jpnn.com, BANDUNG - Perekonomian Indonesia berpeluang masuk empat besar dunia pada 2050 mendatang.
Hal itu tak lepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil, bahkan cenderung meningkat.
BACA JUGA: Pertemuan Persiapan WCCE Ciptakan Efek Kerja Sama Bola Salju
Tren itu terlihat sejak 2016 ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati posisi kedelapan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung naik setiap tahun yang ditandai dengan meningkatnya kelas menengah.
BACA JUGA: Sumsel Gelar Asian Games, Pertumbuhan Ekonomi Tembus 5,6 %
Hal itu mengemuka dalam hari pertama pertemuan persiapan Konferensi Dunia Ekonomi Kreatif (Ekonomi Kreatif (World Conference on Creative Economy/WCCE) di Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/12).
Acara itu dibuka Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Rocky Joseph Pesik dan dihadiri beberapa perwakilan negara dari berbagai kawasan.
BACA JUGA: Tol Laut Tak Maksimal, Harga Komoditas Lebih Mahal
Selain itu, pertemuan tersebut juga dihadiri organisasi internasional, akademisi, sektor swasta, media, serta perwakilan pemerintah.
Pertemuan tersebut membicarakan elemen kunci dari empat isu utama yang akan dibahas dalam WCCE 2018 di Bali.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergeser dari basis pertanian menuju industrialisasi dan ekonomi berbasis teknologi informasi.
Dia menambahkan, posisi kelas menengah Indonesia meningkat sekitar sepuluh persen tiap tahun.
Selain itu, ada 38 juta kelas menengah baru yang lahir antara tahun 2000 hingga 2016.
“Ini berarti menyumbang sekitar 20 persen pertumbuhan seluruh populasi yang ada saat ini. Industri kreatif akan memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi ke depan. Hal ini disebabkan ekonomi kreatif menyebabkan nilai tambah yang tinggi bagi suatu produk.” jelas Chatib.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menilai sektor jasa akan memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sektor jasa ini akan maju jika didukung infrastruktur IT yang bagus dan luas.
“Dengan makin meningkatnya sektor jasa, kebutuhan data juga meningkat. Karena itu, Indonesia sedang membangun Palapa Ring yang akan menghubungkan seluruh kota dan desa di Indonesia,” jelas Rudiantara.
Saat ini, dari sekitar 13 ribu kepulauan yang ada di Indonesia, jaringan data yang terkoneksi baru mencapai 28 kota dari 58 kota besar di Indonesia.
Padahal, kebutuhan data semakin meningkat dari tahun ketahun.
“Sejak 2005 hingga 2014 terjadi lonjakan penggunaan arus data hingga mencapai 45 kali lipat. Pada 2005 pemakaian 4.7 terabits per second (Tbps). Sedangkan pada 2014 meningkat menjadi 211,3 Tbps,” terang Rudy. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko Darmin Yakin Pilkada Dongkrak Perekonomian
Redaktur & Reporter : Ragil