jpnn.com - JABATAN kepala sekolah (Kepsek) merupakan kedudukan tertinggi di sebuah sekolah. Jabatan ini bahkan disebut "guru besar" di Malaysia. Lalu keistimewaan apa yang didapat seorang Kepsek ketika ditugaskan memimpin Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) terbesar di dunia?
Hendra Prhasta
BACA JUGA: Inspiratif.. Awalnya Ibu Rumah Tangga, Kini Bisa Kumpulkan Ratusan Ribu Tiap Hari
"Istimewanya, saya banyak dikenal Polis (Polisi, Red) Malaysia," kata Istiqlal Makrip ditemui Radar Nunukan (Grup JPNN.com).
Siang itu, Sabtu (5/9), Istiqlal hadir di Kantor Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau, Sabah Malaysia. Kepala Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Sabah Malaysia ini, sedang menghadiri kompetisi pendidikan yang digelar KRI Tawau.
BACA JUGA: Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri
Dia menyaksikan langsung anak-anak Buruh Migran Indonesia (BMI) di Tawau, bertanding dalam lomba cerdas cermat. Kehadirannya tentu begitu istimewa. Anak-anak BMI tersebut kelak membutuhkan tandatangan Istiqlal ketika menuntaskan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Malaysia.
Istiqlal dipercaya menjabat Kepala SIKK sejak Februari 2015 lalu. Dia bertolak ke Malaysia dengan status mantan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Mataram, Lombok. Pola kerja di Indonesia dan Malaysia benar-benar beda.
BACA JUGA: Begini Cara Adab Masyarakat Toli-Toli Menyambut Tamu Kehormatan
Pria kelahiran Desa Babakan, Mataram 12 Maret 1968 silam itu, mengaku sering berhadap aparat hukum ketika anak didiknya di SIKK terjaring razia dokumen polisi setempat. Berbeda ketika di tanah air, Istiqlal hampir tidak pernah berurusan dengan hukum.
"Hampir semua persoalan peserta didik di SIKK menjadi tanggungjawab saya. Tapi saya menikmatinya sebagai tanggungjawab dan pengalaman baru," ucapnya dengan nada santai.
SIKK tempat Istiqlal bertugas beralamat di Jalan KKIP Sepanggar, Kota Kinabalu (KK) Sabah. SIKK saat ini menampung 811 siswa dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Semua siswa merupakan anak BMI yang bekerja di Malaysia.
Tidak hanya itu, SIKK turut membawahi Community Learning Center (CLC) yang tersebar di seluruh penjuru Sabah. CLC merupakan pusat kegiatan belajar bagi anak-anak BMI di kawasan Ladang.
Jumlah peserta didik CLC tingkat SD saat ini mencapai 7000 siswa. Sementara CLC tingkat SMP sebanyak 3.240 siswa.
"Jadi saya harus siap-siap menandatangani 7 ribu ijazah. Anak-anak kita di tingkat SD segera beranjak ke tingkat SMP," ujarnya seraya tersenyum.
Istiqlal menyebutkan, SIKK tidak hanya menyandang predikat SILN terbesar di Malaysia. Melainkan sebagai SILN terbesar di dunia dari total 15 SILN yang ada. SIKK memiliki komplek sekolah yang cukup lengkap, ada perumahan guru, kantin dan musola.
Gedung SIKK dibangun di atas tanah dengan status beli sewa dari Pemerintah Malaysia. Diperkuat 41 orang guru utusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud RI), dan segera mendapat tambahan 16 orang guru baru tahun ini.
Aktivitas belajar mengajar di SIKK tidak jauh berbeda dengan di tanah air. Menurut Istiqlal, seluruh siswa di semua jenjang pendidikan, tetap mengenakan seragam sekolah layaknya di Indonesia. Mereka juga tetap menggelar upacara bendera tiap hari Senin.
"Yang SD tetap seragam merah putih, SMP biru putih dan SMA, putih abu-abu," ungkapnya.
Siswa SIKK turut dimudahkan dengan tersedia bus sekolah umum dan dua unit mini bus milik SIKK. Mengepalai SIKK susah-susah gampang. Istiqlal mengibaratkan, SIKK layaknya sebuah Dinas Pendidikan (Disdik) di sebuah provinsi.
"Karena semua urusan CLC menjadi tanggungjawab kami. Kita tahu bahwa jumlah CLC di Sabah ini sangat banyak sekali," sebutnya.
Naskah soal Ujian Nasional (UN) harus didistribusikan melalui SIKK ke CLC-CLC di penjuru Sabah. Beruntung, kata Istiqlal, KRI Tawau sangat memprioritaskan pendidikan anak-anak BMI di wilayah mereka, dan memberi bantuan penuh dalam berbagai hal.
"Ada lagi yang lebih menarik. SIKK ini kadang-kadang seperti tempat penitipan anak. Kalau ada orangtua siswa yang ingin mudik ke Indonesia, biasanya anak mereka dititipkan ke guru-guru disini," kisahnya tertawa.
"Tapi saya selalu pahamkan kepada guru-guru di SIKK, bahwa kehadiran saya dan mereka disini adalah membantu anak-anak BMI mendapat pendidikan yang layak," imbuh Istiqlal.
Berdasarkan data yang dimiliki SIKK, total anak usia sekolah di seluruh kawasan Malaysia sekitar 50 ribu. Sementara jumlah yang saat ini sudah tersentuh akses pendidikan sebesar 29 ribu anak. Seiring bertambahnya jumlah CLC di Malaysia, diharapkan seluruh anak BMI dapat sepenuhnya terlayani.
Anak-anak BMI juga terbantu oleh keberadaan Pusat Bimbingan Humana (PBH). Meski dibentuk dan dikelola Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Malaysia, PBH ini hadir untuk memberi pelayanan pendidikan layaknya CLC.
Bedanya, PBH menghadirkan kurikulum berbasis Malaysia. Sementara CLC, sepenuhnya mengacu pada standar kurikulum pendidikan Indonesia. Namun belakangan, KRI Tawau berhasil membangun komunikasi dengan pihak PBH untuk diperbolehkan memasukkan guru Indonesia mengajar ke dalam PBH.(ris/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bocah-bocah SD Itu Harus Jalan Kaki Dua Jam, Bertemu Ular dan Babi Hutan
Redaktur : Tim Redaksi