Importir Sudah Puyeng

Sabtu, 29 Agustus 2015 – 19:00 WIB
Foto ilustrasi.dok.Jawa Pos

jpnn.com - TERPURUKNYA nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah sangat dirasakan dampaknya oleh kalangan importir. Pasalnya, mereka harus membeli barang dengan dolar, sedangkan menjualnya di pasar dalam negeri dengan rupiah.

Meski masih optimistis ekonomi akan membaik, para importir sudah teriak meminta pemerintah segera bertindak cepat mengakhiri krisis. Berikut petikan wawancara wartawan JPNN.com Mesya Mohammad dengan Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Rofiek Natahadibrata, Sabtu (29/8).

BACA JUGA: Dolar Naik, Pengembang Kelas Atas Panik

Bagaimana kondisi importir sekarang?

Jangan ditanya lagi, kami sudah kelimpungan ibarat sakit kepala, puyengnya sudah tujuh keliling ini. Bagaimana tidak pusing, kami importir membeli barang dari luar dengan nilai tukar dolar, begitu dijual nilainya rupiah. Bisa anda bayangkan berapa besar dampak kerugian importir dengan penguatan dolar ini.

BACA JUGA: Rupiah Lemah, Hati-Hati Membeli Properti

Jadi importir sekarang sudah banyak yang merugi?

Sudah banyak, terutama importir yang bergerak di industri manufaktur seperti pabrik cat, garmen, makanan-minuman, bahan kimia, otomotif, elektronik, dan lain-lain. Industri manufaktur sangat tinggi ketergantungannya terhadap impor. Sedangkan kami importir umum yang tergabung dalam GINSI relatif masih agak bertahan.

BACA JUGA: Saya Ngurusi Orang Kasmaran

Meski masih bisa bertahan, tapi sekarang labanya berkurang kan?

Sudah pasti itu. Keuntungan kami bahkan sudah berkurang sejak awal tahun (Januari 2015) ketika Dolar mulai menguat. Yang parahnya sejak April sampai hari ini di mana per Dolarnya sudah Rp 14 ribuan.

Dalam hitungan kami per Ddlarnya Rp 12.500. Dengan naiknya Dolar ke level Rp 14 ribu ada deviasi 10-15 persen, makanya kami sekarang memangkas biaya opesasional agar tetap bertahan. Apalagi karyawan kami banyak, karena salah satu aset perusahaan adalah SDM.

Dari hitungan importir, berapa nilai tukar rupiah terhadap dolar yang cukup aman bagi importir?

Ya Rp 12.500 itu, itu sudah cukup bagus. Kalau Rp 14 ribu, keuntungan kami tinggal 15 persen. Bila Rupiah melemah lagi menjadi Rp 14.500 per Dolarnya, keuntungan kami nol persen. Dolar Rp 15 ribu, kami rugi total. Kalau sudah di posisi Rp 15 ribu, otomatis kami terpaksa melakukan PHK terhadap karyawan. Sebab, perusahaan tidak bisa menggaji karyawan lagi.

Saat ini kami melakukan penghematan besar-besaran dengan mengurangi beban operasional. Bila kondisi ini tidak berubah dan makin memburuk, kami terpaksa menjual aset. Langkah ini kami tempuh untuk menjaga jangan sampai ada PHK.

Ada prediksi pengamat ekonomi, rupiah bisa anjlok ke level Rp 16 ribu per dolar. Bagaimana tanggapan Anda?

Waduh jangan sampai deh. Sekarang saja di Rp 14 ribu kami sudah kembang-kempis, apalagi Rp 16 ribu. Kalau sampai ke level itu, saya pastikan seluruh importir gulung tikar karena deviasinya sangat besar dan kami tidak sanggung lagi beroperasi.

Ada saran untuk pemerintah?

Kami melihat program pemerintah untuk pembangunan infrastruktur tidak akan membuat investor masuk. Itu program jangka panjang, sedangkan yang dibutuhkan sekarang adalah program jangka pendek bagaimana menarik Dolar masuk ke Indonesia lagi. Kami hanya menyarankan agar pemerintah memperbanyak membeli obligasi, melakukan re-investasi, dan memperbanyak ekspor. Hanya saja ekspor andalan kita hanya CPO juga, jadi harus dicari lagi produk yang bisa mendatangkan Dolar.

Selain itu, kami menyarankan pemerintah menggalakkan program berhemat nasional dengan cara menggunakan produk dalam negeri. Saya sudah memantau ke daerah-daerah, banyak potensi lokal yang belum tergarap maksimal. Sebut saja ikan, sapi, dan lain-lain. Kenapa pemerintah tidak membeli ikan yang banyak di seluruh daerah dan gencarkan program cinta ikan. Ini agar pemerintah tidak mengimpor sapi Australia lagi. Ikan yang dibeli banyak ini bisa diekspor dan sebagian untuk kebutuhan masyarakat.

Pemerintah juga perlu menghentikan impor gula rafinasi, karena di daerah banyak gula aren yang manfaatnya jauh lebih bagus ketimbang gula rafinasi. Dengan membeli produk petani dan nelayan lokal, ekonomi mikro akan bergerak dan kita akan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Buat apa beli barang dari luar negeri, sedangkan produk lokal jumlah banyak. Saya yakin cara ini akan membuat Rupiah makin kuat karena Indonesia tidak tergantung dengan barang impor yang dibeli dengan Dolar.

Anda optimistis ekonomi akan membaik?

Sebagai pengusaha kami harus optimis ekonomi akan membaik. Pemerintah juga harus mengambil langkah cepat agar Rupiah tidak semakin terpuruk.‎ Kami juga menyarankan gerakan penghematan nasional harus digalakkan. Menghemat dengan mengurangi impor dan memperkuat basis content lokal, saya yakin akan membuat Indonesia sehat dalam lima sampai enam tahun ke depan. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sang Pengadang: Kalau Bukan Polisi, Warga yang Beraksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler