jpnn.com - MEREKA fitnah itu patung palu arit! Rancangan aslinya, tangan kanan Gatotkaca mental bentala melepas sebuah pesawat MIG ke udara. Karena bentuknya dirasa kurang tepat, akhirnya ditanggalkan.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Inilah Titah Terakhir Bung Karno (1)
Presiden Soekarno, Menteri Panglima Angkatan Udara Omar Dhani, Menteri Pekerjaan Umum Ir. Sutami dan seniman Edhy Sunarso terlibat perbincangan serius di muka Markas Besar Angkatan Udara, Pancoran, Jakarta Selatan.
Mereka sedang mematut-matut lokasi penempatan patung Dirgantara.
BACA JUGA: Edhy Sunarso dan Semiotik Patung di Lapangan Banteng
Bung Karno bilang, patung itu menghadap ke Utara dan bisa dilihat dari empat penjuru mata angin.
"Di keempat penjuru patung tidak boleh ada bangunan yang menghalangi pandangan," tandas Soekarno, sebagaimana ditulis Hilmar Farid dalam Kisah Tiga Patung.
BACA JUGA: Anak Muda 27 Tahun ini yang Bikin Patung Bundaran HI
Ide-ide bergulir begitu saja. Sutami membicarakan landasan yang cukup unik untuk patung itu.
Menurut Edhy, selendang yang melilit di tubuh patung Gatotkaca mental bentala sebagai representasi awan dan asap pesawat terbang.
Patung Palu Arit
Pembangunan monumen Dirgantara yang sudah memasuki tahap akhir, berhenti karena meletus peristiwa G30S 1965.
Padahal landasan patung di simpang Pancoran sudah beres digarap Ir. Sutami. Semua bagian patung yang dikerjakan Edhy di Yogya juga tinggal dibawa ke Jakarta.
Oleh kaum kontrev yang anti-Soekarno, landasan patung di simpang Pancoran yang terbengkalai itu dijadikan alat propaganda.
Ada yang sebar fitnah landasan yang melengkung itu simbol untuk mencongkel mata para jenderal yang dibunuh di Lubang Buaya.
Jangankan monumen congkel mata, cerita congkel mata di lubang buaya itu ternyata hanya karangan Orde Baru.
Hasil visum et repertum tentang terbunuhnya para jenderal di Lubang Buaya, jauh sekali dari cerita fitnah tersebut. Tak ada cungkil mata, tak ada sayatan silet, kelamin mereka utuh.
Kala itu beredar pula fitnah yang cukup masif. Bahwa di sana akan dibangun patung palu arit. Aiiih…
Meski tak semua, orang-orang tua yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, umumnya tahu cerita ini. Coba aja tanya…
Patung Pancoran
Lama tak bisa bersua, akhirnya pada Februari 1970, Edhy Sunarso bisa menjumpai Soekarno yang sudah terbaring sakit di tempat tidur, di paviliun Istana Bogor.
Sang proklamator sudah tak jadi presiden. MPRS sudah menanggalkan seluruh jabatannya pada 12 Maret 1967, dan menggantinya dengan Soeharto.
Ditemani mantan pejabat Angkatan Udara, Suryadharma dan Leo Wattimena dan beberapa kawan dekat Bung Karno, Edhy melapor patung sudah beres. Tinggal dipasang.
Edhy juga menceritakan dirinya kehabisan dana. Bung Karno pun menjual mobilnya dan uangnya diserahkan pada Edhy.
"Aku tidak semata-mata membuat monumen itu untuk tujuan lain, kecuali menghargai perjuangan bangsaku, bangsamu, bangsa Indonesia," ucap Bung Karno.
Saat bekerja memasang patung, Edhy melihat ada kerumunan di bawah. Ternyata Si Bung datang melihat. Mei 1970, Soekarno kembali datang melihat Edhy berjibaku memasang Gatotkaca mental bentala, patung Dirgantara.
22 Juni 1970 Bung Karno kembali melintas. Kali ini diiringi banyak sekali mobil. Proklamator berpulang. Edhy yang sedang di atas, bergegas turun dan langsung ke Blitar menyaksikan pemakaman.
Hilmar Farid, sejarawan yang pernah meneliti riwayat patung itu menuliskan…
Akhir Juli monumen itu rampung. Tapi tak seorang pejabat negara hadir untuk meresmikannya. Tim kerja membongkar stager yang mengelilingi monumen itu dan mengembalikannya ke Hutama Karya.
Semua berlangsung dalam kesunyian. Tidak ada upacara, tidak ada pidato yang memberi makna pada hasil cipta yang luar biasa itu.
Inilah satu-satunya monumen yang tak pernah diresmikan. Kini, orang-orang lebih faseh menyebutnya patung Pancoran. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gak Usah Di-klik-lah Ya...Waktu Soekarno Kecanduan Dugem
Redaktur : Tim Redaksi