BOM buku yang dikirim ke Ulil Abshar Abdalla diduga bukan bom yang diproyeksikan untuk membunuhTapi, hanya untuk melukai
BACA JUGA: 99 WNI Kembali ke Tanah Air
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang aktivis Islam radikal yang tak mau disebutkan namanya kepada Jawa Pos kemarinBACA JUGA: Teror Bom Banjir Kutukan
Tapi, melihat metode dan jenis bom-nya, itu adalah pesan dan berniat membuat Ulil cacat seumur hidup dan tak bisa menulis lagi karena tangannya sudah hancur," katanyaIni terlihat dari jenis bom yang dikirimkan
BACA JUGA: Densus 88 Buru Pria Berpipi Kempot
Bom buku yang dikirim kemarin sebenarnya tak lebih dari detonator sajaDetonator adalah elemen bom yang berfungsi sebagai pemula ledakan, dan ledakannya memang kecil"Bahan peledak tak bisa meledak bila tak ada pemula ledakan atau pemicu ledakan, yakni detonator itu," kata pria yang pernah malang melintang di sejumlah daerah konflik, mulai dari Poso hingga Mindanao tersebut.Selain itu, hanya mengirimkan satu detonator saja, menegaskan indikasi tersebut"Kalau niat membunuh, paling tidak butuh 3, 4, hingga lima detonatorTapi ini satu sajaJadi niatnya memang melukai, bukan membunuh," tandasnya
Dari analisanya, bom buku yang tak lain adalah detonator itu berbahan lead azid, campuran dari natrium acid dan lead nitrat"Ini adalah detonator yang paling sensitifTergoncang sedikit saja, langsung tak stabil dan memicu ledakan," imbuhnya
Dikatakan sumber tersebut, perancang bom tersebut tampaknya cukup profesional dan jago buat bom"Dia bisa merancang dan mendesain bom dalam bentuk buku itu menunjukkan tingkatannya cukup jagoKalau dia mau, bukan hanya tangan saja yang hancur," tambahnya
Selain itu, sumber tersebut mengatakan bahwa soal bom tersebut kini menjadi bahan pembicaraan dan rasan-rasan di kalangan ikhwan"Karena ini bukan perbuatan kelompok-kelompok yang biasanya menjadi mainstreamIni perorangan atau membuat kelompok sangat kecil, tampaknya," ucapnya
Dia juga mengatakan bahwa dari analisa sejumlah ikhwan, bom tersebut identik dengan bom sepeda pancal pada pertengahan 2010 lalu"Namun, belum jelas hingga kini dari kelompok mana pelakunya," tambahnya.
Hal ini dibenarkan oleh Ali Fauzi, salah satu mantan pentolan Jamaah Islamiyyah"Melihat dari metode dan sasarannya, pelaku pengeboman ini bukanlah Jamaah Islamiyyah maupun anasir-anasirnya," katanyaHanya Ali Fauzi mengaku tidak bisa menduga pelakunya dari kelompok mana
Hanya, Ali Fauzi mengatakan bahwa di Indonesia sangat banyak yang bisa membuat bomSebagai mantan koordinator Kompak (komisi penanggulangan krisis), salah satu elemen radikal Islam saat konflik Poso dan Ambon, Ali Fauzi mengaku melatih banyak orang membuat bom
"Tapi, pelatihan itu untuk kebutuhan saat ituSaat itu, setidaknya saya melatih sekitar 300 orang saja dari Jakarta," tandasnyaJadi, pelakunya bisa siapa punKarena dari 300 orang Jakarta itu pulang, entah berapa banyak lagi yang menguasai bila kemudian 300 orang itu melatih temannya lagi(ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Buku Lebih Dari Satu
Redaktur : Tim Redaksi