Jaya Setiabudi, Pengusaha Muda yang Getol Mendidik Entrepreneur Baru

Anggap Proyek Rugi, Targetkan Lahir Sejuta Pengusaha

Sabtu, 15 Januari 2011 – 07:07 WIB

Sebagai pengusaha sukses, usianya masih cukup muda, 37 tahunKini, Jaya Setiabudi banyak memberikan semangat kepada anak-anak muda agar mengikuti jejaknya.

===============================
 AGUNG PUTU ISKANDAR, Bandung
===============================
 
SORE itu (13/1), sekelompok anak muda duduk melingkar mengelilingi Jaya Setiabudi di lantai dua Dago Plaza, Bandung

BACA JUGA: Ketika Mooryati Soedibyo Menyerahkan Kendali Mustika Ratu kepada Anaknya

Beberapa di antara mereka mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hambatan bisnis yang dialami
Acara tersebut berlangsung santai

BACA JUGA: SMP sudah Taklukkan Mahasiswa di Ajang Lomba Pidato

Jaya bahkan hanya mengenakan kaus polo dipadu celana kargo plus sepatu sandal.
 
"Otak itu seperti Google
Apa yang dicari di situ, keluarnya ya itu

BACA JUGA: Kisah Marina, Ibu Muda yang Selamat Bersama Balitanya meski Terseret Banjir Lahar Dingin

Kalau yang dicari kampret, yang keluar semua juga kampret," ujarnya disambut tawa para siswa"Kalau yang dicari duit, yang keluar ya duitKalau yang dipikir kesulitan, yang keluar ya kesulitan terus," imbuhnya memberikan semangat.

Tak lama kemudian, salah seorang siswa menyodorkan sebuah proposal usaha kepada JayaYakni, jasa pemasangan iklan di angkutan kota (angkot)Dalam proposal digambarkan, selain ditempeli gambar, angkot tersebut akan dipasangi produk-produk dalam bentuk tiga dimensiMisalnya, untuk restoran cepat saji, akan dipasang hamburger di atap angkot.

Anak-anak muda itu merupakan alumni sekolah entrepreneur yang didirikan JayaYakni, Young Entrepreneur Academy (YEA)Kendati sudah merampungkan sekolah wirausaha, mereka masih sering bertemu Jaya untuk mengonsultasikan bisnisnya.

Meski masih tergolong "pemula", mereka adalah para pengusaha yang memiliki omzet puluhan juta rupiahBeberapa bahkan sudah mencapai ratusan juta rupiahUsaha mereka beraneka ragamMulai ticketing, business center, penjualan pakaian bayi, supplier bahan bangunan, hingga laundry.

Jaya mengklaim, sekolah yang dia dirikan itu merupakan satu-satunya sekolah yang mendidik siswanya menjadi pelaku bisnisMemang, banyak sekolah yang bertitel sekolah bisnisTapi, kenyataannya, sekolah tersebut banyak memasang lowongan pekerjaan di papan pengumumanHal itu, kata dia, bertentangan dengan spirit bisnis.

"Artinya, mereka kan hanya mendidik siswanya jadi karyawanPengusaha itu membuka lapangan usaha," ujar anak keenam di antara tujuh bersaudara tersebut.

Lelaki berkacamata itu mengungkapkan, menjadi bos merupakan pilihan yang baik bagi anak mudaSebab, ide-ide mereka masih segarTanggungan mereka juga belum banyakApalagi energi mereka masih meledak-ledak dan penuh semangat mengeksplorasi hal-hal baru"Lebih baik jadi bos daripada jadi karyawanKaryawan nggak kerja nggak bisa makan, bos nggak kerja tetap bisa makan," ujar Jaya menirukan petuah ayahnya.

Selama hidupnya, kata Jaya, ayahnya adalah karyawan biasaKarena itu, begitu sudah memasuki usia senja dan masih harus tetap banting tulang, sang ayah mengungkapkan kata-kata bijak tersebut kepada JayaSejak saat itulah Jaya merasa bahwa jalan hidupnya adalah menjadi pebisnis.

Dia sebenarnya tidak dilahirkan dari keluarga pebisnisAwalnya hanya dirinyalah yang berkecimpung dalam dunia bisnis pada 1998Namun, virus entrepreneurship kemudian menjangkiti kakak-adiknyaEmpat saudara Jaya pun akhirnya mengikuti jejak sang juragan.

Sejak 2004, lelaki 37 tahun itu memang getol mendorong masyarakat menjadi pengusahaTerutama anak mudaBahkan, dia menargetkan ada sejuta anak muda yang berhasil menjadi pengusaha lewat tangannya

Lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Aditama Surabaya (ITATS) Surabaya itu pernah bekerja di Astra Microtonics Technology (AMT), perusahaan penyedia chip, 1998Namun, dia kemudian keluar dari Astra dan memilih mandiri menjadi pengusahaJaya mengawali usaha dengan membuka bisnis di bidang industrial supply.

Bisnisnya berkembang pesat hingga menggurita menjadi kelompok perusahaan bernama Momentum GroupPerusahaan-perusahaan dia, antara lain, PT KS Technology yang bergerak di bidang industrial automation, PT Momentum Technology (distributor spare part dan sensor), PT Karya Setia Abadi (distributor oli dan konstruksi baja ringan), CV Kawan Setia Industri (pemasok food and beverage serta memiliki jaringan retail store "The Farmer"), PT Momentum Entrepreneur Mindset (training entrepreneurship), dan PT Momentum Retail Management (jasa konsultan bisnis retail).

Jaya kini tak lagi banyak terlibat secara operasional dalam pengelolaan bisnis-bisnisnyaDia juga mulai menyerahkan perusahaannya kepada profesional, sedangkan dirinya hanya memegang saham-sahamnyaSebagian besar waktunya dihabiskan untuk memprovokasi anak-anak muda menjadi pengusaha.

Jaya menuturkan, mendorong masyarakat menjadi pengusaha memang menjadi impiannya sejak duluNamun, dia tidak pernah menyangka akhirnya benar-benar fokus dalam kegiatan nonprofit ituSebab, upaya tersebut awalnya hanya coba-coba saat dirinya mengisi konsultasi wirausaha di sebuah radio di Batam, Kepulauan Riau, 2004.

Acara tersebut, tampaknya, mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat BatamJaya lantas membuka acara yang sama di sebuah televisi lokal di BatamDia juga mulai mengisi kolom-kolom di Batam Pos (Grup JPNN)"Sambutan masyarakat luar biasaAkhirnya, saya terpacu dan semakin bersemangat," ujarnya.

Pada 2005, Jaya membuka milis konsultasi wirausaha bernama Entrepreneur AssociationPesertanya adalah masyarakat umum dan tidak dipungut biayaDari sekadar sharing bisnis, mereka tumbuh menjadi komunitas bisnis yang kerap mengadakan pertemuan rutinBaik bersama Jaya maupun antaranggota komunitasKomunitas itu kini berkembang di sejumlah kota besar di Indonesia.

Sembari membina di YEA, Jaya terus berkeliling IndonesiaPada kurun 2005 hingga 2007, dia menjadi mentor dan mengisi kelas-kelas yang diadakan Entrepreneur UniversityDalam setahun, dia mengisi 120 kelas di 40 kota.

Mendorong semangat bisnis, kata dia, merupakan "proyek tekor"Proyek tersebut dijalankan bukan agar dia bisa meraup rupiahJustru dalam menjalankannya, suami Liana Setiabudi itu harus mengeluarkan duit dari kantong sendiri.
 
"Semua nonprofitKalau yang begini bisa mendatangkan banyak duit, pasti akan ada banyak orang yang buka sekolah beginianKenyataannya, justru nggak banyak kan? Sebab, memang rugi terus," tegas ayah Sarah Aulia Setiabudi, 8, dan Alfin Risqi Setiabudi, 6, itu.
 
Jaya mengungkapkan, tidak gampang mendidik anak muda menjadi pengusaha"Di sini, saya sering berinteraksi dengan anak-anak muda ituNgemong, menyemangatiItu tidak gampang," katanya.
 
Berada di antara pengusaha muda, ujar dia, harus sabarDirinya juga harus bisa mengendalikan ego anak-anak didiknyaSebab, karakter pengusaha cenderung egois dan mau menang sendiriJaya harus membuat mereka mau bekerja sama dan tetap menjalin persahabatan kendati persaingan dalam dunia bisnis kadang sengit"Tidak mudah, kan?" ujarnya(*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo yang Aktif sebagai Juru Kampanye Perubahan Iklim


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler