Hatta Ingatkan Kesabaran Berdemokrasi

Rabu, 24 Agustus 2011 – 06:46 WIB

JAKARTA - Ramadan tahun ini memiliki makna lebih bagi Partai Amanat Nasional (PAN)Kemarin, PAN yang didirikan tokoh reformasi Amien Rais, merayakan hari ulang tahunnya yang ke-13

BACA JUGA: Demokrat Ingin Unsur Polisi dan Jaksa Pimpin KPK

Acara syukuran sederhana, namun khidmat, digelar menjelang saat berbuka puasa.
     
Usai berpidato, Ketua Umum PAN Hatta Radjasa diarahkan pembawa acara untuk melakukan ritual potong tumpeng
Awalnya, Hatta menolak, karena masih jauh dari saatnya azan maghrib

BACA JUGA: DPD Minta Dilibatkan Pilih Pimpinan KPK

"Belum waktunya buka kan," kata Hatta di Rumah PAN "sebutan bagi Kantor DPP PAN, Jalan Warung Buncit, Jakarta Selatan, Selasa (23/8).
     
Tapi, pembawa acara merasa sudah hampir masuk saat berbuka puasa
Hatta yang juga Menko Perekonomian itu akhirnya mengalah

BACA JUGA: Tiga Pasangan Calon Gugat Pemilukada Buton

Dia lantas memotong tumpeng dan memberikan potongan pertama kepada salah seorang tokoh senior PAN, Mayjen (purn) Soewarno Adiwijaya.

Sayangnya saat berbuka puasa tak kunjung tiba, sehingga potongan tumpeng itu tak bisa langsung dimakan"Masih belum waktunya berbuka," kata Hatta, lantas tertawa lepas.

Gara-gara "insiden kecil" itu, suasana justru terasa semakin gayengTurut hadir Sekjen DPP PAN Taufik KurniawanAda juga dua Ketua DPP PAN yang menjadi menteri di kabinet SBY, yakni Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar.
     
Hatta menegaskan, PAN lahir dari rahim reformasiGelombang reformasi 1998 itulah, jelas dia, yang berhasil membawa Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar di dunia"Tak banyak negara yang berhasil melakukan perubahan besarTak sekedar tumbuh, namun tumbuh menjadi besar," kata Hatta dalam pidatonya.
     
Menurut dia, Indonesia termasuk dari sedikit negara yang bisa menyandingkan stabilitas ekonomi dan proses demokrasi yang begitu kompleks"Makanya, kita yakin banyak alasan untuk tetap optimis menatap masa depan," ujar Hatta.

Dia menegaskan demokrasi merupakan pilihan sistem terbaikMeskipun terkadang banyak yang tak sabar dengan proses pengambilan keputusan yang panjangSelanjutnya, Hatta menyentil munculnya ide atau wacana yang cenderung anti demokrasiMeski tidak disebut Hatta, sepertinya dia menyinggung munculnya gerakan yang menghendaki SBY turun sebelum 2014.
     
"Ada saja kalangan yang mengaku atas nama rakyat, tak sabar, namun jauh dari logika demokrasi," katanyaHatta menegaskan sekeras apa pun perbedaan sikap politik, harus tetap tersedia ruang untuk menyelesaikannya secara demokratis"Demokrasi sebuah nilai, bukan sekedar alat," ingat Hatta.

Lebih jauh, dia juga menyoroti pembahasan RUU Pemilu di DPRMenurut dia, selain berdimensi masa depan, perdebatan RUU Pemilu harus tetap menjaga cita "cita perjuangan bangsa, seperti NKRI, pluralisme, dan kebhinekaan.

"UU Pemilu tak bisa tambal sulamKita perlu desain pemilu yang berdimensi jangka panjangBukan pragmatis dan diubah "ubah sesuai keinginanKalau itu terjadi, yang besar akan menelan yang kecil atau yang kecil menyandera yang besar," beber HattaPelaksanaan pemilu yang semakin matang, imbuh Hatta, mensyaratkan adanya sistem yang tidak selalu bongkar pasang.

Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarto menjelaskan, disain pemilu yang pragmatis itu adalah ketika parliamentary threshold naik secara dramatis sampai 5 persen"Juga ketika dapilnya (daerah pemilihan, Red) dalam pemilu diperbanyak," kata BimaDia beralasan ini akan mengurangi semangat proporsional yang dianut oleh sistem pemilu nasional.
     
Sebagai rangkaian dari HUT ke-13 PAN, juga digelar mudik gratisDengan mengambil tempat di Parkir Timur Senayan, DPP PAN memberangkatkan sekitar 5 ribu pemudik dengan 109 bis ke seluruh provinsi di Pulau Jawa, termasuk Sumatera SelatanAcara mudik gratis itu turut dihadiri Amien Rais(pri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... MK Perintahkan Pemilukada Ulang di Papua Barat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler