jpnn.com, MATARAM - Isu penculikan anak masih terus menyebar melalui pesan singkat dan media sosial. Masyarakat Lombok, NTB, mulai resah dengan isu ini.
Pola yang sama terjadi pada 2012 lalu. Saat itu sejumlah warga tewas menjadi korban keberingasan warga yang termakan isu menyesatkan tersebut.
BACA JUGA: Ada Kakek Diamankan Polisi, Pembuat Hoax pun Beraksi
”Agar hati-hati, pesan dari kapolres mataram. Tolong disebarkan sms ini ke semua orang, ini kejadian nyata dan jangan diremehkan..mereka mencari korban sebanyak 400 orang tua, muda dan anak-anak untuk mengambil alat-alat dalam anggota tubuh/organ tubuh manusia. ciri2 orang tersebut memakai mobil avanza DH 1857, motor satria hitam DH 1011, mtor revo merah DH 3838, mio merah pengendaranya bertato penuh badan, ciri-ciri yang sangat menonjol tato kawat duri,”
Itulah bunyi pesan singkat yang dikirim secara berantai di NTB akhir tahun 2012 lalu.
BACA JUGA: Dituduh Penculik, Orang Gila Dikeroyok
Sontak pesan ancaman penculikan ini menebar teror yang meresahkan masyarakat terutama di Pulau Lombok.
Pesan ini membuat masyarakat ketakutan dan penuh curiga berlebihan terhadap orang-orang baru dan tak dikenal yang melintas di pemukiman.
BACA JUGA: Isu Penculikan Anak Itu Bohong!
Hasilnya hanya dalam beberapa hari, lima orang meninggal dunia.
Mereka menjadi sasaran kecurigaan warga dan dihakimi di sejumlah lokasi. Bahkan salah satu diantara mereka menjadi bulan-bulanan massa saat berada di sel tahanan Polsek Kediri.
Belakangan setelah isu mereda dan polisi melakukan penyelidikan lima korban yang telah meninggal dunia secara mengenaskan itu terbukti bukanlah pelaku penculikan.
Mereka adalah warga biasa yang menjadi korban keberingasan warga yang terbakar isu menyesatkan.
Kini, di awal 2017 kembali muncul isu yang sama, tentang penculikan anak. Pola penyebaran isunya pun hampir sama.
Mengabarkan adanya isu penculikan anak. Bedanya kini pesan itu disebar melalui sejumlah jejaring sosial dan grup WhatsApp.
Berikut salah satu pesan singkat yang didapatkan Lombok Post (Jawa Pos Group):
”Info ini disampaikan Pak Agus Sarkawi Kepsek Abu Hurairah. Kabar dari Ibu Ana guru BK SMPN 5 Mataram, kemarin salah satu siswa kelas 7 dan 9 putra SMPN 5 Mataram, hampir diculik beberapa orang dengan mobil ketika pulang ujian mid. Dugaan sementara upaya jual beli organ menarget anak-anak,”
Guna menelusuri kebenarannya, Lombok Post berusaha mengkonfirmasi kepada pihak SMPN 5 Mataram.
Kepala Sekolah SMPN 5 Mataram Muhammad Ali mengatakan, di sekolahnya tidak ada guru BK yang bernama Ibu Ana.
”Sudah saya tanyakan, tidak ada yang namanya Ibu Ana,” kata dia, kemarin (19/3).
Kata Ali, pihaknya juga kebingungan dengan beredarnya pesan singkat itu. Ini ditambah lagi ada pencatutan nama SMPN 5 Mataram, meski belakangan hal tersebut ternyata tidak benar.
”Kita cuma dengar dari orang-perorang, jadi tidak diketahui kebenarannya. Tapi bisa saya pastikan tidak ada yang namanya Ibu Ana yang bekerja sebagai guru BK disini,” tegas dia.
Terpisah, Kapolda NTB Brigjen Pol Firli menegaskan, kepolisian akan menelusuri siapa-siapa saja yang menyebarkan isu penculikan anak.
Baik melalui pesan singkat maupun jejaring sosial. ”Nanti akan kita telusuri,” tegas dia.
Firli mengatakan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) ada sanksi terhadap siapa saja yang menyebarkan kabar bohong. Apalagi dengan tujuan untuk meresahkan masyarakat.
”Nanti akan ada sanksi jika memang terbukti,” ujarnya.
Perkembangan teknologi dan informasi, membuat semua orang bisa membagikan berita apa saja. Meski isinya belum dapat dipastikan benar atau tidak.
Karena itu, Kapolda meminta masyarakat untuk lebih bijak. Memverifikasi informasi yang diperoleh dari internet.
Jika ragu akan informasi tersebut, akan lebih baik untuk tidak menyebarkannya.
”Yang pasti berita tentang penculikan itu tidak benar,” kata dia
Kewaspadaan orang tua, terhadap keselamatan dan keamanan anggota keluarganya, harus selalu ada.
Namun, masyarakat juga diminta untuk tidak begitu saja mempercayai kabar bohong yang tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya.
Meski kabar penculikan anak tidak benar adanya, polisi tak ingin berdiam diri.
Kabidhumas Polda NTB AKBP Tri Budi Pangastuti sebelumnya mengatakan, pihaknya tetap melakukan pengawasan dan patroli seperti biasa. Terutama di lokasi jalur-jalur rawan yang terdapat sekolah.
”Kita patroli terus, termasuk saat jam rawan,” ujarnya.
Selain itu, kepolisian juga telah melakukan kerja sama dengan sekolah.
Bersama-sama mengawasi siswa ketika berada di lingkungan sekolah.
Bhabinkamtibmas dan Babinsa, pun diharapkan ikut membantu. Segera melaporkan apabila melihat hal yang mencurigakan.
”Kami juga mengimbau agar orang tua melakukan pengawasan, jangan mudah mempercayai orang yang tidak dikenal,” sarannya.
Tri Budi melanjutkan, jika masyarakat mendapat pesan singkat adanya kabar penculikan, diharapkan segera menghubungi Bhabinkamtibmas maupun Babinsa. Ini guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, Koordinator Divisi Hukum dan Advokasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB Joko Jumadi mengatakan, sejauh ini pihaknya belum mendapat laporan adanya penculikan anak di wilayah Pulau Lombok.
”Belum ada laporan ke LPA,” kata Joko, kemarin.
Menindaklanjuti isu tersebut, LPA NTB telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. Hasilnya, mereka sepakat bahwa isu tersebut tidak benar.
Meski demikian bukan berarti masyarakat menjadi lengah. Joko tetap meminta setiap masyarakat untuk waspada. Karena kejahatan terhadap anak bukan saja tentang penculikan.
”Tetap waspada, tapi jangan berlebihan, yang sampai menelan korban jiwa,” pungkasnya. (wahidi akbar sirinawa/r2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanya Alamat ke Bocah Kecil, Nyaris Dihajar Massa
Redaktur & Reporter : Soetomo