Indonesia Punya Gitaris Unik Era 1960-an, ini Orangnya...

Senin, 12 Juni 2017 – 16:27 WIB
Nuskan Sjarif (dua dari kanan) di samping wartawan Martha Boerhan yang berjongkok. Foto: Dok. Martha Boerhan

jpnn.com - PETIKAN gitar Nuskan Sjarif bisa menyerupai macam-macam bunyi. Termasuk rabab, talempong dan saluang, alat musik Minangkabau. "Belum ada duanya sampai sekarang," tutur Theodore K.S, ilmuwan sejarah musik Indonesia.

Wenri Wanhar- Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Inilah Penampil Pertama dalam Sejarah TVRI

Uang untuk beli baju lebaran sudah di tangan. Nuskan Sjarif menimbang-nimbang. Ah…baju yang lama masih ada. Dia pun ke pasar loak. Beli gitar bekas.

Saban hari, gitar bekas itu saja yang dikiliknya. Kemampuan bermusiknya kian terasah.

BACA JUGA: Ketika Merumuskan Proklamasi, Siapa yang Menyiapkan Makan Sahur Bung Karno cs?

Ketika sudah menjadi guru Pendidikan Jasmani di SMP Negeri I Padang, anak Minang kelahiran Medan pada 1935 itu kian menggilai musik.

Dia pengagum Orkes Gumarang, band bernuansa Minang-Latin yang sering tampil di acara Panggung Gembira, Radio Republik Indonesia (RRI).

BACA JUGA: Bagaimana Cerita Pemilihan Presiden Pertama Indonesia?

Pada waktu itu, RRI adalah corong penyebaran musik yang susah diraih. Untuk tampil di RRI, harus melewati serangkaian tes. Tidak mudah.

Karena sering tampil di RRI, lagu-lagu Orkes Gumarang dikenal orang. Bukan saja orang Minang. Antara lain, Baju Kuruang, Laruik Sanjo, Ayam Den Lapeh. Populer di era 1950-an, Gumarang punya banyak penggemar. Termasuk Nuskan Sjarif, guru olahraga di Padang.

Pada 1954 dia berlibur ke Jakarta. Dan Nuskan, "tidak menyia-nyiakan kesempatan selama berada di Ibu Kota dan menawarkan lagu ciptaannya, Kok Upiak Lah Gadang, ke Gumarang," tulis Theodore KS dalam Gumarang, Teruna Ria, dan Kumbang Tjari.

Untung berpanjang hilir. Lagu Nuskan diterima. Orkes Gumarang memainkan lagu itu di acara Panggung Gembira RRI. Amboi… betapa bahagianya Nuskan.

“Lagu itu saya tulis notasi dan liriknya karena tape recorder belum memasyarakat seperti sekarang," kata Nuskan, sebagaimana ditulis Theodore KS.

Enam tahun kemudian, sekira 1960 awal, Nuskan ke Jakarta lagi. Kali ini merantau. Jadi guru olahraga.

Ibukota mengakrabkan Nuskan dengan band idolanya. Dia kerap bertandang ke Orkes Gumarang.

Suatu waktu, Anas Yusuf, personil Orkes Gumarang terpukau menyaksikan Nuskan main gitar. Disarankannya agar bergabung Gumarang. Nuskan setuju.

Tapi, "Asbon yang sudah tahu kemampuan anak muda itu justru menyarankannya membentuk grup musik sendiri," tulis Denny Sakrie, peneliti sejarah musik Indonesia dalam Nuskan Sjarif.

Asbon pimpinan Orkes Gumarang. Dia pengarang lagu Laruik Sanjo.

“Itulah awal lahirnya Orkes Kumbang Tjari pada tahun 1961. Meskipun saya mengagumi Gumarang, saya berusaha membuat musik yang berbeda," kata Nuskan Sjarif, sebagaimana dicuplik dari tulisan Theodore KS yang pernah mewawancarai Nuskan sebelum sang gitaris berpulang pada 13 Februari 2007.

Saat diwawancara Theodore KS, ayah dari sembilan anak, dan kakek dari 10 cucu tersebut berusia 69 tahun.

Naik Daun

Saran Asbon benar. Dari pada jadi ekor macan, lebih baik jadi kepala kucing.

Bersama Orkes Kumbang Tjari yang dipimpinnya, "Nuskan menunjukkan keperkasaannya sebagai pemain gitar, bukan hanya dalam soal teknik, namun juga dalam soal eksplorasi bunyi," ungkap Theodore.

"Kalau Gumarang dominan dengan pianonya, Kumbang Tjari mengedepankan melodi gitar,” sambungnya.

Hasmanan, vokalis Gumarang dalam sampul album piringan hitam Orkes Kumbang Tjari menulis…

Petikan2 gitar Nuskan Sjarif sering mengingatkan orang akan bunji alat2 musik asli Minang seperti talempong, rebab, dan saluang.

Berikut ini sederet tangga lagu di album pertama Kumbang Tjari:

Asmara Dara dinyanyikan Elly Kasim; Randang Darek dinyanyikan Nuskan Syarif, Kumbang Djanti (Elly Kasim), Mak Tatji (Nuskan Syarif), Tjita Bahagia (Elly Kasim dan Nuskan Syarif).

Kemudian Taratak Tangga (Elly Kasim dan kawan-kawan), Apo Dajo (Elly Kasim dan kawan-kawan), Cha Cha Mari Cha (Nuskan Syarif), Gadis Tuladan (Nuskan Syarif), Langkisau (Nuskan Syarif dan kawan kawan), Kureta Solok (Nuskan Syarif dan kawan-kawan), dan Oi, Bulan (Elly Kasim dan kawan-kawan).

Lagu-lagu Minang itu dikemas bernuansa Rock N Roll. Segera saja mereka naik daun. Bukan saja tampil di RRI, sewaktu TVRI diresmikan pada 24 Agustus 1962, Orkes Kumbang Tjari menjadi grup pertama yang tampil.

Baca: Inilah Penampil Pertama dalam Sejarah TVRI

Permainan gitar Nuskan tak lagi karib terdengar di RRI pun TVRI sejak Juli 1963. Pak guru olahraga ditempatkan di Sukarnapura--kini Jayapura--Papua.

“Saya sangat menikmati profesi sebagai guru olahraga. Dikirim ke Irian Barat saya anggap sebagai amanat yang harus dilaksanakan. Setelah saya pergi, sayang teman-teman tidak bersedia meneruskan Kumbang Tjari,” kata Nuskan kepada Theodore.

Merujuk dokumentasi RRI, termuat dalam buku RRI, Radio dan Televisi, Elly Kasim yang sudah menjelma jadi bintang, banyak beroleh pengalaman dari Orkes Kumbang Tjari.

"Kesempatan jang paling berharga bagi Elly ialah ketika Elly menjanji dengan Orkes Kumbang Tjari pimpinan Uda Nuskan Sjarif, jang pada saat ini masih ada di Irian Barat," tulis buku yang diterbitkan Direktorat Radio Republik Indonesia, Departemen Penerangan, akhir 1960-an.

Bersama Kumbang Tjari yang didirikan Nuskan Sjarif inilah Elly Kasim memulai debutnya menjadi penyanyi lagu-lagu Minang yang melegenda.

29 November 1968 Nuskan kembali ke Jakarta. Awal tahun 1969 didirikannya lagi Kumbang Tjari, tanpa awalan Orkes. Kembali masuk dapur rekaman dan tur bersama Elly Kasim, Ellya Khadam, Benyamin S dan Ida Royani.

Oiya, pernah dengar lagu ini…

garudo tabang ateh langik mak/turunlah rajah patah gadiang/manyasok lalu ka tapian/tampak nan dari bangkahulu…

iyo santiangnyo aka rangik mak/manyasok darah dalam dagiang/luko nan indak tanampakan alah padiah sajo mangko ka tahu…

nan bapasan mandeh/usah takuik nak di ombak gadang/riak nan tanang oi nak kanduang/mambaok karam...

luko dek sambilu/cegak diubek nak nan jo piladang/kata malereang oi nak kanduang/bisonyo tajam…

Meski sebenarnya sarat akan mantra tua, ada yang bilang lagu berjudul Pasan Mandeh tersebut gubahan Nuskan Sjarif. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Menjabat Presiden, Bung Karno Pernah Merasa Begini Lho...


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler