jpnn.com - Menko Polhukam Mahfud MD menjadi trending topic dan viral beberapa hari ini. Penyebabnya ialah unggahannya mengenai sinetron Ikatan Cinta.
Diam-diam, Mahfud ternyata penggemar berat sinetron populer itu. Dia mengikuti dengan tekun dan memberi komentar mengenai beberapa episode sinetron itu.
BACA JUGA: Nia Ramadhani
Banyak warganet yang merespons unggahan Mahfud itu. Ada yang netral-netral saja, tetapi banyak juga yang mengecamnya.
Ada juga yang mengaitkannya dengan kondisi sosial politik mutakhir. Beberapa warganet mengkritik Mahfud yang masih menyempatkan diri menonton sinetron saat pejabat pemerintah harus fokus pada penanganan pandemi.
BACA JUGA: Sampah
Mungkin Mahfud ingin sedikit bersantai melepas penat dari kehidupan politik yang hiruk pikuk seperti sekarang. Dia menemukan hiburan itu pada sinetron Ikatan Cinta.
Sebagai menteri yang bertanggung jawab terhadap kondisi politik dan keamanan nasional, Mahfud ingin sekali-kali membuat unggahan yang bisa mengendorkan urat syaraf.
BACA JUGA: Dokter Lois
Mungkin juga Mahfud ingin mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari rakyat banyak yang sekarang menggilai sinetron. Mahfud ingin menunjukkan bahwa dia bukan bagian dari elite sosial yang eksklusif, terpisah dari rakyat.
Akan tetapi, ternyata tidak semua tanggapan warganet bernada positif. Selain mengaitkan dengan situasi darurat, banyak juga yang mengecam Mahfud sebagai sosok berselera rendah karena menonton sinetron sekelas Ikatan Cinta.
Lepas dari selera rendah atau tidak, Ikatan Cinta adalah sinetron fenomenal. Di tengah kondisi ekonomi yang sulit karena pandemi, ternyata Ikatan Cinta bisa muncul menjadi hiburan yang ditonton secara masif, bahkan bisa menghasilkan perputaran ekonomi yang besar.
Sejak ditayangkan pada akhir 2020, sinetron itu sampai sekarang konsisten mendapatkan rating 12 sampai 15 poin dan menjadi acara yang paling banyak ditonton dengan share audience mencapai 55 persen.
Sekadar gambaran saja, share audience dan rating Ikatan Cinta hanya kalah sekali dari final kompetisi sepak bola Euro 2020.
Tidak usah bicara soal kualitas. Jangan tanya soal mutu. Sinetron ini akan dianggap oleh banyak orang sebagai sampah.
Namun, sebagai industri mimpi, sinetron itu sukses menyedot imajinasi jutaan orang, terutama ibu-ibu, dan ujung-ujungnya menghasilkan laba yang cukup besar.
Sinetron adalah bagian dari industri budaya yang sudah tercemar oleh komersialisasi dan industrialisasi. Budaya yang seharusnya menjadi wujud dari ekspresi atau pemikiran estetik masyarakat, telah kehilangan maknanya dan diperlakukan layaknya sebuah produk komoditas yang bisa diperjual-belikan untuk mengumpulkan keuntungan.
Budaya tidak lagi menjadi ekspresi kultural yang menyajikan keindahan, tetapi sudah menjadi dagangan yang disesuaikan dengan logika kapitalisme.
Sinetron Ikatan Cinta yang ditonton jutaan orang akhirnya menarik produsen untuk memasang iklan pada acara itu. Pada akhirnya, penonton sinetron menjadi objek ganda, yakni dibuai mimpi cerita dan target konsumerisme iklan.
Adorno dan Hokheimer menyebut fenomena ini sebagai budaya pop atau pop culture yang menjadi inti kapitalisme industri media sekarang. Dengan budaya pop, selera orang di seluruh dunia diseragamkan.
Sinetron Ikatan Cinta sama saja dengan opera sabun Dallas buatan Amerika yang sangat terkenal pada masa lalu. Ikatan Cinta sama saja dengan ratusan drama korea yang digandrungi seluruh dunia. Isinya menggambarkan orang-orang cantik, ganteng, dan kaya raya yang terlibat cinta segitiga serta berebutan harta.
Cerita itu dibuat berputar-putar sampai menjadi ratusan episode, tanpa diketahui sampai kapan berakhir. Namun, itulah yang membuat penonton seperti Mahdud MD terpaku di depan televisi dan setiap hari menjadi penasaran ingin tahu episode selanjutnya.
Industri budaya menjadikan karya seni sebagai komoditi yang dikemas dalam produk yang menawan dan lebih mengutamakan aspek ekonomi dalam rasionalitas kapitalis ketimbang tujuan membawa pencerahan kepada masyarakat.
Karya seni seharusnya menjadi sebuah pencerahan bagi kemanusiaan, tetapi industri budaya malah menyebabkan kemunduran terhadap otonomi individu. Yang terjadi ialah regresi atau kemunduran dari pencerahan.
Industri budaya bertumpu pada hadirnya teknologi. Temuan teknologi seharusnya dimaksudkan sebagai pembebasan terhadap manusia. Dengan teknologi, manusia banyak diberi kemudahan dan kenyamanan.
Namun, manusia menjadi mager alias malas gerak karena dimanjakan teknologi. Bukan hanya mager fisik, tetapi juga mager intelektual alias lebih suka pada hal instan dan tidak mau berpikir kritis.
Teknologi yang seharusnya sebagai alat pencerahan malah menjadi alat penindasan dan penjajahan budaya serta akal sehat. Walhasil, teknologi yang semestinya mencerahkan malah membuat orang makin tidak cerdas dan tidak kritis.
Lalu muncul ‘Manusia Satu Dimensi’ seperti kata Herbert Marcuse. Manusia hanya menjadi penikmat produk fisik yang berlimpah, dan menjadi kehilangan nalar kritis.
Menonton Ikatan Cinta pasti membuat orang asyik dan terbuai, lupa akan kepenatan dan kesumpekan hidup sehari-hari.
Mungkin Mahfud MD sengaja mengajak orang beramai-ramai menonton Ikatan Cinta supaya tidak ikut-ikutan berpikir kritis yang bisa merepotkan pemerintah. Siapa tahu? (***)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harmoko
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi