Innalillahi, Siswa SMP Tewas Dikeroyok Senior saat Kegiatan MOS

Selasa, 04 Agustus 2015 – 05:15 WIB

jpnn.com - BINTAN - Pupus sudah harapan pasangan suami istri Dodi Kuswanto dan Indriyani melihat Muhammad Arif Husain tumbuh dewasa. Pasalnya, putra sulungnya tersebut mengembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjunguban, Minggu (2/8) sekitar pukul 18.05 WIB. 

Bocah 13 tahun itu meninggal dunia setelah mengalami cedera parah di bagian perut sebelah kanan yang dialaminya Selasa (28/7) silam. Dodi menuturkan, sepulang mengikuti kegiatan masa orientasi sekolah (MOS) di SMP Negeri 11 Bintan, Arif mengaku kepalanya pusing.

BACA JUGA: 2 Kejutan Din saat Berpidato di Hadapan Jokowi dan Muktamirin

"Ia kemudian tidur di depan teve. Saya pegang badannya panas," tutur Dodi, ditemui Batam Pos, di rumah duka di Perumahan Taman Suraya Indah Blok G nomor 18 Desa Teluksasah, Kecamatan Serikuala Lobam, Senin (3/8) kemarin. 

Karena hingga malam tak kunjung turun suhu badannya, Dodi lantas berinisiatif mengajak Arif berobat ke dokter praktek di Tanjunguban. "Ya kami mengantarnya berobat sesuai dengan keluhannya," ujarnya. 

BACA JUGA: Lima Tahun Pimpin NU, Kiai Said Tinggalkan Saldo Rp 2,23 Miliar

Ketika menjelang tengah malam di hari yang sama, Arif kemudian mengaduh kepada ayahnya tentang sakit perut luar biasa yang dideranya. Dodi mulai menaruh curiga. Lantas menanyai baik-baik putra sulungnya mengenai aktivitas seharian yang dilakoninya di sekolah.

"Saat itu dia baru ngomong, dia dipegang sama tiga anak. Yang satu menutup matanya, yang satu megang dirinya, yang satu lagi nendang," kata Dodi, menirukan pengakuan Arif padanya, malam itu. 

BACA JUGA: Jalani 11 Jam Pemeriksaan, Gubernur Bengkulu Disodori 80 Pertanyaan

Dodi memperkirakan peristiwa nahas yang menimpa anaknya itu berlangsung di tengah-tengah lingkungan sekolah yang saat itu sedang menggelar kegiatan masa orientasi sekolah (MOS). "Paling-paling pas jam istirahat. Kalau jam istirahat kan macam-macam yang diperbuat anak-anak," ucapnya. 

Kepada Dodi, Arif juga sempat menuturkan dirinya tak sempat mengelak atau menangkis serangan yang dilancarkan ke arahnya. "Dia bilang tak bisa karena matanya ditutup. Setelah ditendang, Arif sempat narik kaos anak yang nendang. Tapi dia malah diancam agar tidak melapor ke guru. Kalau melapor, katanya akan dihajar lagi," kenang Dodi. 

Arif, sambung Dodi, juga sempat menceritakan bahwa tiga anak yang menghajarnya itu merupakan anak-anak yang setingkat dengannya, yang sama-sama sedang mengikuti kegiatan MOS di SMP Negeri 11 Bintan. "Kejadiannya spontan saja. Arif mengaku tak kenal dengan mereka. Karena mereka juga memakai baju olahraga dari SD-nya masing-masing," kata Dodi. 

Menurut penuturan Dodi-Indri, lulusan SD Negeri 006 Seri Kuala Lobam ini tak punya jejak rekam penyakit dalam. Selama ini, kata Indri, anaknya hanya pernah terserang demam dan radang tenggorokan. "Kalau penyakit dalam gak ada. Dulu, 10 tahun yang lalu cuma pernah kena DBD," terangnya. 

Karena itu pula, kuat dugaan Dodi-Indri putra sulungnya ini meninggal dunia setelah mengalami cedera dalam akibat tendangan yang diterima beberapa hari sebelumya. "Karena ketika dimandikan tadi sempat keluar darah dari hidungnya," ujar Indri. 

Namun, hasil visum yang sebelumnya sempat dilakukan justru berkata lain. Dodi menyebutkan, hasil visum itu tidak menunjukkan bukti-bukti kekerasan yang didera anaknya. "Padahal, ibu saya melihat ada luka lebam di perut sebelah kanan Arif. Tapi tim medis bilang itu adalah lebam jenazah," katanya. 

Baik Dodi maupun Indri sudah memutuskan untuk tidak melakukan tindak otopsi atas jenazah anaknya. Mereka sudah merelakan kepergian bocah yang hobi bermain sepak bola ini. Namun, amat besar harapan mereka, peristiwa nahas ini tak dianggap sepele oleh pihak sekolah. 

"Kami meminta pihak sekolah bisa terus menyelediki peristiwa ini. Biar bisa jadi pelajara agar guru-guru lebih meningkatkan perhatian kepada muridnya. Juga kepada orang tua bisa lebih memperhatikan pergaulan anaknya," kata Dodi lirih. 

Sementara itu, Kepala SMP Negeri 11 Bintan, Syamsul Fajar enggan bila meninggalnya Arif dikarenakan kegiatan MOS berlebihan yang diterapkan di sekolahnya. Karena sesuai jadwal yang ditetapkan, aktivitas MOS di hari Senin dan Selasa, hari terakhir Arif masuk sekolah, hanya kegiatan materi dalam kelas saja. "Hari Rabu (29/7) baru dilangsungkan materi baris-berbaris di luar sekolah. Tapi di hari itu, almarhum juga sudah tak ke sekolah karena sakit," kata Syamsul, ditemui di tengah-tengah prosesi pemakaman jenazah Arif di Taman Pemakaman Umum Firdaus, Seri Kuala Lobam. 

Kendati demikian, Syamsul berjanji, pihak sekolah akan mengusut secara tuntas peristiwa nahas di tengah-tengah kegiatan MOS ini. Guru-guru dan seluruh panitia MOS, kata dia, sudah dikumpulkan agar mencari lebih tahu mengenai kejadian yang sebenarnya. "Kami juga akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengusut kejadian ini hingga tuntas," tegas Syamsul. 

Terpisah, Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Bintan Utara, Iptu M Sembiring, berjanji untuk mengusut kasus tersebut. "Kasus ini akan tetap dilakukan penyelidikan untuk mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi saat murid sekolah yang mengikuti MOS," ujarnya. (muf/ray)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Kiai Bekas Bupati Ini Bantah Sering Minta SKPD Setor Upeti


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler