BACA JUGA: Kerbau Itu Ikon Demokrasi
Kesia-siaan ini berkali-kaliPelukisan mitologi Yunani yang dipopulerkan oleh Albert Camus itu rasanya terlalu berlebihan jika dimetaforkan kepada Kabinet SBY-Boediono dalam menghadapi Pansus Century
BACA JUGA: Cermin dari De Soto dan Yunus (2)
Tidak begitu persis jika batu yang diusung Sisiphus dan ditendang Zeus itu adalah gambaran kabinet yang presidensial tapi dipengaruhi parlemen (DPR) dalam praktek
BACA JUGA: Cermin dari De Soto dan Yunus (1)
Syahdan, faktor bargaining partai-partai sangat dominan sehingga presiden melakukan politik bagi-bagi kursi, baik di masa Gus Dur, Mega dan SBY yang memasuki priode kedua kabinetnya.
Namun memperkuat benteng istana, SBY membentuk tim UKP3R (Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program dan Reformasi)Dulu diketuai Marsilam Simanjuntak dan pernah ditentang keras oleh Wakil Presiden MJusuf "JK" Kalla yang juga ketua umum Partai GolkarKala itu, Jusuf Kalla berpendirian bahwa kabinet sudah "built in".
Wapres pun bukan "ban serep" dan bertugas sebagai pengawas para menteri, sesuai kontrak politik JK dengan SBY sebelum kampanye Pemilihan Presiden 2004 laluTiga Meteri Koordinator pun sudah ada di kabinet.
Tapi, UKP3R jalan terusMemang, evaluasi publik menyimpulkan kinerja kabinet masih jauh dari harapanKemiskinan berkecambah dan investasi untuk memacu pertumbuhan belum memuaskan.
Untuk itulah, UKP3R dibentuk sebagai "mata dan telinga" dan bukan sebagai "kaki dan tangan" presidenPendeknya, tidak distortif, dan tidak overlapping dengan tugas para menteriBahkan, masih ada lagi Satgas “antimafia” di bidang hukum
SBY memang kurang beruntung karena kursi partainya, Partai Demokrat tidak sampai ke tahap “single majority” seperti Golkar di era Orde BaruWalaupun sekarang, dengan berkoalisi dengan PPP, PAN, PKS, PKB dan Golkar di kabinet, praktis sudah sudah jauh di atas 50% di parlemenNamun tak urung menimbulkan beda pendapat juga.
Demokrat berpendapat koalisi itu tak hanya di kabinet tetapi juga di DPRTapi partai berkoalisi itu menganggapnya hanya untuk mendukung SBY-BoedionoMemang, mirip “debat kusir.”
Tapi dalam real politics, berpengaruh juga dalam kasus Pansus Century menjelang pendapat akhir pada awal Maret 2010 nantiKelihatannya, partai berkoalisi di Pansus – kecuali Demokrat dan PKB – masih tetap menganggap bahwa kebijakan bailout Bank Century itu bermasalahSebaliknya, Demokrat dan PKB menilainya sama sekali tidak ada something wrong.
Akibatnya, koalisi terkesan pecah pendapat, dan inilah yang membuat Demokrat melakukan lobi-lobi politikSemua kemungkinan bisa terjadi, termasuk modus yang mempertemukan kembali seluruh partai berkoalisi dalam melihat kasus Century.
Tak mustahil akan disepakati bahwa yang terjadi adalah kejahatan perbankanSementara, kebijakan bailout itu sudah benar sehingga menutup pintu kemungkinan menuju pemakzulan presiden.
Kemungkinan lain adalah reshuffle kabinet, jika titik temu tetap berjauhanMungkinkah kader PPP, PKS dan Golkar kan “ditendang” dari kabinet, lalu diisi oleh PDIP yang sudah dilobi dengan misi Andi Arief, pendukung SBY itu? Rasanya bola politik masih bergulir, dan khalayak menunggu dengan hati berdebar.
Suasana bargaining politik dan “bagi-bagi kursi” ini tampaknya masih lestariIklim perpolitikan kita belum “naik kelas” dan masih seperti di era Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid.
Kita ingat, masa Gus Dur malah berakhir dengan tragisTerpilihnya Gus Dur meski kursi PKB di DPR-MPR tidak signifikan, tak lepas dari dukungan "Poros Tengah" (gabungan PKB, PAN, PPP, Golkar, PBB, PK dan lainnya) sehingga Mega dari PDIP kalah.
Namun sebagai pemimpin minoritas, Gus Dur mulai berlaku sebagai pemimpin mayoritas sehingga dia semakin sendirianGus Dur nekat mencopot menteri, seperti Hamzah Haz, Wiranto, JK, Laksamana Sukardi, Kwik Kian Gie dan Yusril Ihza MahendaraKarena melupakan historis koalisi pendukungnya, Gus Dur jatuh dalam sidang istimewa MPR 2001 silam.
Leadership
PRESIDEN Megawati pernah terjebak dalam kasus yang rada miripDi awal masa jabatannya, Mega menunjuk Wapres Hamzah Haz sebagai komando yang menyusun APBNBukan Menko Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-JaktiMega juga menugasi Hamzah membentuk tim ekonomi yang dikoordinasikan oleh Laode MKamaluddin di sekretariat WapresEkonom Didiek JRachbini, Umar Juoro, Raden Pardede, Sri Adiningsih dan MohIkhsan juga direkrut.
Padahal, Dorodjatun adalah penyandang PhD dari University of California di Berkeley, AS, 1981, kampus tempat ekonom Wijoyo cs digodok, dan dijuluki sebagai "Mafia Berkeley", arsitek perekonomian Indonesia.
Dorodjatun tak diberi "hak komando." Mestinya ia chief of staff dari tim ekonomiMalah Meneg BUMN Laksamana Sukardi lebih power karena ia orang PDIP, sedangkan Dorodjatun adalah teknokrat tanpa partaiKetika Laksamana bertengkar dengan Kwik selaku Ketua Bappenas, yang juga orang PDIP soal PKPS, penyelesaian kewajiban pemegang saham bank bermasalah, Dorodjatun tak berkutik.
Kabinet Mega juga adalah koalisi berbagai partai, sehingga banyak kebijakan selalu mempertimbangkan faktor politikBuntutnya kita ingat, Mega ditinggalkan SBY, JK dan Yusril Ihza Mahendra menjelang Pemilu 2004 lalu.
Fenomena kabinet yang dipengaruhi politik kepentingan memang repotHendak all-out sukar karena tidak ada kekuatan politik mayoritas sehingga saban ada kebijakan dan langkah selalu ada politisasiSuasana kabinet tidak kondusifRupanya, di atas langit masih ada langit.
Padahal, program ekonomi, hukum birokrasi dan sebagainya haruslah didukung oleh logika-logika sendiri yang terpisah dari logika politik kepentingan yang bersifat sementara.
Ibarat sopir angkutan kota, jika "kernet" malas-malasan, sopir jangan ragu-ragu memberi directionTak perlu membuat "kernet bayangan." Nah, sopirnya adalah presiden dan menteri para "kernet."
Leadership di masa Gus Dur, Mega dan SBY memang beda dengan Presiden Soeharto yang mempercayai para menterinyaTim ekonomi dipimpin Wijoyo Nitisastro mondar-mandir ke luar negeri, Soeharto nyaris tak pernah
Hasilnya, inflasi 600% dan harga barang yang menaik pada 1966-1968 teratasi dan investasi mengalirIndonesia pernah disebut sebagai "macan ekonomi" AsiaBeda dengan Gus Dur, Mega dan SBY bolak-balik ke luar negeri
Untunglah, SBY dan Boediono dipilih 60% pemilih secara demokratisJadi, meskipun kabinet presidensial beraroma parlementer, tetapi sepanjang kebijakan SBY-Boediono demi kepentingan kesejahteraan rakyat, pasti tidak ada yang ribut.
Jika ada menteri yang terbukti kinerjanya benar-benar buruk dicopot, termauk dalam kasus Century, rakyat amin-amin sajaIbarat mitologi Yunani, Zeus menendang batu karena Sisiphus sedang dihukumJika Sisiphus tak bersalah, Zeus itu ramah, kokAh, naga-naganya kisah Century akan berakhir happy ending, atau bagaimana? (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orang-orang yang Revolusioner
Redaktur : Antoni