jpnn.com - JAKARTA - Inflasi yang menjadi momok perekonomian sejak kenaikan harga BBM Juni lalu kini mulai jinak. Setelah mencatat deflasi (-0,35 persen) pada September, inflasi sepanjang Oktober lalu masih cukup landai di 0,09 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, komoditas utama pendorong inflasi Oktober adalah cabai merah yang harganya naik hingga 34,09 persen. Andilnya pada inflasi 0,18 persen. "Pasokan (cabai) dari sentra produksi kurang sehingga terjadi kenaikan harga cukup tajam di 59 kota," ujarnya di Kantor BPS kemarin (1/11).
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Defisit Rp 7,2 Triliun
Selain cabai, beberapa komoditas lain yang juga menjadi pendorong inflasi adalah tarif angkutan udara atau tiket pesawat yang naik 5,9 persen. Menurut Suryamin, ini disebabkan adanya libur Idul Adha sehingga permintaan tiket naik. "Jeruk dan rokok kretek filter juga naik, tapi andilnya tidak terlalu besar," ujarnya.
Suryamin mengatakan, secara umum, inflasi Oktober lalu masih tergolong landai daripada periode Oktober tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, inflasi ktober 2008 tercatat 0,45 persen, 2009 sebesar 0,19 persen, 2010 sebesar 0,06 persen, 2011 deflasi atau -0,12 persen, dan 2012 sebesar 0,16 persen. "Ini menunjukkan pengendalian inflasi cukup berhasil."
BACA JUGA: Sumut Dirancang jadi Klaster Aluminium Terbesar
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, catatan baik inflasi sebenarnya bisa didapat jika harga cabai merah tidak mengalami lonjakan terlalu tinggi hingga 34,09 persen. "Kalau misalnya harga cabai hanya naik 20 atau 25 persen, Oktober pasti deflasi," ujarnya.
Dengan catatan deflasi Oktober tersebut, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) 2013 mencapai 7,66 persen dan tingkat inflasi year on year atau Oktober 2013 terhadap Oktober 2012 sebesar 8,32 persen.
BACA JUGA: Dahlan Iskan Minta Pemprov Sumut Siapkan Dana Besar untuk Inalum
Landainya inflasi Oktober tersebut disambut positif Menteri Keuangan Chatib Basri. Dia sebelumnya memproyeksi realisasi inflasi Oktober akan ada di bawah 0,4 persen. "Biasanya, (inflasi) Desember akan naik, tapi kita akan coba tekan agar inflasi tahun ini bisa di bawah 9 persen," katanya.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, inflasi inti month to month tercatat hanya 0,34 persen dan secara year on year hanya 4,73 persen. "Jadi masih dalam range yang cukup baik."
Melihat progres tersebut, Mirza mengharapkan hingga akhir tahun nanti, pertumbuhan inflasi bisa di bawah 9 persen. "Namun, kita lihat kuartal empat ya. Biasanya, akhir tahun ada Natal sehingga memang ada kenaikan inflasi di Desember. Mudah-mudahan, kalau bisa 9 persen atau di bawahnya, akan baik. Tapi, tren inflasi cukup baik," ujarnya.
Di Jawa Timur, harga bahan makanan cukup terkendali. Karena itu, pada Oktober lalu terjadi deflasi 0,06 persen. Capaian itu meneruskan deflasi September lalu sebesar 0,26 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2013) Jawa Timur baru 6,74 persen.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jatim Sapuan mengatakan, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi Jawa Timur cukup stabil. Ada tiga kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga di Jawa Timur, yakni bahan makanan 1,08 persen. Lalu, kelompok sandang 1,21 persen dan kesehatan 0,02 persen. "Setelah kenaikan BBM dan Idul Fitri, tren harga secara umum turun. Idul Adha pada bulan lalu juga tidak banyak memberi tekanan terhadap kenaikan harga," tambah Sapuan. (owi/gal/ dio/c1/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengalihan Inalum Terganjal Persoalan Kompensasi
Redaktur : Tim Redaksi