Integritas dan Kejujuran Luntur Jadi Kelemahan Indonesia

Minggu, 29 Oktober 2017 – 00:57 WIB
Kepala BNPT Suhardi Alius (tengah). Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Moehmahadi Soerja Djanegara mengatakan, salah satu kelemahan bangsa Indonesia sesudah revolusi adalah sifat mental menerabas.

Mental itu memiliki arti menempuh jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu dengan tidak mempedulikan aturan yang berlaku, etika dan prosedur yang telah disepakati.

BACA JUGA: Suhardi Alius Paparkan Prestasi BNPT di Jerman

Mental menerabas yang dilakukan berulang ulang tersebut membuat masyarakat cenderung permisif dan tidak peduli.

Akibatnya perilaku tersebut menjadi lumrah, biasa, dan dianggap sepele.

BACA JUGA: Memetakan Pendanaan Teroris dengan White Paper

Padahal, tanpa disadari perilaku itu telah memicu munculnya masalah-masalah yang lebih besar yang dapat mengancam ketahanan nasional.

Moehmahadi membeberkan masalah itu dengan mengutip kalimat dari buku karya

BACA JUGA: Suhardi Ajak Generasi Muda Hilangkan Budaya Sharing Tanpa Saring

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius berjudul Integritas di Tengah Kabut Idealisme, Kepemimpinan & Pembelajaran Hidup Suhardi Alius.

Buku ini awalnya sengaja ditulis Dedi Mahardi terkait integritas terhadap seseorang atas inisiasi dari tokoh ulama nasional Buya Ahmad Syafii Maarif dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar tanpa sepengetahuan Suhardi.

Buku itu diluncurkan di Auditoium Lemhanas RI, Jakarta, Sabtu (28/10).

“Masalah korupsi masih menjadi persoalan besar bangsa kita. Akar permasalahannya adalah makin lunturnya integritas, lunturnya  kejujuran dan makin lunturnya rasa cinta kepada bangsa, negara dan tanah air. Namun, kita harus yakin masih banyak anak bangsa yang punya integritas yang tinggi. Salah satunya Suhardi Alius,” ujar Moehmahadi.

Menurut dia, Suhardi seorang pemikir yang cerdas dan mampu menuangkan pemikirannya dalam suatu konsep yang jelas dan bernilai strategis.

“Salah satu kelebihannya beliau mampu berpikir, menuliskannya sekaligus menjelaskan pemikirannya dengan bahasa yang  mudah dimengerti. Tidak banyak orang yang bisa selengkap Suhardi Alius,” ujar Moehmahadi.

Selain itu, sambung Moehmahadi, Suhardi adalah orang yang sopan dengan memiliki tutur kata yang halus, punya sikap tegas dalam mengambil keputusan, serta bijak.

“Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masalah berat yang dihadapi mampu diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan riak-riak yang tidak perlu dan meresahkan kehidupan bernegara,” kata Moehmahadi.

Dia menambahkan, Suhardi adalah sosok yang mudah bergaul dengan siapa saja, dan mudah diterima oleh siapa pun.

“Selama berkawan dengan Suhardi Alius, saya mengetahui bahwa dia adalah orang yang mau menerima masukan dan pendapat dari orang lain serta memanfaatkan pendapat tersebut yang menurut beliau benar dalam melaksanakan tugasnya,” ujarnya.

Sementara itu, Buya Syafii Maarif menilai Suhardi merupakan sosok yang istimewa dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap masalah bangsa.

“Sekarang dia (Suhardi Alius) menjadi guru di mana-mana, diminta di Turki, Australia, Amerika, Jerman untuk mengajarkan bagaimana cara menanggulangi terorisme. Walaupun masih ada juga teror tapi sudah jauh berkurang,” kata mantan ketua umum PP Muhamadiyah ini.

Menurut Buya, terorisme bermula dari berbagai masalah. Salah satunya dari keadilan sosial karena ketimpangan.

Selain itu, terorisme muncul karena adanya ideologi-ideologi ‘rongsokan’ yang datang dari luar.

“Arabisme ada yang positif. Yang negatif ya kelompok-kelompok garis keras. Ada ISIS, Bokoharam dan sebagainya. Nah, negara Barat tidak paham masalah seperti ini. Namun, Suhardi Alius bisa memahami ini. Ini kelebihan Suhardi Alius sehingga dia menjadi konsultan di muka bumi ini mengajarkan kepada negara barat bagaimana cara mengatasi terorisme. Tentunya ini luar biasa,” ujar Buya.

Di sisi lain, Dedi Mahardi sendiri mengaku dirinya mendapatkan berbagai masukan dari berbagai tokoh bangsa lainnya bahwa negeri ini tuna teladan untuk memunculkan orang-orang baik.

“Ini agar anak bangsa dan generasi ke depan itu menyadari bahwa bangsa ini harus dibangun dengan kejujuran, kebaikan dan dengan integritas. Bukan lagi dengan kepalsuan. Setelah melalui berbagai penialaian dari berbagai tokoh, akhinya muncul nama Pak Suhardi Alius di ranking pertama,” katanya.

Sementara itu, Suhardi mengaku kaget karena tidak pernah berpikir ada orang yang menulis tentang dirinya.

“Yang menginisiasi buku ini ternyata adalah Buya Syafii Maarif dan Pak Nazaruddin Umar. Pengalaman hidup bahwa integritas itu sangat penting, berpikir secara pribadi memang butuh integitas.” ujarnya.

Menurutnya, negara ini dibangun dengan idealisme para pendiri bangsa ini.

“Kita ini cuma mengisi kemerdekaan. Nah, integritas itulah  yang diperlukan untuk membangun bangsa ini,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya itu.

Dia mengakui, banyak turbulensi di tengah usaha membangun bangsa. Namun, hal itu harus disikapi dengan integritas.

“Saya memaknai integritas itu sebagai sebuah prinsip, komitmen yang dilatarbelakangi dengan kejujuran, nilaipnilai spiritual, knowledge yang didapat selama ini. sehingga bisa membedakan dengan jelas mana yang baik, mana yang buruk serta mana yang benar dan yang salah. Itu sebagai kontrol kita,” ujarnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BNPT Janji Fasilitasi Keluarga Mantan Kombatan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler