Saya bawa Ibu (Chairun Nisa)'. Jadi yang bawa Ibu ke Sahid itu Rusli, bukan saya minta Ibu datang. Karena saya sudah lama kenal Ibu ini, sudah berpuluh tahun. Kalau sudah sebut Ibu, ini pasti Bu Chairun Nisa," papar politikus PDIP itu.
Pembicaraan antara Hambit, Rusli dan Nisa di Hotel Sahid hanya berlangsung selama 20 menit. Hambit menegaskan, Rusli ikut bergabung dalam pertemuan itu.
"Jadi bukan Pak Rusli tidak ikut. Saya bilang, 'Ibu saya ada persoalan pilkada. Saya sudah menang'. Bu Nisa bilang, 'kalau sudah menang ya tenang saja Pak Hambit, pede'. Saya bilang, 'kita berhati-hati Bu, sekarang ini persoalan Pilkada banyak masalah'," tuturnya.
Saat pembicaraan itu, kata Hambit, Rusli menyimak dengan sangat baik. Bahkan, Rusli menyela pembicaraan Hambit dan Nisa dengan mengajukan dirinya ikut membantu mengurus masalah tersebut.
Rusli mengaku sudah pernah membantu pengurusan sengketa pilkada untuk walikota di MK sehingga berpengalaman. Namun tawarannya ini ditolak Nisa.
"Kata Pak Rusli, 'Begini saja Bu Nisa, saya yang urus Walikota yang kemarin'. Kata Bu Nisa, 'Nggak mau saya, kemarin antar uang Rp500 juta bawa cash lagi'," ucap Hambit mengutip pembicaraan keduanya.
Dari hasil pertemuan itu, Chairun Nisa akhirnya memutuskan untuk menghubungi Akil Mochtar yang saat itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi. Setelah itu pertemuan selesai.
Hambit pun mengaku selama ini jarang berkomunikasi dengan Rusli. Justru, Rusli yang kerap menghubunginya lebih dulu.
Sejak awal sebenarnya, kata dia, Chairun Nisa sudah mengingatkannya soal perilaku Rusli yang kurang baik.
"Saya kan pernah tanya juga ke Ibu Chairun Nisa, 'bagaimana Rusli ini Bu?'. Dia bilang, 'Malas saya bawa-bawa Rusli soalnya mau motong Rp500 juta duluan'," tutur dia. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Minta DPR Hentikan Revisi KUHAP, KPK Dinilai Arogan
Redaktur : Tim Redaksi