Seperti Inilah Perjuangan Petugas Haji Mencari Korban Tragedi Mina

Selasa, 13 Oktober 2015 – 05:48 WIB
Petugas haji. Foto: Endrayani Dewi/Jawa Pos

URUSAN birokrasi di Arab Saudi yang rumit dan gampang berubah-ubah menyulitkan pencarian dan identifikasi jamaah Indonesia yang menjadi korban tragedi Mina. Pendekatan kultural jadi kunci untuk mendekati petugas setempat.
-------------
ENDRAYANI DEWI, Makkah
-------------
TINGGAL di Arab Saudi sejak berusia tujuh tahun, Naif Bajri Basri tak cuma lancar berbahasa Arab. Dia juga tahu luar-dalam kebiasaan atau budaya warga setempat."Pak Naif tahu hal-hal yang bisa menyentuh dan mempererat silaturahmi sehingga petugas Arab Saudi bisa terbuka," ujar Jaetul Muchlis.

Pengetahuan itulah yang memang akhirnya banyak menolong kerja tim yang dikomandani Jaetul Muchlis: tim identifikasi jenazah korban peristiwa Mina. Di tim tersebut, selain dengan Muchlis, Naif yang berstatus sebagai tenaga musiman bekerja sama dengan Taufik Tjahjadi dan Fadhil Ahmad. Taufik berasal dari Kementerian Kesehatan, sedangkan Fadhil dari KJRI Jeddah.

BACA JUGA: Ah, Rupanya Siswi Itu Sedang Curhat tentang Rebutan Pacar

Hasil kerja keras mereka dalam dua pekan, 123 jamaah Indonesia yang menjadi korban tragedi Mina berhasil diidentifikasi. Padahal, tantangan yang mereka hadapi sangat berat. Hingga kemarin (12/10), lima jamaah lain masih dicari.

Pada hari nahas 24 September lalu itu, sampai beberapa jam setelah kejadian yang menewaskan ribuan jamaah gara-gara berdesak-desakan dan terinjak-injak tersebut, informasi yang utuh sulit didapatkan.

BACA JUGA: Menilik Upaya Pasukan TNI Penanganan Kebakaran Lahan Gambut di Kalsel

"Setiap askar (polisi Arab Saudi, Red) yang ditanya di mana terjadinya desak-desakan itu kompak mengaku tidak ada kejadian. Jalan Arab 204 (tempat kejadian perkara/TKP, Red) sudah bersih," ujar seorang petugas daker Madinah, mengenang peristiwa tersebut.

Tragedi itu memang terjadi pada pukul 08.00 waktu setempat. Tapi, menurut beberapa saksi, hingga pukul 11.00 masih terjadi saling dorong di antara ribuan jamaah dari Afrika, Arab, dan Indonesia.

BACA JUGA: Agus, Pria dengan Sederet Catatan Hitam Itu Ikut Tahlilan, Lantas Ditahan

Menurut kesaksian jamaah di TKP, para korban diletakkan berjajar di Jalan 204 yang hanya selebar 6 meter. Yang tampak meninggal dimasukkan ke kontainer. Sedangkan yang kelihatan masih hidup dibawa dengan ambulans ke rumah sakit. Terakhir, terbuka informasi bahwa ada sembilan kontainer untuk mengangkut korban ke pemulasaraan Al Muaishim.

Karena sulit menelusuri korban di TKP, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang juga amirulhaj langsung membentuk tiga tim khusus. Tim pertama bertugas mendata ulang jamaah yang belum kembali ke rombongan. Tim kedua mencari jejak korban di rumah sakit Arab Saudi. Lalu, tim ketiga yang dipimpin Muchlis ditugaskan untuk lebih awal mengetahui jumlah sebenarnya korban dari Indonesia yang dinyatakan wafat dalam tragedi tersebut sekaligus mengidentifikasinya.

"Makanya, akses kami tentunya mungkin agak unik, ke kamar-kamar jenazah ataupun ke penampungan pemulasaraan jenazah yang ada di Arab Saudi," jelas Muchlis.

Sebenarnya anggota tim Muchlis selama ini sudah bertugas sebagai penelusur jamaah yang hilang dan meninggal. Tapi, tugas ketiganya terpisah. "Dalam bekerja, kami bersama-sama, ada yang mencatat, ada yang melihat, juga ada yang membongkar arsip dokumen," terang Taufik, yang juga seorang dokter.

Namun, sampai lebih dari 1x24 jam sejak peristiwa itu, mereka baru mendapat akses di Al Muaishim. Itu pun terbatas untuk melihat, mengamati, dan mencermati foto-foto yang dirilis.

Muchlis menyatakan, tidak mudah mendapatkan izin masuk ke Al Muaishim. Setiap petugas memiliki aturan dan keketatan tersendiri. Bahkan, setiap hari aturan berubah.

Misalnya, hari ini boleh lihat rilis foto dan dokumen, besok belum tentu. Ketat atau tidaknya birokrasi bergantung siapa yang jaga. Terkesan tak ada prosedur tetap dalam penanganan kejadian darurat.

Di situlah peran Naif sangat krusial. Apalagi, dia tipe orang yang tak mudah menyerah. Meski awalnya dia tak kuat berada di dekat jenazah. "Dengan bahasa Arab saya yang lancar, saya dekati petugas yang baik. Saya ajak ngobrol. Ujung-ujungnya minta izin melihat jenazah," ujar mukimin 33 tahun yang tidak lancar berbahasa Indonesia itu.

Langkah selanjutnya adalah membantu pekerjaan orang Arab. Sebab, biasanya mereka langsung ramah terhadap orang yang baru dikenal kalau sudah dibantu.

"Misalnya, kita bantu pekerjaan mereka mengarsipkan dokumen, dia suka. Ya sudah, kita bisa sekalian ambil data yang kita mau," tutur Naif, yang sudah tujuh tahun menjadi petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).

Meski demikian, Naif menyatakan bahwa kendala tetap saja ada. Jika sudah begitu, dia berusaha mencari jalan lain. Kalau bertemu dengan petugas yang sulit dimintai tolong, dia akan beralih ke petugas lain. Begitu seterusnya.

"Lazimnya, orang sini harus peluk kiri-kanan, cipika-cipiki. Ya kami lakukan semua itu. Kami perkenalkan Indonesia sehingga ada komunikasi," kata Muchlis.

Akhirnya, akses terhadap arsip jenazah diperoleh. Berbeda dengan gedung galeri foto, tempat untuk menyimpan file itu berada di gedung yang sama dengan pemulasaraan jenazah. Persisnya di ruangan yang bersebelahan.

Dengan bertambahnya usia jenazah, otomatis perjuangan tim kian berat. Mereka bekerja di tengah sengatan bau. Tapi, Muchlis dan kawan-kawan tak mempermasalahkannya. Yang terpenting, akses ke arsip bisa didapat meskipun harus kucing-kucingan. Maksudnya, karena aturan tiap petugas bisa berbeda-beda, jika ada petugas yang melarang, tim identifikasi memilih menunggu.

"Paling geser aja dulu. Nanti sebentar, yang lain lagi mengajak kami masuk. Walaupun pada akhirnya kami diusir lagi. Itu tidak masalah. Di sini, yang ada cuma satu, yaitu ketidakpastian," ujarnya.

Agar maksimal, para pemburu korban Mina itu harus bekerja siang dan malam. Mereka lebih intens bekerja malam. Sebab, situasi di Saudi lebih hidup saat malam, setelah isya.

Pada pagi dan siang, mereka berempat hanya melihat foto yang dirilis. Baru malam hari mereka mencocokkan file dengan jenazah. "Kami harus ekstrahati-hati. Meski sudah ada rilis foto dan dokumen, tidak boleh langsung percaya. Harus dicocokkan langsung dengan jenazah," tutur Muchlis.

Setelah itu, baru mereka mengonfirmasi petugas kloter, kerabat yang ikut berhaji, atau teman-teman sesama kloter. Hasilnya, paling banyak mereka bisa mengidentifikasi 31 korban tragedi Mina dalam semalam. Tapi, pernah juga seharian tak mendapat informasi sama sekali.

Secara keseluruhan, tim identifikasi harus memelototi lebih dari 2 ribu foto yang dirilis di Al Muaishim. Lalu, mereka mencocokkannya dengan arsip milik polisi dengan melihat nomor register.

"Jika file itu mendukung dugaan jenazah berasal dari Indonesia, seperti ada gelang identitas atau ada paspor atau lainnya, baru kami bisa memastikan bahwa itu adalah jenazah jamaah haji Indonesia," tegasnya.

Jika masih ragu, lanjut Muchlis, tim tersebut masuk ke tahap berikutnya, yaitu melihat langsung jenazah korban sesuai dengan nomor foto yang diperoleh. "Kami buka file dengan nomor yang sama dengan foto itu. Selanjutnya, kami meyakinkan dengan melihat jenazah yang ada dalam peti," tutur Muchlis.

Taufik menyatakan pernah melihat gelang jamaah yang masih melekat di jenazah. Menurut dia, hal itu sangat membantu. "Pernah ada kejadian, awalnya tidak ada isi file, tapi ternyata ada gelang yang menempel di tangannya. Itu sudah kami buktikan lagi, ternyata benar orangnya (jamaah Indonesia, Red)," ujar Taufik.

Menurut pria kelahiran Makassar pada 1955 itu, ke depan perlu dipikirkan agar gelang jamaah haji tidak mudah terlepas. Selain itu, nama jamaah haji di gelang perlu ditulis dalam huruf Arab sesuai dengan penulisan identitas jenazah di Arab Saudi.

 "Jadi, ketika petugas di sini melihat gelang itu, tinggal disalin saja sesuai dengan yang ada dalam tulisan," papar dia.

Menurut petugas Al Muaishim, gelang yang digunakan jamaah negara lain tidak mudah hilang. Gelang itu tetap melingkar di tangan korban. Kecuali, tangan korban putus. Indonesia tampaknya perlu membuat gelang identitas seperti itu. (*/c11/ttg)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aturan Keamanan Makin Ketat, Kenyamanan Publik Ditingkatkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler