jpnn.com, MATARAM - Ketua Umum DPP PPP HM Romahurmuziy mengatakan memperkuat kembali Islam yang moderat dan toleran menjadi agenda yang dianggap penting. Apalagi, ketika menguatnya radikalisme di Indonesia akhir-akhir ini. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat sektor ekonomi.
Menurut Romi, panggilan Romahurmuziy, mengatakan sebagai umat Islam sudah seharusnya meletakkan sektor ekonomi dalam kerangka pembangunan agama. Bahkan, jangan pernah menganggap urusan ekonomi bukan bagian dalam perjuangan agama. “Sehingga orang-orang yang bergerak dalam ranah ekonomi memiliki motivasi agama,” kata Romi saat berdialog dengan mahasiswa IAIN Mataram, akhir pekan kemarin (17/3).
BACA JUGA: Djan Faridz: Saya Berhak Memecat Lulung
Ia beralasan, pentingnya motivasi agama karena bersifat berkelanjutan hingga akhirat. Dengan memiliki motivasi agama dalam berekonomi, diyakini semakin banyak umat Islam terjun di dunia ekonomi.
“Dengan banyak yang terjun maka lahir kreativitas-kreativitas,” katanya.
BACA JUGA: PPP Menginisiasi Koalisi Parpol Poros Tengah
“Dan akan menjadi milik umat Islam yang merupakan bagian terbesar ada di Indonesia,” tambah Gus Romi.
Menjadikan sektor ekonomi maju serta kreatif, kata dia, maka Indonesia bisa naik kelas lebih cepat. Berdasarkan prediksinya, tahun 2045 Indonesia berada diperingkat empat dunia. Dengan kondisi Indonesia masih memiliki rakyat miskin sebanyak 28 juta jiwa dan 7 juta pengangguran. Itu jika dalam kondisi pertumbuhan ekonomi hanya lima persen per tahun.
BACA JUGA: PPP Ingin Dinasti Rahmat Yasin Kembali Berkuasa
Artinya, jika masih berpedoman hanya tumbuh di lima persen, kondisi ekonomi umat Islam di Indonesia akan sangat lama. Indonesia membutuhkan percepatan pertumbuhan sebesar tujuh hingga delapan persen per tahun agar cepat naik kelas.
Apakah mungkin terjadi? Kata dia, tidak ada yang tidak mungkin. Negara lain seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea telah membuktikan berpuluh-puluh tahun lalu mampu tumbuh dengan angka fantastis, dan mengapa tidak di Indonesia. “Kita pernah tumbuh tujuh hingga delapan persen per tahun pada zaman orde baru, kenapa tidak kita mengulang kembali,” ungkapnya.
Kuncinya adalah, sambung pria kelahiran Sleman, Jogjakarta ini, dengan bersatu padunya seluruh potensi bangsa untuk tidak terus-menerus berdebat pada hal-hal yang tidak produktif. Gus Romi mengajak perdebatan boleh dilakukan asal produktif dan mampu mendorong ekonomi serta mengentaskan kemiskinan.
Ia juga berharap, dengan mendorong ekonomi dan menciptakan enterpreneurship diperlukan kurikulum kewirausahaan. Kurikulum tersebut harus ada di setiap jurusan serta mutlak untuk dipraktekkan.
Menurutnya, kurikulum bukan hanya untuk diajarkan semata. Melihat kondisi generasi muda saat ini, mereka bukan hanya butuh pengajaran melainkan pengalaman berdagang. “Karena ini soal pengalaman bukan mengajari,” ucap Romi.
Kurikulum tersebut, kata dia, dapat bersifat wajib atau berupa ekstrakulikuler tetapi wajib. Artinya, ketika mahasiswa akan lulus, ia harus mampu melakukan atau mempraktikkan perdagangan dalam jumlah tertentu di satu semester.
“Jika ini bisa dilakukan kemungkinan besar saat lulus tetap berpotensi melanjutkan usaha tersebut,” tutupnya.(ewi/r7)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PPP Romi Buka Pintu untuk Haji Lulung
Redaktur & Reporter : Friederich