JAKARTA - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tentang tergerusnya suara Partai Demokrat karena kasus M Nazaruddin yang dibarengi hijrahnya pendukung partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono itu ke Golkar justru memicu pertanyaan kritisPeneliti Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengaku sepakat jika suara Demokrat memang menjadi turun karena persoalan Nazaruddin
BACA JUGA: Fasty dan Wafi Sah Melaju ke Putaran II
Namun Yunarto mempertanyakan jika kasus Nazaruddin itu membuat pendukung Demokrat hijrah ke Golkar
"Segmen pemilih Golkar ada di pedesaan, bukan masyarakat perkotaan
BACA JUGA: Survei LSI Tak Bikin Demokrat Ciut Nyali
Jadi kecil kemungkinan pemilih Demokrat di perkotaan bermigrasi ke Golkar," ujar Yunarto saat dihubungi di Jakarta, Senin (13/6).Kalaupun migrasi pemilih perkotaan terjadi, imbuhnya, justru seharusnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mendulang suara pindahan dari Demokrat
BACA JUGA: Pemilukada Kota Ambon Diwarnai Manipulasi Suara
Yang lebih kontradiktif lagi, kata Yunarto, jika alasan pendukung Demokrat hijrah ke Goplkar justru karena isu korupsi tentu hal itu lebih sulit diterimaDipaparkannya, sebenarnya Demokrat dan Golkar sama-sama memiliki citra buruk akibat kasus korupsi
Ia mencontohkan kasus Gayus yang sempat menyerempet ke dugaan manipulasi pajak perusahaan-perusahaan grup BakrieSelain itu, lanjutnya, Golkar juga masih belum mampu melepaskan diri dari imej buruk kasus lumpur Lapindo yang membelit Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie
"Jadi kalau dikatakan alasan migrasi karena Demokrat dan Golkar adalah sama-sama partai tengah berslogan nasionalisme religius, itu tak ada hubungannya dengan sentimen korupsi suap Sesmenpora (kasus Nazaruddin)," ucapnya.
Pendapat serupa dilontarkan Burhanuddin Muhtadi dari Lembaga Survei Indonesia (LSI)Sama halnya dengan Yunarto, Burhanuddin mengakui pula adanya penurunan suara Demokrat hingga lima persen.
Namun Burhanuddin menegaskan bahwa turunnya suara Demokrat itu bukan berarti lantas mendongkrak suara GolkarMenurutnya, migrasi suara Demokrat justru menguntungkan PDI Perjuangan (PDIP) yang dikenal konsisten beroposisi terhadap pemerintah dan mitra koalisinya
"Tak pernah kita menemukan sentimen negatif ke Partai Demokrat dan SBY lantas pemilihnya lari ke GolkarAgak kurang make sense (masuk akal) kalau dukungan beralih ke Golkar, karena citra buruk Golkar soal pemberantasan korupsi dan kasus Lapindo," ulasnya,
Karenanya Burhanuddin menyarankan LSI pimpinan Denny JA menjelaskan dan membuktikan kepada publik tentang logika migrasi suara dari Partai Demokrat ke Golkar
Seperti diketahui, LSI pimpinan Denny JA menggelar survei pada 1-7 Juni 2011Hasilnya, dari survei terhadap 1.200 responden itu diketahui bahwa partai berlambang mercy itu telah terlempar dari puncak klasemen persentase dukungan pemilih terhadap partai-partai
LSI mencatat dukungan pemilih terhadap Demokrat tersisa 15,5 persenPadahal, pada Februari 2011 atau sebelum kasus Nazaruddin mengemuka, suara partai peraih suara terbesar pada Pemilu 2009 itu masih bertengger di angka 20,5 persenArtinya, terjadi penurunan suara hingga 5 persen.
Namun di sisi lain, survei LSI menunjukkan Golkar untuk sementara berhasil menggantikan posisi Demokrat sebagai partai dengan dukungan terbesarDengan asumsi pemilu dilaksanakan saat ini, sebanyak 17,9 persen pemilih yang disurvei memilih GolkarBaru kemudian disusul Partai Demokrat (15,5 persen) dan PDIP (14,5 persen).
Dari sekitar 5 persen suara Demokrat yang hilang, 40 persen diantaranya pindah ke partai berlambang Pohon Beringin tersebutSisanya, sebanyak 9 persen lari ke PDI Perjuangan, sebanyak 12 persen ke partai-partai lain, dan sisanya 39 persen yang masih mengambang.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasca 2014, Presiden Baru Jangan Takut Politisasi
Redaktur : Tim Redaksi