Di bawah kekuasaan Taliban, bahkan boneka di toko pakaian perempuan di ibu kota Afghanistan, Kabul, menjadi pemandangan yang mengerikan.

Kepala mereka dibungkus dengan kain pakaian atau kantong plastik hitam.

BACA JUGA: Fotografer Australia Tinggal di Wilayah Timur Indonesia untuk Memotret Kehidupan Penangkap Paus

Manekin berkerudung adalah simbol kekuasaan puritan Taliban atas Afghanistan.

Namun di satu sisi, mereka juga melambangkan perlawanan dan kreativitas para pedagang pakaian Kabul.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: PM Selandia Baru Jacinda Ardern Tiba-tiba Mengundurkan Diri

Awalnya, Taliban meminta agar kepala para manekin tersebut dihilangkan.

Menurut laporan media setempat, tidak lama setelah mereka merebut kekuasaan pada Agustus 2021, Kementerian Taliban memutuskan bahwa semua manekin harus disingkirkan dari jendela toko atau dilepas kepalanya.

BACA JUGA: Ade Scaf dan Konfir Kabo: Dua Sosok Ini Berjasa Melindungi WNI di Australia

Mereka mendasarkan perintah tersebut pada interpretasi ketat hukum Islam yang melarang patung dan gambar berbentuk manusia karena dapat disembah sebagai berhala, meskipun perintah ini dianggap masih terkait dengan kampanye Taliban untuk menghilangkan citra perempuan dari publik.

Beberapa pedagang mematuhinya, tapi ada juga yang menentang.

Mereka mengeluhkan bagaimana mereka tidak dapat memajang pakaian mereka dengan benar atau harus merusak manekin yang dianggap berharga.

Akhirnya Taliban mengubah perintah mereka dan mengizinkan pemilik toko untuk menutup kepala manekin.

Para pemilik toko kemudian harus menyeimbangkan antara mematuhi Taliban dan berusaha menarik pelanggan.

Keputusan mereka tergambar dari manekin yang dipajang di Jalan Lycee Maryam, daerah belanja warga kelas menengah yang dipenuhi toko pakaian di bagian utara Kabul.

Jendela toko mereka dipenuhi dengan manekin yang memakai gaun malam dan gaun yang penuh warna dan dekorasi, mengenakan berbagai jenis penutup kepala.

Di salah satu toko, kepala manekin dibungkus dengan karung yang terbuat khusus dari bahan yang sama dengan pakaian tradisional yang mereka tampilkan.

Misalnya, salah satu manekin dengan gaun ungu berhiaskan manik-manik dengan kerang cowrie, memakai penutup kepala yang juga berwarna ungu.

Manekin lain yang memakai gaun merah bersulam emas, tampak anggun mengenakan topeng beludru merah dengan mahkota emas di kepalanya.

"Saya tidak bisa menutupi kepala manekin dengan plastik atau benda jelek karena akan membuat jendela dan toko saya terlihat jelek," kata Bashir, sang pemilik toko.

Seperti pemilik lainnya, Bashir hanya bersedia berbicara dengan media bila hanya nama depannya yang diidentifikasi.Penjualan menurun setengah

Pemilik toko perlu memastikan barang dagangan mereka tetap terlihat menarik, apalagi sejak ekonomi runtuh karena negara mereka diambil alih oleh Taliban.

Mereka memutuskan transaksi internasional sehingga membuat hampir seluruh penduduk jatuh miskin.

Gaun rumit merupakan yang populer untuk pernikahan di Afghanistan memberi kesempatan bagi perempuan untuk berpakaian dengan elok sebelum Taliban menerapkan perbatasan berdasarkan gender.

Namun di bawah Taliban, pernikahan menjadi salah satu dari minimnya kesempatan pertemuan sosial. Dengan pendapatan yang sangat terbatas, mereka menjadi jarang melakukannya.

Bashir mengatakan penjualannya menurun hingga setengah dari sebelumnya.

"Membeli baju pengantin, gaun malam dan pakaian adat bukan lagi prioritas masyarakat," ujarnya.

"Orang lebih berpikir tentang bagaimana bisa makan dan bertahan hidup."

Pemilik toko lainnya, Hakim, membentuk kertas aluminium di atas wajah bonekanya. Menurutnya, ini turut menambah nilai seni pada barang dagangannya.

"Saya memanfaatkan ancaman dan larangan ini dan mengikutinya agar manekin menjadi lebih menarik dari sebelumnya," katanya.

Tapi tidak semua bisa berkreasi. Di sebuah toko, semua manekin dengan gaun tanpa lengan memakai karung plastik hitam di atas kepala mereka. Sang pemilik mengatakan ia tidak mampu mengeluarkan banyak uang.

Pemilik toko lainnya, Aziz, mengatakan agen dari Kementerian Taliban secara teratur berpatroli di toko dan mal untuk memastikan kepala manekin dipenggal atau ditutupi.

Ia menolak alasan Taliban memberlakukan aturan tersebut.

"Semua orang tahu manekin bukanlah berhala, dan tidak ada yang akan menyembahnya. Di semua negara Muslim, manekin digunakan untuk memajang pakaian," katanya.

Sejumlah kecil manekin pakaian laki-laki dapat dilihat di etalase, juga dengan kepala tertutup. Ini menunjukkan pihak berwenang menerapkan larangan tersebut secara seragam.

Awalnya Taliban mengatakan mereka tidak akan memaksakan aturan keras yang sama terhadap masyarakat seperti penerapan aturan pertama mereka pada akhir 1990-an.

Tetapi mereka secara bertahap memberlakukan lebih banyak pembatasan, terutama pada perempuan.

Mereka telah melarang perempuan di atas kelas enam bersekolah, tidak mengizinkan mereka bekerja di sebagian besar bidang pekerjaan dan menuntut mereka menutupi wajah mereka saat berada di luar.

Baru-baru ini, seorang perempuan yang berbelanja di Jalan Lycee Maryam memandangi para manekin yang wajahnya ditutup.

"Ketika saya melihat mereka, saya merasa boneka-boneka ini juga ditangkap dan dijebak, dan saya merasa takut," kata perempuan yang hanya menyebutkan nama depannya, Rahima.

"Saya merasa seperti melihat diri saya di balik jendela toko ini, seorang perempuan Afghanistan yang telah kehilangan semua haknya."

AP

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dokter di Tiongkok Disarankan Tidak Menulis COVID Sebagai Penyebab Kematian

Berita Terkait