Hendry Soelistyo, Melihat Peluang Bisnis dari Kemacetan Jakarta

Berawal dari Derita Selalu Terlambat Sampai Rumah

Kamis, 18 Agustus 2011 – 06:00 WIB

Kemacetan di Jakarta sudah menjadi santapan sehari-hari bagi warga ibu kotaPemerintah pun seolah tak berdaya mengatasinya

BACA JUGA: Mengintip Geliat Prostitusi di Bogor Jelang Lebaran

Tapi, di tangan Hendry Soelistyo, seorang pengusaha software IT, kemacetan superparah itu justru menjadi lahan bisnis menjanjikan dan membawanya meraih penghargaan internasional

 
T

BACA JUGA: Pusing Menghadapi Murid yang Lebih Hafal Lagu Kebangsaan Malaysia

KUKUH-DHIMAS G., Jakarta

BEGITU membuka situs lewatmana.com, tampak enam layar kecil yang menayangkan kondisi jalanan di beberapa titik Kota Jakarta
Itu adalah titik-titik rawan kemacetan di ibu kota yang ditangkap dari closed circuit television (CCTV)

BACA JUGA: Disertasi Selamat setelah Bertemu Sumarlin di Lapangan Tenis

Misalnya, Jalan Thamrin, Rasuna Said, dan Sudirman, Grogol

Pengunjung situs tersebut juga bisa memilih titik jalan lain yang ingin dilihat"Sekarang kami sudah memasang 72 CCTV di beberapa tempat di Jakarta," kata Hendry Soelistyo, penggagas lewatmana.com, kepada Jawa Pos.

Dia menceritakan, pembuatan situs tersebut dilatarbelakangi pengalaman pribadiDia mengaku tiada hari tanpa terjebak kemacetan saat hari kerjaApalagi saat pulang kantorHampir setiap hari pria yang berkantor di kawasan Gatot Subroto itu harus menderita karena perjalanan pulang kerja terhambatHendry pun selalu terlambat sampai di rumahnya di kawasan Puri Indah, Jakarta Barat

Nah, di tengah kebosanan tersebut, tebersit sebuah ide soal cara mengurangi kemacetan JakartaKarena sehari-hari Hendry berkecimpung di dunia information technology (IT), ide itu pun tak jauh-jauh dari pekerjaannya"Simpel saja, saya kepikiran untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang gambaran kondisi jalan di Jakarta melalui internet," ucapnya.

Dia sebenarnya menyadari bahwa memberikan informasi tentang kondisi jalan bukanlah hal baruSebab, sudah ada media radio serta televisi dan bahkan polisi memiliki program TMC (traffic management center)Media CCTV pun bukan hal baru.

Tapi, menurut Hendry, dalam hal ini, belum ada pihak yang secara spesifik menggunakan CCTV dalam jumlah banyak, apalagi swasta"Sepengetahuan saya, yang sudah-sudah adalah milik pemerintahBahkan, punya polisi tidak sebanyak kami," ucapnya.

Bapak tiga anak itu mengungkapkan, ide tersebut tercetus sejak 2006Tapi, karena saat itu harga perlengkapan CCTV masih sangat mahal, ide tersebut masih disimpan sajaSelain itu, waktu itu perkembangan teknologi belum begitu mendukungPengguna internet belum terlalu banyak

Hendry pun menyimpan keinginannya sembari menunggu waktu yang tepat dan menunggu turunnya harga-harga perangkat canggih yang dibutuhkanAkhirnya, pada 2008, dia mulai melangkah"Awalnya, saya hanya memasang 15 CCTV di titik rawan macet," jelasnya.

Dengan sedikit bercanda, dia menyatakan, CCTV yang dipasang waktu itu diprioritaskan hanya di titik-titik kemacetan jalur kantor dan rumahnyaDaerah pertama adalah Kebonjeruk, Gatot Subroto, Grogol, Serpong, dan Kemayoran"Ya jelas dong, kan itu punya (jalur, Red) saya sendiri," ucapnya lantas ngakak.

Hendry tidak berjalan sendiriDia menggandeng beberapa kolega di tempat kerjanyaSedikit demi sedikit dia terus menambah CCTV dan membenahi serta meng-up grade perangkat lunak untuk mendukung programnya.

Harga satu unit kamera mungil itu, kata Hendry, mencapai USD 500Berarti, untuk membeli 72 CCTV, dirinya harus merogoh kocek sekitar USD 36.000 atau setara Rp 306 jutaBelum lagi pembelian peralatan lainHarga itu pun, kata dia, adalah untuk kualitas CCTV menengah atau tidak terlalu baik tapi juga tidak terlalu buruk.

Hendry beralasan, dengan menggunakan CCTV, pengguna jalan bisa mengetahui mana saja jalan yang padat dan macetBila tahu macet, mereka akan menghindari jalur tersebutDengan demikian, sudah satu kendaraan berpartisipasi mengurangi kemacetan"Bayangkan, kalau puluhan kendaraan tidak melintas di jalan macet itu, macetnya tidak berkepanjangan," tuturnya

Keringat yang dikeluarkan lulusan University of Manitoba, Kanada, tersebut ternyata tidak sia-siaSedikit demi sedikit pengunjung situsnya semakin melonjakPada hari-hari kerja, 23 ribu hingga 30 ribu orang menilik lewatmana.comTapi, Hendry mengakui bahwa jumlah tersebut masih sangat jauh bila dibanding jumlah kendaraan di Jakarta

Berdasar data Polda Metro Jaya 2010, kendaraan di jalanan Jakarta mencapai 11.362.396 unitTerdiri atas, 8.244.346 unit kendaraan roda dua dan 3.118.050 unit roda empat"Tapi, saya yakin, meski yang memanfaatkan situs saya masih sedikit, itu sudah membantu," tegasnya.

Bahkan, Hendry yakin, dengan masih kecilnya angka peminat situsnya, potensi untuk terus berkembang masih terbuka lebarKarena itu, dia menegaskan akan serius mengarahkannya untuk bisnisMisalnya, menjualnya kepada pemasang iklanSelain itu, Hendry membangun kerja sama dengan para pengelola gedung-gedung bertingkat di Jakarta yang ingin gedungnya dipasangi CCTV untuk memantau jalanan di sekitar gedung tersebut

Tak hanya ituYang tak kalah banyak menghasilkan keuntungan bagi dia adalah menggaet provider-provider telekomunikasi untuk menjalin kerja sama.
Menurut Hendry, kini beberapa provider berlomba-lomba untuk memberikan layanan jasa pemantauan kondisi jalanan"Sebenarnya, sejak dulu punya niat untuk bisnis dalam membangun ini (lewatmana.com), namun tidak terlalu menggebuTapi, sekarang saya ingin lebih serius," katanya lantas tersenyum

Bahkan, tanpa diduga sedikit pun, situs lewatmana.com berhasil meraih penghargaan internasional Netexplorateur Award of the Year 2011 di Prancis pada 3 Februari 2011Hendry langsung terbang ke negara tersebut dan menerima penghargaan di kantor pusat UNESCO di Paris"Saya sangat kagetApalagi, Netexplorateur bukan organisasi sembarangan," ucapnya

Dia menjelaskan, itu adalah organisasi yang didukung senat dan perdana menteri PrancisSetiap tahun, sekitar 200 peneliti, jurnalis, akademisi, pakar teknologi, dan ahli bidang lain akan memperhatikan penggunaan media digital serta internet untuk sesuatu yang baru dari seluruh duniaNanti, tim tersebut memilih seratus kandidat yang dinilai paling menjanjikanSeratus kandidat itu ditetapkan sebagai The Netexplorateur 100Dari seratus tersebut, disaring lagi hingga menjadi sepuluh

Hendry merupakan satu-satunya orang Asia Tenggara yang menerima penghargaan tersebutDia mengungkapkan, dirinya menang dalam kategori social impact
Lebih lanjut, Hendry menceritakan, dirinya sempat mengabaikan pengumuman atas kemenangannya yang dikirim via e-mail"Saya kira itu hoax, tapi ternyata sungguhan," katanya lantas ngakak.

Akhirnya, dia percaya setelah menelusuri lebih lanjutYang membuat dia semakin percaya adalah semua akomodasi ditanggung panitiaTentu saja Hendry tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebutDia mempersiapkan diri dengan baikBahkan, yang lebih membanggakan, ternyata dirinya diberi kesempatan untuk berpidato di depan undangan, termasuk para petinggi UNESCO dan pemerintah Prancis.

Hendry mengaku sedikit grogi saat diminta berbicara di podiumTapi, lagi-lagi dia tidak menyia-nyiakan hal ituSelain menerangkan lewatmana.com yang disertai masalah kemacetan Jakarta, dia ternyata lebih banyak berbicara tentang keindahan Indonesia"Kalau nggak mempromosikan Indonesia di dunia, rugi dongKeindahan negara kita kan nggak ada tandingannya," tegasnya(c5/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Mau Dia, Bawa-bawa Nama Bapak?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler