jpnn.com, JAKARTA - Apa yang dilakukan empat mahasiswa ini patut diacungi jempol. Meski baru semester empat tapi sudah menjadi perancang dan mendesain sebuah outlet brand ternama. Untuk menyelesaikan desainnya, Silvia Marcelina dan tiga rekannya hanya butuh waktu tujuh minggu.
Menurut Silvia, tidak mudah membuat perencanaan dan mendesain outlet pizza yang sudah punya brand. Desainnya harus bisa menarik pengunjung dari semua kalangan. Begitu pengunjung datang, suasana di dalam outlet harus bisa membuat pengunjung betah dan merasa nyaman.
BACA JUGA: Aktivis Anti Korupsi Ini Diringkus Polisi Lantaran Memeras PNS
“Untuk mendesain outlet pizza ini, kami harus servei dulu. Apalagi posisi outletnya sangat dekat jalan raya. Ditambah lagi jalannya yang padat kendaraan. Ini jadi tantangan kami bagaimana agar orang yang tengah bermacet ria mau mampir,” kata Silvia di Jakarta, Sabtu (29/4).
Kesulitan lainnya adalah ukuran outlet hanya sekira 132 meter sehingga tim harus merancang desain yang memberi kesan luas dan nyaman. Dari hasil survei, Silvia dan tim akhirnya memutuskan membuat konsep homy yang diperkuat unsur bata, kayu, dan bunga.
BACA JUGA: Kampus tak Bisa Lagi Seenaknya Rekrut Mahasiswa Baru FK dan FKG
“Jadi masyarakat yang pulang kerja dan capek karena macet bisa mampir sejenak di sini. Di sini pengunjung bisa merasakan seperti suasana di rumah,” terang mahasiswi Universitas Podomoro ini.
Lantas berapa mereka dibayar? Menurut Arsitektur Interior, Boyke Janus, perusahaan tidak mengeluarkan dana besar karena standarnya hanya Student Fee. Artinya, fee yang diberikan kepada mahasiwa hanya untuk mengganti biaya kertas, printing, lembur, survei. Meski baru diberlakukan dua tahun, Student Fee ini mulai dilirik para pengusaha/industri, di antaranya Old Town White Coffee dan Domino’s Pizza.
BACA JUGA: Mahasiswa Buka Kafe, Omzet Rp 70 Juta per Bulan
Sebab pengusaha tidak perlu lagi mengeluarkan dana besar untuk merancang dan mendesain outlet yang menarik.
“Mahasiswa ini tidak digaji karena mereka masih berstatus pendampingan. Ketika di semester akhir baru diberi insentif 50 persen dari nilai proyek. Jadi hitungannya per proyek, misalnya untuk biaya arsitek profesional Rp 400 ribu per meter. Nah untuk mahasiswa dihitung 50 persennya,” jelas dosen Universitas Podomoro ini.
Pendidikan dengan melibatkan dunia profesional sesuai bidang yang dipelajari, lanjutnya, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami lebih baik tentang dunia industri. Keterlibatan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk observasi, mata kuliah pratik, seminar, workshop, serta magang.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua PTS Ini Sediakan Beasiswa bagi Mahasiswa Berprestasi
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad