Industri Baja Perlu SNI

Kamis, 27 Januari 2011 – 20:29 WIB
JAKARTA - Relokasi sejumlah pabrik baja asing menaikkan kapasitas produksi industri tersebut di tanah airAkan tetapi relokasi yang diyakini bisa mendorong pertumbuhan industri dalam negeri tersebut, juga menimbulkan persoalan terutama menyangkut pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) Edward R Pinem mengatakan sebagian besar perusahaan baja asing tersebut berasal dari Tiongkok

BACA JUGA: Gaet Konsumen, LG Perkuat After Sales

"Ada sekitar sepuluh perusahaan yang merelokasi pabriknya ke sini
Hampir sebagian besar ke Tangerang, tapi ada juga yang membangun di Sidoarjo," urainya kemarin (26/1).

Disebutkan, kapasitas rata-rata tiap pabrik tersebut tidak besar yakni hanya 200 ribu ton per tahun

BACA JUGA: 548 Perusahaan Kosmetika Go International

Sebagian besar produk yang dihasilkan adalah jenis besi beton dengan bentuk bulat
Edward tidak bisa menyebutkan nilai investasi yang ditanamkan sepuluh industri itu

BACA JUGA: Infrastruktur Hancur, Harga Properti Babak Belur

Namun, masuknya investasi asing tersebut, kata Edward, bisa menambah kapasitas produksi nasional ke depan.

"Ada penambahan sebanyak 1,5 juta ton per tahun," ungkapnyaSementara sampai sekarang industri baja di tanah air memiliki kapasitas sebesar 6 juta ton per tahunDengan total perusahaan yang bergerak di sektor tersebut sebanyak 17 perusahaanKarena permintaan yang tidak terlalu tinggi, hampir sebagian besar industri belum berencana melakukan ekspansi.

"Selama 20 tahun terakhir, industri baja nasional tidak menambah kapasitas dalam volume signifikanDengan demikian, rencana ekspansi di industri ini bisa dikatakan tidak adaKendati ada, tidak besar yakni hanya Krakatau Steel-Posco," urai dia.

Di sisi lain, relokasi tersebut dinilai bertentangan dengan pemberlakuan kebijakan lingkungan hidupKarena itu, menurut dia, perlu standar minimum yang harus diterapkan untuk industri baja lokal maupun investor asing yang akan menanamkan investasinyaSeperti relokasi sepuluh pabrik tersebut, kata dia, seharusnya mengikuti ketentuan berkaitan lingkungan hidup.

"Umumnya, pabrik baja yang asal Tiongkok itu memakai induction furnishedKarena itu, peningkatan kualitas tidak terlalu dipertimbangkan," katanyaSementara konsumen baja, kurang memahami mengenai keamanan bajaPadahal kalau mereka serius menggarap bisnis tersebut, bisa mendatangkan keuntungan besar.

"Sebetulnya kalau mereka mau melakukan investasi dengan meningkatan kualitas, hasil yang diproduksi bisa bagusTetapi umumnya cari yang murah, toh pasar juga mau terima," ujarnyaUntuk itu, pihaknya menghimbau pada pemerintah untuk memberlakukan standar tertentu terhadap industri baja nasional(res)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BRI Layani Pajak Bandara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler