Heboh Gaya Fast and Furious Angkot Kota Padang

Polos Rp 110 Ribu, Modif Rp 170 Ribu Per Hari

Minggu, 16 Januari 2011 – 06:26 WIB
BOKS:Angkutan umum jenis Kijang Krista yang dimodifikasi ceper dengan kelir layaknya mobil gaul di Jl Pasaraya Barat, Padang. Foto: Dite Surendra/Jawa Pos

Anda sudah pernah pergi ke Padang? Bila suatu saat menginjakkan kaki di ibu kota Sumatera Barat ini, jangan terkejut bila menemui banyak mobil "balap" di jalanAnda pun bisa menumpangnya cukup dengan Rp 2.000.
-------------------------------------
GANDA CIPTA, Padang
-------------------------------------
Bagi pengunjung, mobil-mobil angkutan kota (angkot) di Padang sangatlah eye-catching

BACA JUGA: Jaya Setiabudi, Pengusaha Muda yang Getol Mendidik Entrepreneur Baru

Sebelum menikmati pemandangan pantai atau rumah-rumah adat, angkot-angkot itu pasti langsung menarik perhatian dulu
Kebanyakan berbasiskan Suzuki Carry atau Kijang kapsul.

Bagi penggemar otomotif dan film, angkot-angkot itu bakal mengingatkan pada film The Fast and The Furious yang dibintangi si kekar Vin Diesel

BACA JUGA: Ketika Mooryati Soedibyo Menyerahkan Kendali Mustika Ratu kepada Anaknya

Full modifikasi, mulai body kit sampai sound system dan layar LCD, plus lampu-lampu warna-warni penghias luar dalam
Tidak lupa mobil di-ceper-kan (rendah ke tanah).Dari depan, ada yang terlihat seperti lambang Autobot-nya Transformers, garang ala film balap penjara Death Race, atau bahkan membentuk hidung McLaren F1.

Stiker tulisan dan berbagai logo juga menghiasi sekujur badan angkot

BACA JUGA: SMP sudah Taklukkan Mahasiswa di Ajang Lomba Pidato

Ala mobil balap penuh sponsorDan, yang unik, tidak sedikit yang memasang kamera di dalam mobil untuk mengawasi para penumpang!

Bukan satu-dua sajaHampir semua angkot di Padang seperti ituJadi, kalau nongkrong di perempatan, ketika ada dua atau lebih angkot berjajar menunggu lampu menyala hijau, pemandangannya seperti garis trek lurus start/finish sebuah sirkuitSeperti melihat prosesi start ajang balapan.

Kalau malam lebih seru lagiWarna-warni lampu begitu mencolokMusik hip-hop (bukan dangdut koplo) mendentum di setiap mobil, membuat semua menjadi seperti diskotek berjalanFasilitas luar biasa mengingat ongkosnya hanya Rp 2.000 sekali naik (bisa Rp 3.000 hingga Rp 4.000 kalau jauh).

Memang, Padang bukan satu-satunya kota yang punya angkot nyentrik di IndonesiaBalikpapan, Kalimantan Timur, juga begituManado, Sulawesi Utara, juga begituHanya, di Balikpapan dan Manado masih ada aliran modifikasi "agak elegan." Kalau di Padang, benar-benar ekstrem permak wajah dan dalam mobil

Kalau dicari-cari, tidak ada yang tahu persis kapan fenomena angkot modifikasi ala balap itu dimulaiNamun, menurut Yudha Putra, 33, angkot "keren" mulai terlihat sejak akhir 1990-an "Tapi, modifikasi ketika awal-awal itu baru sederhanaBelum seperti saat ini," kata Yudha, sopir angkot jurusan Siteba-Pasar Raya Padang, kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group/JPNN).

Kijang kapsul yang dikendarai Yudha berwarna biru, keluaran 2000Mobil itu nyaris penuh stikerCeper, plus variasi spoiler di depan dan belakangLampu di bagian depan berwarna biru kerlap-kerlip, senada dengan warna mobilSound system begitu mencolok, beberapa speaker besar menghiasi ruang penumpang.

Kata Yudha, modifikasi ekstrem mungkin baru dimulai sekitar 2004Sejak saat itu hampir semua jurusan dalam kota diisi oleh "mobil-mobil balap." Mulai saat itu juga, hiasan LCD, kamera, dan lain-lain mengisi interior.

Riko Syafrianto, 30, sopir angkot lain, menyebutkan modifikasi angkot baginya adalah untuk peningkatan rasa percaya diri ketika berebut penumpang"Ada rasa bangga jika mobil yang kami bawa itu bagus dan modifikasinya mantapTapi, sopir lain mungkin bisa jadi punya pendapat lain," tuturnyaRiko menambahkan, modifikasi angkot ikut menentukan jumlah setoran ke juragan atau pemilik angkotItu juga semakin menunjukkan pentingnya modifikasi dalam menarik minat penumpang

"Kalau modifnya sederhana, paling setorannya antara Rp 110 ribu sampai Rp 130 ribu sehariTapi, kalau full modif, setoran bisa mencapai Rp 170 ribu per hari," ungkapnyaPentingnya modifikasi untuk meningkatkan omzet itu ditegaskan Muhammad Dayat, 25, sopir jurusan Batas Kota-Tabing-Pasar Raya PadangApalagi, kalau ingin merebut segmen anak sekolah, yang merupakan pangsa pasar utama angkot.

"Orang Padang ini seleranya sangat memilihKalau hanya polos atau standar, mereka tidak mau naik mobil kitaJika sudah demikian, tentu saja kita kalah bersaingLihat saja ke sana, yang modif penuh penumpang, yang polos lebih sepi," sebut Dayat sembari menunjuk beberapa angkot yang lewat di depannya.

Modifikasi angkot adalah biaya ekstra yang "wajib" dikeluarkan pemilik dan sopir angkotBiayanya pun bervariasiAda yang hanya Rp 5 jutaAda yang lebih dari Rp 40 jutaAngkot Suzuki Carry yang disopiri Muhammad Dayat termasuk paling ekstrem, habis lebih dari Rp 40 juta

"Bayangkan sajaUntuk sound system saja sudah Rp 28 jutaPlus perombakan bodiMisalnya menukar ekor Suzuki Carry dengan ekor Toyota Avanza, yang habis sekitar Rp 12 jutaBelum lagi pembuatan variasi-variasi dari fiber lain untuk luar dalam," beber Dayat.

Siapa yang membiayai modifikasi" Jika pemilik angkot tidak mau mengeluarkan biaya, biasanya sopir akan mencari pinjamanLantas sang sopir mengangsurnya setiap hari dari potongan setoranTidak jarang ada sopir yang berani mendanainya sendiri"Cuma kalau para sopir, biasanya mendanai yang ringan-ringan sajaMisalnya, memasang berbagai stiker di bodi atau boneka-boneka di bagian dalamYang besar-besar, juragan yang mendanai," terang Syafrion, 36, sopir angkot Tabing-Pasar Raya Padang.

Sejumlah pemilik angkot mengaku modifikasi sudah menjadi keharusan"Kalau tidak, tidak ada sopir yang mau mengoperasikan angkotMereka beralasan angkot polos tidak laku," sebut Afif Syahril, 45, pemilik angkot Siteba-Pasar Raya Padang.

Pemilik angkot, seperti Afif, sebetulnya tak mau tahu soal modifikasi"Tapi, ini sudah menyangkut pendapatanYa, mau bagaimana lagiHarus!" tandasnyaPersaingan modifikasi pun memberikan berkah bagi bengkel-bengkel modifikasi di PadangBila bengkel di kota lain harus memburu pasar penggemar otomotif, di Padang pasar utamanya mungkin justru angkot.

Zam Januik, 40, yang kerap dipanggil dengan nama Zamzami, termasuk yang menuai keuntungan dari adu modifikasi angkot iniDia mengaku berinvestasi membuat toko cutting sticker EPM di Jalan Aru, Kecamatan Padang Timur, gara-gara angkotHendera Rahman, 46, pemilik sebuah bengkel modifikasi lain, mengaku memperoleh pendapatan lumayan"Yang masuk bengkel saya mengeluarkan biaya Rp 2,5 juta hingga Rp 28 juta," ujarnya(jpnn/c2/aza)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Marina, Ibu Muda yang Selamat Bersama Balitanya meski Terseret Banjir Lahar Dingin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler