Hebat! Delapan Anak Muda Mengabdi di Perbatasan

Sabtu, 03 Desember 2016 – 00:17 WIB
Delapan guru muda yang siap mengabdi di perbatasan. Foto: Radar Tarakan/JPNN.com

jpnn.com - NUNUKAN – Dinas Pendidikan (Disdik) Nunukan pun memberikan peluang kepada delapan anak muda dari Indonesia Mengajar untuk mengabdi secara sukarela di daerah perbatasan.

Sekretaris Disdik Nunukan, Akhmad mengatakan, saat ini guru yang ada di Nunukan berjumlah empat ribu orang.

BACA JUGA: Lima Langkah Kemendikbud dalam Masa Transisi UN ke US

Di antaranya 60 persen adalah guru honorer dan 40 persen sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Jumlah tersebut masih sangat minim, sehingga masih butuh tambahan.

“Keberadaan guru sangat dibutuhkan untuk peningkatan kualitas pendidikan di daerah Kabupaten Nunukan,” kata Akhmad saat menyampaikan sambutan di acara pisah sambut Tim Pengejar Muda angkatan 11 dan 13.

BACA JUGA: Ujian Sekolah Berstandar Nasional Gantikan UN

Keberadaan guru honorer yang ada saat ini ada sekira 800 orang di seluruh Kabupaten Nunukan dan dipastikan akan bertambah tiap tahun.

Ditambah dengan beberapa bantuan guru, seperti dari Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Terpencil (SM3T) sebanyak 87 orang. Dibantu lagi dengan Indonesia Mengajar sebanyak 10 orang serta dari Dompet Dhuafa.

BACA JUGA: Ini Kelemahan UN Menurut Mendikbud

Menurutnya, keberadaan guru dari Indonesia Mengajar berbeda dengan guru yang ada di Nunukan, karena mereka  memiliki bentuk dan cara serta pola mengajar yang berbeda.

Sehingga, guru yang lain dapat menjadikan sebuah motivator, walaupun mereka ini usianya masih muda.

Keberadaan guru bantuan dari Indonesia Mengajar dipantau Disdik Nunukan tiap saat.

Selama ini para guru muda ini melakukan kegiatan mendidik, tak meminta dana serupiah pun dari masyarakat. Murni mengabdi tanpa dibayar dari sekolah.

“Beberapa kali melakukan kegiatan bersama masyarakat, tak pernah dibayar dan rela berbuat. Itulah salah satu kelebihan dari guru muda ini,” ujarnya.

Sementara, Koordinator Pengajar Muda Angkatan 13, Zahratul Kamila mengatakan, para pengajar muda ini siap mengabdi untuk masyarakat Nunukan.

Dia cerita, untuk bisa lolos menjadi guru muda, butuh persaingan sangat ketat dalam tahap seleksi.

“Dari 9.836 ribu pelamar, hanya 40 orang yang diterima dan delapan ditempatkan di Nunukan,” kata Zahratul Kamila.

Dia menjelaskan, sebelum ditempatkan di daerah penugasan, telah dilakukan pelatihan selama enam minggu.

Diketahui, pengajar muda ini berasal dari universitas berbeda dan tidak semua berlatar belakang pendidikan.

Seperti yang ada saat ini ada latar belakang ilmu dari bisnis, teknik serta ada ilmu agama. Pengajar muda ini merupakan gabungan dari beberapa sarjana dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

“Dengan kehadiran saya di sini, tentu butuh bantuan banyak, apa lagi orang baru yang ingin masuk mengajar di daerah pelosok,” ujarnya. (*/nal/eza/sam/jpnn)

Pengajar Muda

Zahratul Kamila (ITB)-Desa Binter, Lumbis Ogong

Hilmy Mubarok (Al-Azhar Qairo, Mesir)- Desa Apas,  Sebuku

Hery Herdiyana (Univ. Paramadina)-Desa Patal,  Lumbis

Martencis Veronika (Univ. Cendrawasih)-Sembakung Atulai

Veraningsih (Univ. Sebelas Maret)-Desa Sekikilan,  Tulin Onsoi

Beatrix Monica (UI) - Desa Semunad, Tulin Onsoi

Hanafibiyatna (UGM) - Desa Sei Limau, Sebatik Tengah

M. Nur Rizki (Univ. Brawijaya)- Desa Sukamaju, Lumbis Ogong

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Malah Santai saja, kok Tidak Malu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler