Hasil Riset: Makan Daging Mempercepat Pemanasan Global

Jumat, 09 Agustus 2019 – 16:17 WIB
Ilustrasi. Daging

jpnn.com, JENEWA - Informasi yang lazim di masyarakat soal upaya melawan pemanasan global adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan limbah plastik. Namun, 107 peneliti Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa upaya menekan emisi gas rumah kaca dimulai dari urusan peru

Menurut lembaga PBB itu, semakin banyak manusia yang mengonsumsi daging merah, semakin cepat pula panas bumi melewati batasan Kesepakatan Paris.

BACA JUGA: 46 Negara Teken Konvensi Mediasi Singapura

"Kami tidak menyuruh semua orang berhenti mengonsumsi daging. Tapi, sudah jelas bahwa masyarakat di (negara-negara, Red) Barat makan daging terlalu banyak," ujar Pete Smith, pakar lingkungan hidup dari Aberdeen University, kepada BBC.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), daging memang salah satu produk pangan dengan emisi terbesar. Per kilogram daging sapi, misalnya, bisa menghasilkan 26,5 kilogram gas emisi.

BACA JUGA: PBB Nilai Polusi di Indonesia Tanda Pembangunan Berjalan

BACA JUGA: Begini Nih Cara Tangani Daging dan Hewan Kurban saat Iduladha

Faktor penyebabnya banyak. Antara lain, kotoran ternak, produksi pangan sapi, dan distribusi daging. Penggunaan lahan jadi yang paling mengkhawatirkan. Semakin banyak permintaan, lahan pertanian dan peternakan bakal semakin luas. Padahal, hutan, tumbuhan, dan tanah subur menyimpan setidaknya sepertiga dari total emisi buatan manusia.

BACA JUGA: Belagia Tangguhkan Bantuan Untuk UNRWA

"Itu adalah perpaduan bencana yang pas. Lahan makin terkurangi, manusia makin bertambah, dibungkus dengan selimut iklim yang terus memanas," tutur Dave Reay, profesor manajemen karbon Universitas Edinburgh.

Menurut Kesepakatan Paris, seharusnya pemanasan global tak melebihi 1,5 derajat Celsius. Namun, jika permasalahan emisi akibat industri pangan itu tak diatasi, target tersebut semakin sulit tercapai. Akibatnya, justru ketersediaan pangan bakal terganggu. Ingat, perubahan iklim juga mengakibatkan cuaca ekstrem seperti badai dan kemarau panjang.

Kalau cuaca semakin tak menentu, hasil pertanian juga berkurang. "Daratan adalah tempat kita tinggal. Mereka adalah solusi (dari perubahan iklim, Red), tapi tak bisa apa-apa tanpa campur tangan manusia," ujar Lee Hoesung, salah satu pemimpin IPCC. (bil/c11/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusril: PBB Punya Banyak Tokoh Yang Pantas Masuk Kabinet Jokowi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler