Inalum Sudah Bisa Lari

Selasa, 06 Mei 2014 – 08:08 WIB
Pabrik Inalum di Kuala Tanjung Kabupaten Batubara, Sumut. Foto: TRIADI WIOWO/SUMUT POS/JPNN

jpnn.com - INDONESIA Asahan Aluminium (Inalum), sebuah perusahaan yang memproduksi aluminium dengan kapasitas terbesar di Asia Tenggara, sudah 100 persen berada dalam genggaman pemerintah RI.

Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd. (NAA), konsorsium perusahaan Jepang yang sudah mengendalikan Inalum sejak 1975, sudah tak punya hak lagi ikut campur.  Inalum kini menjadi sebuah perusahaan plat merah di bawah naungan Kementerian BUMN.

BACA JUGA: Mereka Preman, Bukan Mahasiswa

Sudah pasti, ada harapan besar keberadaan Inalum menambah geliat perekonomian dan kesejahteraan warga Sumut, utamanya warga 10 kabupaten/kota di sekitar Danau Toba.

Nah, apa target pengembangan Inalum ke depan? Apa yang akan dilakukan untuk warga sekitar?

BACA JUGA: Belum Ada yang Usulkan NIP

Berikut wawancara wartawan JPNN Soetomo Samsu dengan Dirut Inalum Winardi di Jakarta, Jumat (2/5).

Anda termasuk orang baru di Inalum, begitu masuk pertama kali, nuansa apa yang Anda rasakan?

BACA JUGA: Honorer K2 Bodong Ditinggal Saja

Saya menangkap kesan respon seluruh karyawan sangat positif, antusias sekali. Setelah Inalum 100 persen sahamnya dikuasai pemerintah RI, ada semangat tinggi dari seluruh karyawan. Mereka berharap ada perubahan-perubahan, ada peningkatan. Setelah menjadi BUMN, sudah pasti berharap akan lebih baik lagi. Ini modal yang sangat baik untuk kemajuan perusahaan. Motivasi dan semangat karyawan tinggi sekali. Saya sebagai orang baru, mereka well come karena ingin ada perubahan.

Untuk tahap awal, aspek apa yang perlu segera dibenahi?

Pengembangan SDM perlu ditingkatkan. Anggaran untuk pengembangan SDM harus ditingkatkan berlipat-lipat. Ini untuk peningkatan skill. Nanti akan ada program belajar mengambil S2, beasiswa, disesuaikan kebutuhan dan kompetensi yang dibutuhkan Inalum.

Ada langkah efisiensi?

Jumlah direksi sudah dikurangi, dari tujuh sekarang tinggal lima. Cost ditekan. Dulu ada manajemen Jepang, ada komisaris yang ada di Jepang. Jadi ada pengeluaran di sana, ada biaya operasional di sana. Sekarang kan sudah tidak ada lagi. Ini ujung-ujungnya total cost lebih rendah, tapi produktifitas tetap harus naik.

Untuk tenaga kerja, apa ada pengurangan?

Tidak ada, tapi jumlah karyawan secara alamiah turun karena ada yang pensiun. Sekarang ini malah sedang proses rekrutmen sekitar 100 hingga 150 karyawan untuk lulusan SLTA. Itu kita prioritaskan masyarakat sekitar. Selanjutnya nanti 50 karyawan untuk D3 dan S1. Nanti, untuk pengembangan pabrik, dibangun PLTU 600 MW, itu butuh banyak karyawan. Sekitar tahun 2018 akan banyak rekrutmen. Sekitar 1.000 karyawan hingga 2019.

Anda juga dikenal sebagai ahli marketing. Apa yang akan lakukan di aspek marketing?

Dulu kan 60 persen produksi Inalum diekspor ke Jepang, harus. Hanya 40 persen untuk lokal. Dengan diambil alih pemerintah 100 persen ini, maka ke depan maksimal untuk kebutuhan domestik tapi tetap dengan harga jual internasional. Kalau bisa 100 persen untuk domestik. Tapi tahun ini 90 persen untuk lokal, 10 persen diekspor, untuk jaga klien. Jadi sebenarnya untuk pemasaran tak sulit karena kebutuhan aluminium dalam negeri cukup besar, 650 ribu ton aluminium, 260 ribu ton bisa dipasok dari Inalum.

Jadi yakin mulus dari sisi penjualan?

Ya, relatif tidak ada kendala. Yang terpenting tidak terlambat produksi. Meski penjualan tidak sulit tapi pelayanan tetap harus memuaskan.

Untuk pengembangan, misal untuk membangun PLTU, bagaimana soal lahan yang seringkali menjadi kendala?

Ini tadi baru saja saya bicarakan dengan Otorita Asahan. Dulu lahan itu kan HPL-nya atas nama Otorita Asahan, meski untuk pembebasan lahannya dari Inalum. Sekarang ini dalam proses pengalihan HPL dari Otorita Asahan ke Kemenkeu sebagai pihak yang menyertakan modal pemerintah, lantas nanti diserahkan ke Inalum. Proses ini harus cepat. Nah, biar lebih cepat lagi, kita nanti membuat MoU dulu dengan Otorita Asahan, agar urusan lebih lancar, misal untuk mengurus izin amdal.

Inalum ini perusahaan BUMN. Sering ada anggapan perusahaan BUMN diintervensi kepentingan politik. Bagaimana cara Anda agar bisa menjauhi hal itu?

Intinya kita harus profesional. Di BUMN itu ada aturan mainnya, kita harus profesional. Kita ini ditugaskan untuk mengurus perusahaan agar lebih baik, yang bisa memberi nilai tambah untuk bangsa dan negara. Saya kita manajemen baru ini orang-orang profesional. Yang mengurusi uang ahli keuangan, yang mengurusi SDM ahli SDM. Sebenarnya, kalau dari internal sendiri tak mencoba-coba menghadirkan orang politik untuk masuk, aman kita. Yang bahaya itu kalau ada orang internal malah mencoba-coba mengundang orang politik untuk masuk.  Sekali kita masuk ke lingkaran itu, berat kita, akan sulit menjaga transparansi.

Apa kalimat yang disampaikan Menteri BUMN Dahlan Iskan saat menunjuk Anda untuk memimpin Inalum?

Pak DI minta agar saya meningkatkan kinerja Inalum, ya minimal sama lah. Tak boleh turun. Dari asing ke BUMN, harus ditingkatkan. Dari sisi pengendalian biaya, itu tadi, direksi dari tujuh tinggal lima. Dulu ada komisaris di Jepang, sekarang tidak ada lagi. Juga diminta untuk ekspansi, hingga 2019 kapasitas produksi harus dua kali lipat. Kita sedang menyusun study kelayakan untuk membangun smelter, PLTU, dan perluasan pelabuhan. Untuk pengembangan hingga 2018/2019 sekitar Rp22 trilun. Itu cukup besar. Selain itu, harus menjaga hubungan yang baik dengan stakeholders, masyarakat, pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota. Untuk dana CSR (Corporate Social Responsibility) dan Bina Lingkungan, jauh lebih besar, lebih tepat sasaran, dan bisa dipertanggungjawabkan. Waktu masih didominasi Jepang, ekspansi tak ada, produksinya saja yang terus digenjot. Dengan ekspansi, kapasitas meningkat dua kali lipat, nanti dampaknya juga ke karyawan, akan lebih sejahtera.

Soal share saham dengan pemda, apa sudah mulai ada pembicaraan?

Saya kan resmi dirut baru awal bulan. Program saya, bulan ini roadshow ke pemda. Saya mulai pekan depan ke Pemkab Batubara, hari Selasa. Termasuk dengan gubernur, saya sudah minta waktu. Tim juga sudah ada untuk menyerap aspirasi masyarakat, untuk pendataan, untuk CSR. Agar kita tahu apa-apa yang dibutuhkan masyarakat, bisa tepat sasaran. Kita akan mendekat untuk menyerap aspirasi masyarakat. RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) tadi pagi (Jumat, 2/5) sudah disetujui pemegang saham. Kita sudah bisa gerak, kita sudah bisa lari. Soal share saham, itu nanti kebijakan pemegang saham.

Berapa dana untuk CSR?

Cukup besar, lebih besar dari sebelumnya. Tapi ini kan RKAP hanya sembilan bulan, 1 April 2014 hingga 31 Desember 2014. Untuk tahun depan sudah lengkap 12 bulan. Kita usul ke pemegang saham agar CSR lebih besar dan disetujui, tinggal bagaimana kita salurkan agar tepat sasaran. Kita sudah tugaskan tim untuk mapping, untuk penyaluran CSR ini. Untuk beasiswa juga cukup besar, untuk 10 ribu hingga 11 ribu siswa. Itu akan kita prioritaskan untuk 10 kabupaten/kota di sana.

Bagaimana Anda menilai masyarakat Sumut, dalam kaitannya dengan penyaluran CSR nanti?

Sangat mendukung, positif karena masyarakat Sumut itu terbuka. Jadi akan lebih mudah untuk diajak bicara. Yang penting nanti CSR dan Bina Lingkungan kita usahakan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Dana besar tapi kan tetap terbatas, jadi harus berkala, mana yang prioritas dan pasti situasional, satu daerah dengan daerah lain beda. Tapi dengan komunikasi yang bagus, dengan gaya keterbukaan masyarakat di sana, ini modal dasar kita untuk menuju keberhasilan.

Kantor pusat Inalum ini di Jakarta. Seberapa sering mondar-mandir Jakarta-Batubara?

Saya lebih sering di sana (Batubara). Besok (Sabtu) ke sana. Per 21 April, pemegang saham menetapkan, kantor pusatnya di sana. Jakarta menjadi kantor penghubung, di Medan juga ada kantor penghubung.

Keluarga bagaimana?

Kalau saya lama di sana (Batubara), ya nanti istri saya ikut. Anak-anak kan sudah besar. Yang pertama cewek, ngambil S2. Yang kedua, cowok, semester enam. Dua-duanya di Unpad. Saya juga lebih senang di sana. Di Jakarta macet..ha..ha..ha. ***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Tontonan Konflik yang Tidak Islami


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler