jpnn.com - FRANSISKUS Subihardayan (22), salah seorang penumpang helikopter jenis EC 130 PK-BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) yang hilang kontak Minggu (11/10), berhasil ditemukan selamat setelah teredam di perairan Danau Toba selama 52 jam.
Setelah mendapatkan perawatan medis, Fransiskus Subihardayan menuturkan bahwa rencana helikopter yang ditumpangi itu mendarat ke Bandara Silangit, Siborong-borong, Taput. Namun, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, heli putar balik kembali ke Kuala Namu.
BACA JUGA: Wuih, Keris-keris Segede ini Dimandikan pakai Air Bunga di Malam 1 Sura
"Setelah kita take off dari Sihotong, cuaca berkabut. Pilot memutuskan untuk mendarat, tujuanya adalah bandara Silangit. Sesuai peta, bandara Silangit berada di ketinggian 2.000 di atas permukaan air. Karena jarak pandang cuma 500 meter, pilot memutuskan menaikkan ketinggian, sesampai di atas terkendala awan. Kemudian helikopter kehilangan kendali dan jatuh," katanya ketika berbincang di RSUD dr Handrianus Sinaga.
Dia cerita, setelah kondisi helikopter kehilangan kendali, pilot memerintahkan semua penumpang melompat setelah engineer membuka pintu heli.
BACA JUGA: Seperti Inilah Perjuangan Petugas Haji Mencari Korban Tragedi Mina
"Setelah mau jatuh, engineer membuka pintu, dan pilot memerintahkan kami melompat. Saya mencari pelampung, saya tidak langsung keluar. (Begitu jatuh, red) air semakin banyak di helikopter, saya pun langsung keluar tanpa mendapatakan pelampung," katanya.
Pria asal Dusun Tegal Bojan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta itu cerita, setelah keluar dari helikopter, mereka berlima masih bersama-sama berenang menuju kumpulan eceng gondok yang mereka kira adalah kapal.
BACA JUGA: Ah, Rupanya Siswi Itu Sedang Curhat tentang Rebutan Pacar
"Saat kami berlima sudah di luar helikopter, kami melihat kumpulan eceng gondok. Kami kira itu kapal, kami berlima pun berenang ke sana. Sesampainya di eceng gondok tersebut, hanya tiga orang saja kami. Saya, paman saya dan Sugianto. Yang dua lagi saya tidak tahu lagi dimana," katanya.
Hanya beberapa jam mengapung menggunakan eceng gondok, Fransiskus menuturkan bahwa pamannya sudah hilang. "Setelah beberapa jam, paman saya hilang, tinggal saya dan Sugianto yang masih ada. Cuma pagi-pagi di hari Seninnya, dia sudah tidak tampak lagi," katanya.
Ia menuturkan bahwa dirinya bisa bertahan karena mengapung menggunakan eceng gondok. "Aku menempelkan eceng gondok tersebut ke badanku. Karena berat, saya membuka sepatu, celana dan bajuku, dan melilitkan eceng gondok ketubuhku hingga ditemukan," katanya.
Hingga tadi malam, keempat penumpang lainnya belum diketahui keberadaanya.
Diketahui, Fransiskus Subihardiyan masih ada hubungan saudara dengan Nurharyanto (46), yang juga korban kecelakaan helikopter itu.
Nurharyanto dan Fransiskus Subihardiyan merupakan karyawan PT PAS, perusahaan yang melayani angkutan udara terbatas dengan sistem carteran. (rah/ara/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menilik Upaya Pasukan TNI Penanganan Kebakaran Lahan Gambut di Kalsel
Redaktur : Tim Redaksi