jpnn.com, SEMARANG - Meta Novita Handayani, 38, warga Perumahan Permata Puri, Kelurahan Beringin, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Jateng, ditemukan tewas di kamar rumahnya, Kamis (1/3) sekitar pukul 08.00.
Meta Novita Handayani merupakan istri R Agus Prabowo, 40, salah satu kepala cabang Bank BRI di wilayah Jakarta.
BACA JUGA: Mendesah kala Bercinta, Siswi SMP Tewas Setelah Dibekap
Diduga pelakunya dua orang, laki-laki dan perempuan yang mengendarai sepeda motor Honda Supra Fit.
Salah satu pelaku, diduga mantan pembantu rumah tangga (PRT) di rumah korban yang telah dikeluarkan.
BACA JUGA: Ternyata jadi Mayat Bukan Karena Kena Setrum
Kedua, informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Semarang menyebutkan, sebelum terjadi pembunuhan, warga setempat melihat rumah korban didatangi sepasang muda-mudi tak dikenal.
Sebelum masuk ke rumah korban, dua orang tersebut terlihat mondar-mandir di jalan depan rumah korban.
BACA JUGA: Bu Guru Tega Habisi Tiga Anak Sendiri, Konon Ini Motifnya
"Dua orang boncengan motor, laki-laki dan perempuan. Kalau gak salah 3 sampai 4 kali wira-wiri ke sini. Saya sempat mbatin, kalau cari alamat kok nggak tanya. Ibarat pepatah, 'malu bertanya sesat di jalan," ujar Puji, tetangga korban, saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (1/3).
Tanpa ada rasa curiga, Puji dan warga lain masuk ke rumah masing-masing. Nah, saat itulah dua orang yang mengendarai motor tersebut berhenti di depan rumah warga, tepatnya di sebelah kiri rumah korban.
Setelah motor diparkir, perempuan yang membonceng di belakang masuk ke rumah korban, disusul teman laki-lakinya.
"Tiba-tiba saja dari rumah Bu Meta terdengar teriakan gak jelas. Tapi suaranya keras banget, saya hapal itu suaranya Bu Meta," katanya.
Selanjutnya, dari rumah korban keluar seorang perempuan dan langsung lari meninggalkan motor yang diparkir tadi. Saat keluar rumah, perempuan tersebut menutupi wajahnya dengan masker.
"Perempuan itu keluar rumah jalan kaki, ya pas Mbak Meta teriak-teriak. Terus saya manggil eyang, tetangga saya. Eyang, eyang, itu perempuan tadi yang pakai kaos oranye, lari keluar dari rumah Bu Meta," bebernya.
Merasa penasaran, Puji dan Eyang langsung mendatangi rumah korban. Tidak seperti biasanya, pagar dan pintu rumah dalam kondisi tertutup rapat.
Saat diintip dari luar, gorden jendela terbuka sedikit. Puji mengaku melihat seseorang pria berada di dalam rumah korban.
"Saya jadi penasaran, di dalam rumah ada orang. Tapi, saya ketok-ketok kok gak ada yang membukakan pintunya. Kemudian saya minta bantuan mahasiswa yang kos di samping rumah Bu Meta," ujarnya.
Puji, Eyang bersama empat anak kos lalu kembali ke rumah Meta. Saat mereka masuk ke dalam rumah, didapati laki-laki tersebut mendekap Ronako, 4, dengan menggunakan sebuah bantal di dalam kamarnya.
Kemudian, laki-laki misterius ini berpura-pura menggendong Ronako dan dibawa keluar. "Saya tanya, kamu ini siapa? Jawabnya, saya kenal Bu Meta, sama kenal Lina. Saya tidak curiga, karena yang dia sebutkan saya kenal semua," katanya.
Saat digendong keluar, Ronako terus menangis. Karena kasihan, Ronako lantas diminta warga sekitar lainnya yang pernah mengasuh anak tersebut.
"Kondisinya Nako wajahnya seperti ada lebam-lebam, mungkin dihajar sama laki-laki itu pas di dalam kamar," bebernya.
Saat itu, warga belum terpikiran kondisi Meta, dan masih menginterogasi laki-laki tersebut. Namun pada saat dicek ke dalam kamar tidurnya, Meta sudah dalam kondisi terlentang tidak bernyawa. Sayangnya, laki-laki tersebut sudah kabur meninggalkan lokasi mengendarai sepeda motor.
"Pas dicek ke dalam kamar, mas mahasiswa yang ngekos di samping bilang Bu Meta sudah meninggal. Saat lengah itulah, laki-laki itu langsung geblas naik motor. Padahal saya sudah bilang, ke mas mahasiswa, itu cekelen (tolong ditangkap)," ceritanya.
Suprobo Ahmad Prabowo, 21, satu dari empat mahasiswa UIN Walisongo yang ngekos di samping rumah korban sempat mengejar laki-laki itu, tapi gagal.
Namun ia sempat memotret motor tersebut dengan kamera handphone. Laki-laki berperawakan kecil itu mengendarai Honda Supra Fit bernopol H 2560 BY. Dia mengenakan kaos biru dan celana jins biru.
Kejadian itu langsung dilaporkan ke Polsek Ngaliyan dan Polrestabes Semarang. Tak berselang lama, Tim Inafis Polrestabes Semarang tiba di lokasi kejadian.
Setelah dilakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), jenazah korban dibawa ke RSUP dr Kariadi Semarang guna diotopsi. Dari hasil penyelidikan sementara, ditemukan luka tusukan senjata tajam di perut sebelah kiri.
"Ada luka benda tajam di perut sebelah kiri, satu luka tusuk. Kalau lainnya masih dilakukan otopsi," kata Kapolsek Ngaliyan, Kompol Donny Eko Listianto di lokasi kejadian, Kamis (1/3).
Dari hasil olah TKP, petugas juga menyita barang bukti dua pasang sandal masing-masing berwarna biru dan hitam. Diduga sandal tersebut milik dua pengendara motor yang masuk ke rumah korban.
Namun, Donny enggan membeberkan barang bukti tersebut, dan hanya menyebutkan saat ini masih dalam penyelidikan. "Motifnya apa masih kita selidiki, semoga pelaku cepat tertangkap," harapnya.
Ada dugaan, motif pembunuhan itu lantaran salah satu pelaku sakit hati lantaran telah dipecat sebagai PRT di rumah korban.
Selanjutnya, diduga PRT itu mengajak kekasihnya untuk menghabisi korban, termasuk anak bungsunya. Namun aksinya keburu tepergok warga, sehingga sang anak berhasil selamat.
Apakah salah satu pengendara motor tersebut, mantan PRT di rumah korban? Donny belum bisa menyimpulkan. Namun dalam kejadian tersebut, tidak ada harta benda milik korban yang hilang.
"Kami tidak mendasarkan pada perkiraan, kami masih kumpulkan bukti-bukti. Sekarang masih kami selidiki dan berusaha mengejar pelaku," ujarnya.
Dugaan mantan PRT korban terlibat dalam kasus pembunuhan itu dibuktikan oleh kesaksian warga.
"Tadi ada yang tahu itu si Lina, tadi juga laki-laki itu masih di dalam rumah juga nyebut temannya Lina, pernah menjadi pembantu di sini," ungkap warga yang akrab disapa Eyang.
Dijelaskan, Lina pernah bekerja di rumah korban kurang lebih 2 sampai 3 bulan. Kemudian Lina tidak dipakai lagi oleh Meta. Namun Eyang belum mengetahui secara persis alasan Lina diberhentikan.
"Kalau persisnya kurang tahu. Cuma Lina itu sering didatangi laki-laki. Para tetangga juga pada lihat. Dandanannya ya begitu, rambutnya pirang," terangnya.
Diketahui, Lina merupakan warga Boja, Kabupaten Kendal. Orangtuanya juga bekerja. Ikut orang yang bertempat tinggal di jalan belakang rumah korban.
Didapatkan informasi, Lina keluar dari rumah Meta, dan lari memutar gang menuju tempat orangtuanya bekerja.
"Tadi ada yang bilang, si Lina juga ke tempat ibunya, kerjanya kan di belakang situ," bebernya.
Sementara saat dilakukan pelacakan pemilik sepeda motor berdasarkan nopolnya, ternyata pemiliknya tidak ada di tempat.
"Kita sudah mendatangi alamatnya, tapi tidak pernah memiliki itu. Masih kita kembangkan di lapangan," terang Kapolsek Donny.
Ia juga memastikan, dua pengendara motor itu terekam kamera CCTV di perumahan setempat. "Sudah kami terima. Dari rekaman, sempat saya lihat, pelaku memang sempat mondar-mandir," katanya.
Sementara itu, dari pihak keluarga korban belum bisa dimintai keterangan terkait peristiwa tersebut. Informasi yang beredar, kejadian ini juga telah diketahui oleh suami korban, Ridal Agus Prabowo, yang Kamis (1/3) kemarin langsung pulang dari Jakarta, tempatnya berdinas.
Pada saat kejadian, Meta bersama anak bungsunya, Ronako. Sedangkan anaknya nomor dua duduk di bangku kelas 5 SD di Ngaliyan, dan anak pertamanya duduk di bangku SMP, tinggal di Pondok Pesantren di Jogjakarta. "Kalau suaminya kan tugasnya di Jakarta. Sebulan lalu pulang ke rumah sini," terang Eyang.
Dikatakan, awalnya korban menempati rumah bersama orangtuanya di Jalan Bukit Watu Willa Blok C, Perumahan Bukit Permata Puri Ngaliyan. Kemudian, berpisah menempati rumah di Jalan Delima hasil pembelian orangtuanya.
"Rumah yang ditempati itu sebenarnya juga sudah dijual, tinggal pembayaran. Rencananya akan pindah ke Jogja. Belum jadi pindah, tidak tahunya malah ada musibah ini," katanya.
Menanggapi kabar isu rumah tangga Meta bersama suaminya, Ridal Agus Prabowo, kurang harmonis dan dalam proses perceraian, Eyang menilai itu urusan pribadi yang bersangkutan.
Sementara berdasarkan keterangan mantan pengurus RT setempat yang enggan disebutkan namanya, korban sempat berganti-ganti pembantu. Setidaknya sudah enam PRT yang pernah bekerja di rumah korban, termasuk Lina.
"Saya tadi juga tahu ada dua orang mondar-mandir naik motor di depan rumah Bu Meta. Saya sempat tanya, tapi malah dijawab ketus. 'Ini jalan kampung, bebas siapa saja boleh lewat'," katanya sambil menirukan ucapan laki-laki misterius tersebut.
Merasa mendapat jawaban tidak enak, ia pun tidak menghiraukan dan kembali beraktivitas. Namun setelah itu, beredar kabar adanya peristiwa pembunuhan yang pelakunya diduga dua orang tersebut. (mha/aro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eks Wakapolda Tewas, Silet Ada Bercak Darah Masih Misteri
Redaktur & Reporter : Soetomo