Ini penyebab 2.726 Desa Mengalami Kekeringan Tahun Ini

Jumat, 08 September 2017 – 21:48 WIB
Pembangunan embung sulit dilakukan saat ini karena terkendala persoalan lahan dan minimnya anggaran untuk pembangunan embung. Tampak salah satu embung milik PDAM Nunukan jika kemarau mengalami kekeringan dan penurunan debit air. Foto: radartarakan/jpg

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, dari total 2.726 desa/kelurahan yang mengalami kekeringan tahun ini sebagian besar di antaranya juga mengalami hal yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

"Penyebabnya antara lain, kerusakan lingkungan dan daerah aliran sungaai masih tinggi. Pasokan air di sungai menyusut drastis selama musim kemarau, sementara kebutuhan air terus meningkat. Akibatnya, kekeringan menahun masih terjadi di wilayah tersebut," ujar Sutopo di Jakarta, Jumat (8/9).

BACA JUGA: 2.726 Desa di Jawa dan Nusa Tenggara Kekeringan

Menurut Sutopo, pemerintah terus melakukan berbagai upaya menghadapi kondisi yang ada. Baik itu untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Antara lain lewat bantuan dropping air bersih melalui tangki air.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD), relawan dan berbagai elemen lain telah menyalurkan jutaan liter air bersih kepada masyarakat.

BACA JUGA: Kekeringan Parah, Air 200 Liter Rp 100 Ribu, Minum Diirit

"Air bersih untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak. Sementara untuk mandi dan cuci warga harus memanfaatkan sumber-sumber mata air dari sungai atau embung-embung. BNPB memberikan bantuan dana siap pakai kepada BPBD yang telah menetapkan status darurat untuk menangani kekeringan," ucapnya.

Upaya lain yang telah dilakukan kata Sutopo, antara lain pembangunan sumur bor, pembangunan perpipaan, permanenan hujan, pembangunan embung, bendungan dan waduk. Upaya-upaya tersebut telah dapat mengurangi dampak kekeringan.

BACA JUGA: Akhirnya Ada Bantuan Air ke Wilayah Kekeringan

Meski belum dapat menuntaskan semua permasalahan yang ditimbulkan. Karena itu upaya-upaya tersebut masih akan terus dilakukan ke depan.

"Diperkirakan kekeringan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2017 mendatang. BMKG telah merilis sebagian besar Pulau Jawa saat ini sedang mengalami puncak musim kemarau dan akan masuk awal musim hujan pada Oktober-November 2017," pungkas Sutopo.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bencana Kekeringan, Petani Diminta Tanam Palawija


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler