Hujan Deras Berpotensi Picu Harga Garam Naik Lagi

Kamis, 28 September 2017 – 08:13 WIB
Tambak garam. Foto: Dok. Timor Express/JPNN.com

jpnn.com, CIREBON - Hujan deras turun hampir merata selama beberapa hari terakhir berpotensi memicu naiknya harga garam.

Pasalnya, stok garam diperkirakan menipis akibat para petani garam mengalami gagal panen, seperti yang terjadi di Kabupaten Cirebon, Jabar. Para petani garam ini baru sekitar dua bulan melakukan produksi garam

BACA JUGA: Petani Garam Minta Pemerintah Tahan Impor

“Prediksi kami tahun ini kemarau akan sangat pendek, hanya akan berlangsung dua bulan. Sekarang sudah masuk musim hujan, produksi juga sudah mulai jarang seiring hujan yang sudah sering turun,” ujar Lukman Hakim, kepala Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon.

Dikatakan, produksi garam di Rawaurip nyaris lumpuh. Saat ini yang tersisah hanyalah aktivitas petani garam yang mulai menjual stok simpanannya kepada tengkulak.

BACA JUGA: Petani Garam Mulai Panen, Biasanya Dapat 7 Ton, Kini Hanya 1 Ton

Beberapa di antaranya masih mengangkut hasil panen terakhir yang belum sempat diangkut ke gudang.

“Kalau untuk produksi sudah sulit ya. Selain sudah turun hujan, kadang cuaca juga sepanjang hari mendung. Padahal untuk memproduksi garam butuh waktu yang tidak sebentar, butuh berhari-hari,” akunya.

BACA JUGA: Pantai Terkena Abrasi, Petani Garam Terancam Tak Bisa Produksi

Namun demikian, diakuinya, ketimbang musim-musim sebelumnya, tahun ini nasib petani garam di desanya lebih baik. Musim kemarau yang pendek terbantu dengan harga garam yang tinggi di awal-awal masa panen.

“Untung awal panen haraganya sempat tinggi. Sekarang juga masih stabil, ada yang Rp800 per kilo dan ada yang Rp1000 per kilo. Ini sudah risiko petani. Kalau rezekinya masih ada, mudah-mudahan besok-besok masih ada panas dan kita masih bisa panen lagi,” bebernya.

Sementara Kartim (50) salah satu petani garam Desa Rawaurip saat ditemui Radar mengungkapkan saat ini sudah tidak ada lagi produksi garam di Desa Rawaurip karena terkendala soal cuaca yang mulai masuk musim penghujan. Padahal menurutnya, normalnya musim kemarau tersebut akan berlangsung selama 4 sampai 5 bulan setiap tahunnya.

“Ini baru jalan dua bulanan sudah muali hujan. Tahun ini berarti kemarau pendek, kita pasrah. Yang lain juga sudah tidak produksi, semuanya gagal panen karena hujan turun merata.Tambaknya dikasih hujan sehari semalam, garamnya lebur lagi,” ungkapnya.

Ditambahkan, jika nanti sudah benar-benar masuk musim penghujan, maka lahan tambak garam miliknya akan dialihfungsikan menjadi tambak ikan atau tambak udang agar tetap mendapat penghasilan.

“Kalau tahun-tahun kemarin kita gunakan untuk tambak ikan bandeng. Tahun ini juga kemungkinan sama,” pungkasnya. (dri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejarah Garam dalam Legenda Aji Saka


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler