Investasi di Sektor Pertanian Masih Sangat Seksi

Sabtu, 27 Januari 2018 – 15:05 WIB
Petani di sawah. Ilustrasi Foto: JPG/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat kini memiliki pilihan berinvestasi yang sangat beragam. Salah satunya investasi di bidang pertanian.

Topik berinvestasi di bidang pertanian ini dibahas dalam CEO Talks: Value Investing in Agriculture Crowdfunding di Sapori Deli Restaurant, Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (25/1). 

BACA JUGA: 5 Masalah Pertanian dan Solusinya versi HKTI

Acara itu menghadirkan dua pembicara utama, yakni Chairman & Co-Founder Tani Fund Pamitra Wineka dan CEO Vestifarm Dharma.

Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Moeldoko memberikan opening speech.

BACA JUGA: Moeldoko Sampaikan Pesan Penting untuk Anggota TNI

Kegiatan ini juga dihadiri oleh pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengusaha, dan stakeholder lainnya.

Moeldoko mengatakan, masih banyak potensi yang belum tergarap optimal di bidang pertanian.

BACA JUGA: Jokowi Ingatkan Pemda Tak Keluarkan Perda Penambah Ruwet

Moeldoko juga mengajak masyarakat, khususnya pelaku financial technology (fintech) di bidang pertanian, sering terjun ke lapangan untuk mengetahui kondisi real yang dihadapi oleh para petani.

"Silakan lihat langsung ke lapangan. Anda akan melihat potensi yang begitu besar. Para petani juga butuh sentuhan fintech agar lebih maju dan berkembang," ujar Moeldoko.

Dirinya juga terus mengupayakan agar para petani bisa menembus sektor permodalan.

"Semodern apa pun zaman, kita tetap butuh makan. Maka, teknologi juga harus berperan aktif di sektor pertanian. Tidak akan rugi bila permodalan diarahkan ke teknologi pertanian," jelas Kepala Staf Presiden (KSP) ini.

Sementara itu, Dharma mengatakan, awalnya dirinya mendirikan startup Vestifarm saat mengunjungi sebuah desa di Sumedang, Jawa Barat.

Saat itu, dia bertemu dengan seorang peternak sapi bernama Mang Yon Yon.

Mang Yon Yon merupakan peternak sapi yang sohor di desa itu. Dharma terkejut melihat tidak ada seekor sapi pun di kandang milik Mang Yon Yon.

Dharma menanyakan hal ini kepada Mang Yon Yon. Mang Yon Yon mengaku sudah tidak beternak sapi selama sembilan bulan karena keterbatasan modal.

Sejak saat itu, Dharma bertekad menciptakan platform Vestifarm yang bisa membantu petani dan peternak.

Vestifarm sendiri menerapkan konsep syariah terkait bagi hasil antara investor dan peminjam (petani atau peternak).

Dalam konsep tersebut, Vestifarm membuat semacam kontrak bagi hasil kepada investor dan peminjam secara terpisah.

Sampai saat ini, pendanaan yang telah disalurkan melalui Vestifarm tercatat lebih dari Rp 9 miliar.

Untuk mitigasi risiko, tim Vestifarm juga melakukan survei langsung ke lokasi calon peminjam.

Meski begitu, kata Dharma, risiko dalam berinvestasi di sektor pertanian tetap ada, misalnya akibat faktor cuaca.

Apalagi, Vestifarm tidak menggunakan asuransi dalam skema investasi yang ditawarkannya.

Oleh sebab itu, dalam kontrak kerja sama yang dibuat, Vestifarm memuat klausul-klausul secara detail.

Permasalahan identik juga ditemui oleh Wineka dalam mengembangkan platform-nya, yakni Tani Fund.

Dia mengatakan, sebenarnya sektor pertanian adalah penyumbang terbesar kedua Gross Domestic Product (GDP) Indonesia pada 2016.

Meski begitu, masih banyak potensi yang belum tergali maksimal dari sektor ini. Lahan pertanian darat, misalnya, masih memiliki potensi sebanyak 14 juta hektare yang bisa digarap.

Belum lagi untuk sektor yang berkaitan dengan kelautan. Usia para petani pun sebagian besar lebih dari 45 tahun.

Hal ini menyiratkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian masih rendah.

Selain itu, masalah rentenir juga menjadi tantangan tersendiri. Untuk soal ini, Tani Fund melakukan pendekatan edukatif kepada rentenir yang ternyata juga sebagian adalah petani itu sendiri. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Investasi Tersendat, Jokowi Panggil semua Gubernur


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler