jpnn.com - WARGA Sibolga, Sumut, dihebohkan dengan kasus hilangnya seorang nelayan, Kudri Yakup Sinaga (40). Alhamdulillah, akhirnya dia ditemukan dalam keadaan hidup, Rabu (9/3) sekira pukul 16.00 WIB. Pengakuannya, selama mengapung di laut tanpa pelampung, ia sempat ditahan makhluk gaib “penghuni” laut Pulau Ilik.
Didampingi istri dan keluarganya yang lain, Kudri tampak terbaring di atas tempat tidur di ruang tamu rumahnya, di Jalan Pulo Rembang, Gang Bahasa, Kelurahan Pasabelakang, Sibolga Kota. Kepada wartawan New Tapanuli (Jawa Pos Group), ia mencoba menceritakan kisahnya selama terombang-ambing di laut.
BACA JUGA: Kisah Sedih Arema Cronus, Tim Spesialis Gagal di Turnamen Besar
Menurut Kudri, setelah berpisah dengan 3 rekannya, masing-masing Hamdani Zebua (28), Kismad Gea (28) dan Iwan Tanjung (53), ia terus berusaha berjuang mendapatkan pertolongan. Di malam kedua itu, dia sempat melihat ada tiga kapal nelayan yang sedang menjaring. Dengan susah payah, Kudri pun berjuang untuk dapat sampai ke kapal tersebut.
Setelah berhasil tiba di kapal pertama, Kudri langsung minta tolong agar diselamatkan. Namun salah seorang ABK kapal tersebut mengusirnya sebelum Kudri naik ke kapal.
BACA JUGA: Romantis Banget! Si Cantik Berhijab Merah Ini Dilamar saat Gerhana
Begitu juga dengan kapal kedua. Perlakuan yang sama didapatinya seperti kapal pertama.
Hingga Kudri akhirnya mendekati kapal ketiga. Saat itu ia meminta tolong untuk diberi makan, karena sudah dua malam tidak makan dan minum. Meski tak berbicara, Kudri melihat gelagat pemilik kapal akan menolongnya. Sehingga papan sepanjang empat meter yang menjadi penolong hidupnya sejak berpisah dari tiga rekannya, dilepas.
BACA JUGA: Pria ini Siap Bawa Angklung Terbang Tinggi
Namun harapannya ibarat jauh panggang dari api. Ternyata ABK kapal tersebut tidak memedulikannya.
“Penglihatan saya waktu itu nyata. Ada tiga kapal yang sedang buang jaring. Waktu aku minta tolong sama kapal yang pertama, sana, sana, dia malah mengusir aku, gak mau menolong. Sampai kapal ketiga juga, waktu aku minta makan, ada seseorang dari atas kapal yang nanya kepada rekannya, ada apa, kemudian si rekannya itu menjawab, ini mau minta makan. Disitulah langsung kulepaskan papan pelampungku. Kupikir mereka akan menyelamatkan aku, rupanya tidak,” katanya.
Di tengah suasana yang serba kritis dan dengan kondisi yang sudah tak bertenaga, Kudri menyempatkan diri menanyai ABK kapal itu, apakah mereka itu jin atau manusia.
“Kalian jin atau manusia? Kalau manusia, pasti menolong. Tapi pertanyaanku gak dijawab,” kisah Kudri yang mengaku heran dengan pengalamannya itu.
Padahal katanya, sebelumnya saat bersama tiga rekannya, mereka jelas-jelas melihat ada kapal berada di dekat mereka. Namun entah bagaimana, kapal yang mereka lihat tak bisa diraih.
Bahkan kata Kudri, ia juga sempat melihat jelas ada daratan yang tak jauh dari posisinya malam itu. Ia bahkan memperkirakan, dengan setengah jam berenang, sudah bisa sampai ke daratan. Namun anehnya, semua itu seperti menjadi khayalan. Menurutnya, ada hal mistis atau gaib yang berusaha menjauhkan mereka dari daratan.
Setelah itu, lanjutnya menceritakan, diapun pingsan, tidak sadarkan diri. Dalam ketidaksadaran itu, Kudri merasa saat itu ia sedang berada di rumah, kumpul dengan anak dan istrinya. Tapi, sesaat kemudian, keadaan berubah. Ia merasa sedang berada di sebuah tempat yang dia tahu bahwa itu adalah dasar laut. Kondisinya terkurung dalam sebuah kaca.
“Tak berapa lama, mimpi itu berubah lagi. Sepertinya aku dikelilingi oleh kaca, terkurung, gak tahu cara memecahkan kaca itu untuk melepaskan diri,” ungkapnya.
Kemudian, masih kata dia, dalam mimpinya tersebut, dia melihat anak bungsunya datang dan mengencingi kaca tersebut, hingga pecah. Saat itu dia merasa, hanya kencinglah yang bisa membebaskannya dari penagkap kaca tersebut. Namun perasaannya masih ragu-ragu. Hingga seorang pria yang tak lain adalah Pahruddin Sinaga, ayah kandungnya datang dan memberi semangat padanya agar jangan takut memecahkan kaca tersebut.
“Datang anakku yang kecil ini, kecing dia. Tiba-tiba kaca yang dikencinginya tadi pecah. Setiap kali kaca pecah, perasaanku pun bernafas lega. Datang lagi ayahku, jangan takut pecahkan saja,” katanya menceritakan kejadian yang dialaminya.
Dengan semangat, dia pun menyuruh anaknya untuk terus mengencingi kaca tersebut. Namun sayang, usaha tersebut sia-sia. Karena kaca yang pecah dengan cepat kembali lagi utuh. “Kusuruhlah terus kencing anakku ini, biar pecah semua. Tapi, kacanya kembali lagi utuh, itu bingungnya aku,” terangnya.
Tiba-tiba saja, anak dan ayahnya pun hilang. Entah darimana katanya, dalam mimpinya itu muncul seorang pria yang menurutnya berperawakan baik dan mau menjadi temannya. Namun berbarengan dengan itu, datang juga sepasang suami istri berkulit putih yang menawarkan sesuatu untuk dimakan. Saat dilihat, benda yang disodorkan suami istri itu berwarna hitam.
Selanjutnya pria yang disebutnya sebagai kawan itu melarang Kudri untuk memakan benda yang disodorkan kepadanya. Menurutnya, pasangan suami istri itu mempunyai niat buruk padanya.
“Benda hitam itu seperti darah. Katanya, kalau kumakan, aku akan menjadi pengikutnya. Tapi, kawanku tadi melarang. Jangan kau makan, itu sesat,” bebernya menirukan kata-kata rekannya tersebut.
Dalam mimpinya, masih kata Kudri, dia terus saja berdoa dan membaca ayat kursi. Hingga kemudian pasangan tersebut terlihat bertengkar. Si wanita menyarankan kepada suaminya agar segera melepaskan dirinya. Namun, si suami tetap bersikeras ingin menahannya di dasar laut.
“Mereka mau mengurungku di dasar laut. Makanya terus saja aku berdoa, kubaca ayat kursi saat aku ditahan “penunggu” Laut Ilik itu. Disitu mereka kulihat bertengkar, karena suaminya gak mau melepaskan aku. Padahal, istrinya sudah menyuruh agar aku dilepaskan,” tuturnya.
Dengan perasaan bingung dan masih belum percaya dengan kisah yang dialaminya, Kudri pun meneruskan ceritanya. Setelah keduanya bertengkar, sahabat alam gaibnya tersebut memberikannya sehelai benang dan mengajarinya cara memecahkan kaca tersebut, hingga akhirnya benar-benar pecah.
“Akupun gak mengerti benang apa itu, kok bisa pecah kaca itu hanya karena digosok-gosok pakai benang saja,” ujar Kudri.
Setelah kaca pecah, perasaan sesaknya hilang berganti dengan nafas lega. Disinilah muncul keajaiban, Kudri tiba-tiba muncul dari dasar laut, tepat di depan sebuah kapal nelayan penjaring kepiting. Kondisinya saat itu tanpa busana. Menurut keterangan ABK yang menyelamatkannya, saat itu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Awalnya Kudri memang tidak memperdulikan kapal tersebut. Karena, saat itu ia teringat dengan rekan alam gaibnya yang masih berada di dasar laut. Katanya, ada tiga kali dia mencoba menyelam kembali ke bawah dan sempat berteriak memanggil rekannya tersebut.
“Ada 3 kali kucoba menyelam, kupanggil-panggil dia, kemana kau, kenapa kau tinggalkan aku, tapi gak didengarkannya. Barulah aku teriak memanggil orang yang ada di kapal itu,” ungkapnya sembari menambahkan kalau orang yang ada di kapal itu sempat bingung melihat dirinya bisa selamat tanpa pelampung.
Sementara itu ayahnya Pahruddin, mengaku tak yakin anaknya bisa selamat begitu mendengar kabar kapal Kudri karam. Namun katanya, inilah kebesaran Tuhan.
"Kita pun gak percaya, masa bisa selamat padahal sudah gak ada lagi pelampungnya. Memang itulah kebesaran Tuhan itu, bisa selamat anakku ini," ungkapnya haru sambil mengucapkan terimakasih kepada Sang Pencipta berulang kali.
Amatan New Tapanuli, kondisi Kudri kini sudah mulai membaik. Dia hanya mengalami luka ringan pada perutnya dan sudah diobati. Kudri mengaku tak akan gentar untuk tetap melaut. Karena hanya dengan melautlah dia bisa menghidupi 8 anak dan istrinya.
Berita sebelumnya, kapal Rizky Hannum yang ditumpangi Kudri bersama tiga rekannya, karam setelah dihantam badai di perairan Pulau Ilik, wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Rekannya Iwan Tanjung, Rabu (9/3) lalu menceritakan kronologis yang mereka alami.
Menurut Iwan, awalnya mereka yang berjumlah empat orang, berangkat dari Sibolga, Rabu (2/3) sekira pukul 10.00 WIB. Dari hari itu hingga lima hari kedepannya, semuanya terkendali. Namun pada Senin (7/3) sekira pukul 20.00 WIB, di sekitar Pulau Ilik, perairan Mandailing Natal, tepatnya 30 mil dari Sibolga, terjadi badai di laut.
Saat itu angin kencang berhembus dan membuat kapal mereka tak bisa melaju. Akhirnya, mereka memilih berhenti dan menurunkan jangkar.
“Karena badai sangat kencang, kapal kami gak bisa lagi melaju. Terpaksa kami turunkan jangkar. Kami takut kalau dipaksa, jadi membahayakan,” ujar Iwan diamini Hamdani dan Kismad, Rabu (9/3).
Ternyata, apa yang mereka takutkan akhirnya terjadi. Kapal bermesin dompeng 16 PK yang mereka tumpangi terbalik setelah dihantam badai. Dengan perasaan was-was, mereka kemudian berusaha membalikkan lagi kapal tersebut, agar posisinya seperti semula. Namun, karena kondisinya mengalami kerusakan parah, kapal ukuran GT 3 tersebut akhirnya karam.
“Sampai pukul 01.00 WIB kami masih tetap bertahan di kapal itu. Setelah itu, akhirnya ternggelam, karam,” bebernya.
“Pada Selasa (8/3) malam sekira pukul 23.30 WIB, kami lihat ada kapal yang sedang membuang jaring. Tandanya, pelampung berbendera yang di taruh di air, itu tandanya. Jangan sampai ditinggal pergi, Kismad pun buru-buru berenang dengan memakai pelampung, untung masih terkejar. Karena pada saat itu kapalnya sudah mau berangkat pulang,” ceritanya.
Selanjutnya ketiganya dinaikkan ke kapal dan berhasil diselamatkan. Sempat mencari keberadaan Kudri yang tak kunjung terlihat saat itu, mereka akhirnya dibawa pulang ke Sibolga. (ts/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapa yang Menguasai Lautan, Akan Menguasai Dunia
Redaktur : Tim Redaksi