Harus Cerdas Membangun Jakarta

Rabu, 24 Juni 2015 – 12:40 WIB
Adhyaksa Dault. FOTO: dok

jpnn.com - SELAMAT ulang tahun kota Jakarta yang ke 488 tahun. Itu yang diucapkan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault. Tokoh nasional yang juga mantan Menegpora era kabinet Indonesia bersatu itu begitu peduli dan paham dengan perkembangan Jakarta dari zaman ke zaman. Maklum, suami dari Drg Mira Arismunandar, itu sejak kecil hidup di tengah hiruk-pikuk ibu kota.

Banyak perhatian, pemikiran, hingga usul terhadap kota Jakarta yang menurut dia problem kota metropolitan itu sudah semakin kompleks. Artinya, bukan hanya keahlian, tapi etika hingga pola pikir yang cerdas dibutuhkan membangun Jakarta dan masyarakatnya berdasar society. Ini petikan wawancara Jawa Pos dengan Adhyaksa Dault.

BACA JUGA: Hidup Saya Sudah Demi Angeline

Bagaimana Anda menyimak perkembangan kota Jakarta?

Jakarta seharusnya menjadi inspirasi dan pionir kota termaju bagi daerah-daerah di Indonesia. Tapi, Jakarta kenyataannya masih jauh dikatakan sebagai kota cerdas atau smart city. Jangan bicara soal progress pembangunan yang besar-besar dulu. Kita tengok yang kecil-kecilnya. Contohnya, soal fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) di Jakarta yang seolah tidak tersentuh.

BACA JUGA: Mau Polisi, KPK, Bahkan FBI Nggak Bakal Selesai

Contohnya apa?

Contoh paling mendasar adalah fasum dan fasos tidak diperbaiki. Misalnya, GOR Bulungan. Ketika SD pada 1977, saya juara lomba pidato mewakili SD Al-Azhar di GOR Bulungan. Nah, ketika saya masuk GOR Bulungan beberapa waktu lalu, ternyata tidak ada bedanya alias tak ada perkembangan. Padahal itu sudah 38 tahun yang lalu. Fasilitas GOR itu sangat membantu masyarakat untuk menyalurkan bakat olahraganya. Dengan kota besar dan jumlah penduduk Jakarta yang kian padat, seharusnya hal-hal yang mendasar itu harus diperbaiki. Ide Ali Sadikin yang terus mengembangkan semangat olahraga kenapa tak dikembangkan? Padahal, olahraga itu bisa membikin semangat kebangsaan yang terus menggelora.

BACA JUGA: Tak Ada Dana Seleksi CPNS

Fasilitas apa lagi yang perlu diperbaiki?

Yang paling mendasar adalah taman kota. Karena itu, taman kota harus segera dihidupkan. Contoh di Singapura, tiap blok apartemen wajib ada fasos dan fasum. Nah, taman-taman kota di Jakarta malah banyak yang tidak terawat. Lapangan Banteng, misalnya. Ada juga lapangan Suropati. Itu seharusnya jadi jantungnya kota. 

Nah, sekarang bagaimana kabarnya rencana pembangunan Stadion BMW yang terkesan mangkrak? Padahal, Jakarta ini tak punya lapangan sepak bola representatif selain di Gelora Bung Karno Senayan. Saya kira jika pemerintah bisa merangkul masyarakat dan mengajak ahli-ahli sosiolog untuk membenahi ini semua, tentu tak terlalu kesulitan untuk bersama-sama menyediakan lahan pembangunan stadion. Saya ini lulusan Fisip UI, nah ketika itu ada penelitian di Johar Baru. Itu kan merupakan wilayah yang paling tinggi volume tawuran para remaja. Anak-anaknya dibuatkan fasilitas sanggar band oleh tim UI. Akhirnya, mereka dibuatkan kejuaraan band. Dampaknya, sekarang tingkat tawuran remaja turun drastis. Itu contoh simpel penelitian.

Apalagi menurut Anda persoalan kecil yang perlu diperhatikan?

Betul, masalah yang kecil-kecil ini luput dari perhatian. Salah satunya, persoalan karang taruna dan RT/RW yang seolah tidak dirangkul. Malah RT/RW, urusannya sekadar memungut sampah. Padahal. RT/RW adalah ujung tombak untuk mendukung pembangunan kota. Dulu waktu saya masih kecil ada siskamling dan 17 agustusan. Tapi, sepertinya kegiatan itu sekarang sudah lenyap. Artinya, kerukunan masyarakat itu malah jadi renggang. Yang terjadi malah antarkampung berkelahi. Jadi, persoalan ini malah kianberat. Saya tak setuju jika dari mulut gubernur DKI ada ucapan ”Jika PKL marah semprot saja pakai air comberan.” Perkataan kasar itu tidak boleh muncul dari seorang gubernur. Masyarakat Jakarta ini jangan diajak keras. Tapi, harus sopan santun.

Kata Anda banyak pola yang mesti dikembangkan. Contohnya apa?

Ya, betul persoalan Jakarta ini sudah semakin kompleks. Jadi, kalau satu-satu dibahas ini bakal panjang. Sebetulnya, banyak ahli-ahli yang bisa diajak gabung untuk membenahi Jakarta. Nah, membangun Jakarta ini butuh figur atau orang yang tepat. Sebetulnya, tidak perlu harus mendatangkan figur dari luar Jakarta. Toh, tokoh Jakarta pun mampu membenahi kotanya. Jadi, membangun Jakarta ini perlu pola yang cerdas.   

Saat ini makin banyak developer yang melirik Jakarta, apa tanggapan Anda?

Pasti Jakarta terus dilirik developer yang ingin membangun properti. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah pengawasannya. Sebab, banyak pengembang yang nakal. Artinya, Pemprov DKI harus punya aturan yang ketat tentang izin mendirikan bangunan. Misalnya, dalam membangun apartemen harus diminta untuk membuat fasos dan fasum.

Kemacetan Jakarta dan fasilitas transportasi masalahnya hampir sama, apa yang perlu dibenahi?

Sebetulnya simpel saja. Artinya, membenahi kemacetan di Jakarta ini tidak hanya tanggung jawab Pemprov DKI, tapi pusat pun harus membantu. Banyak faktornya, salah satunya membenahi distribusi kendaraan dari produsen yang kian pesat. Nah, ini harus duduk bersama untuk membenahi dampak kemacetan. Terkait pelayanan transportasi ini tak bisa ditawar lagi. Artinya, pembangunan MRT, monorel, atau pembangunan flyover perlu dikebut. Sebab, jika mangkrak sangat membahayakan dan banjir bisa semakin meluas. Apalagi, dampak dari pembangunan itu menyebabkan kemacetan di Jakarta semakin menggila. Untuk membenahi banjir, saya kira fasilitas banjir kanal barat (BKT) dan banjir kanal timur (BKT) harus dimaksimalkan. Terus bisa juga membuat bendungan tambahan di laut. Nah, semua itu bisa dilakukan asal dengan niat dan kerja cerdas. (*/ind)              

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warrior Tidak Berebutan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler