jpnn.com - JAKARTA - Tekanan empat pelaut tugboat Henry yang disandera kelompok Abu Sayyaf faksi Alden Bagade, bukan hanya secara fisik.
Dede Irfan, salah satu dari empat WNI yang sudah dibebaskan itu, bercerita bahwa mereka seringkali diancam. Diantara penyandera, hanya satu yang bisa berbicara Melayu secara patah-patah.
BACA JUGA: Sesenggukan, Cerita Ditendang dan Dipukul Abu Sayyaf
Yang diucapkan hanyalah bagaimana pemerintah Indonesia tak mempedulikan keselamatan mereka karena tak ada tanda-tanda komunikasi.
’’Setiap hari mereka lihatin video sandera dipotong lehernya. Dibilangnya itu bisa jadi kami kalau tidak ada tebusan. Makanya kami takut,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Abu Sayyaf Kejam! 4 WNI Melawan, Lantas Diikat jadi Satu
Meski trauma, mereka mengaku bersyukur akhirnya bisa kembali ke tanah air. Aryanto, misalnya, terus mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Indonesia yang telah berhasil membebaskan mereka.
Dia mengaku sampai saat ini tak menyangka apa yang mereka kira tentara rupanya perompak yang bakal menyandera mereka selama 26 hari.
BACA JUGA: Komandan Tinggi Hizbullah Tewas, Israel dan AS Bungkam
’’Saat itu kami memang berusaha melawan dengan barang yang ada. Mulai dari parang, pisau, sampai tabung pemadam kebakaran. Tapi lima orang itu bersenjata lengkap. Dan akhirnya beginilah hasilnya,’’ ujarnya. (bil/tyo/far/sof/sam/jpnn)
Derita Sandera dalam Cengkraman Alden Bagade
- Jatah makan dua hari sekali
- Menu umum nasi dan kelapa kering (kopra)
- Kecuali makan, salat, dan buang air, kedua tangan terus diikat.
- Satu tangan terikat ketika makan.
- Sering diancam dengan diperlihatkan video pemenggalan
- Ditendang jika berjalan lamban
Sumber: pengakuan empat WNI pelaut TB Henry
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipenjara 22 Tahun, Ternyata Salah Tangkap, Ganti Rugi Cuma...
Redaktur : Tim Redaksi