jpnn.com - jpnn.com - Neraca perdagangan Jawa Timur Januari 2017 tercatat defisit USD 377,11 juta. Perinciannya, ekspor sepanjang Januari tercatat USD 1,37 miliar, sedangkan impor USD 1,75 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono menyatakan, neraca perdagangan Jatim terbalik dengan surplus secara nasional pada Januari.
BACA JUGA: Harga Batu Bara Turun, Ekspor Diprediksi Melemah
Padahal, sepanjang 2016, Jatim mencatatkan surplus pada neraca perdagangan.
Teguh memprediksi kinerja ekspor Jatim melemah.
BACA JUGA: Perhiasan dan Permata Sumbang Ekspor Terbesar
Hal itu terlihat dari tidak masuknya Jatim dalam tiga besar penopang ekspor nasional.
Penyebab lainnya, ada kemungkinan provinsi lain menghasilkan produk yang mirip dengan komoditas ekspor Jatim.
BACA JUGA: Bidik Ekspor ke Timur Tengah Lewat Rumah Kreatif
Dengan demikian, produk dari provinsi lain tersebut menjadi subtitusi.
Secara terperinci, defisit untuk migas sebesar USD 251,48 juta dan nonmigas USD 125,63 juta.
Meski migas dan nonmigas defisit, kinerja ekspor Jatim pada Januari 2017 USD 1,37 miliar tercatat tumbuh 4,33 persen jika dibandingkan dengan Januari 2016.
Dari jumlah tersebut, ekspor nonmigas tercatat USD 1,28 miliar.
Komoditas nonmigas yang menyumbang kinerja ekspor Jatim adalah perhiasan permata, lemak minyak hewan dan nabati, kayu dan barang dari kayu, hingga ikan dan udang.
”jika dibandingkan dengan Januari 2016, penurunan ekspor dialami kayu dan barang dari kayu serta alas kaki,” terangnya.
Kinerja impor justru mengalami kenaikan 22,04 persen dari USD 1,43 miliar pada Januari 2016 menjadi USD 1,75 miliar pada Januari 2017.
Komoditas impor utama Jatim adalah mesin dan peralatan mekanik, plastik, besi baja, perhiasan, pupuk, bungkil, bahan kimia organik, mesin listrik, buah-buahan, serta biji-bijian berminyak.
”Komoditas utama tersebut menyumbang 57,85 persen terhadap total impor,” kata Teguh. Hal yang menggembirakan, sekitar 80,25 persen komoditas impor merupakan bahan baku produksi dan barang modal 10,44 persen.
Sementara itu, barang konsumsi hanya 9,31 persen. Khusus bahan baku dan penolong mencatat kenaikan 29,79 persen.
Kenaikan impor menunjukkan produktivitas industri ikut naik.
”Ke depan, ekspor bisa lebih baik. Apalagi, impor konsumsi juga turun banyak 26,15 persen,” tandasnya. (res/c25/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Genjot Ekspor, Industri Perlu Insentif dari Pemerintah
Redaktur & Reporter : Ragil