JAKARTA - Teh kini menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan sektor pertanian karena mampu menyumbang devisa hingga USD 110 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun dari ekspornya ke berbagai negara. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara eksporter teh terbesar kelima di dunia.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, saat ini sebagian besar petani teh belum memiliki unit pengolahan teh sendiri. Padahal, 46 persen luas perkebunan teh dimiliki petani kecil.
"Tapi, teh bisa menjadi salah satu komoditas unggul di sektor pertanian dengan menyumbang devisa USD 110 juta per tahun," ujarnya kemarin (18/4).
Oleh karena itu, pihaknya sangat antusias ketika kumpulan para petani teh di Garut, Jawa Barat, berhasil mendirikan pabrik teh rakyat. Hal itu diharapkan bisa mengurangi tingkat ketergantungan petani terhadap pengelolaan swasta. "Petani juga bisa mengantongi pendapatan lebih dari nilai tambah produk teh yang dihasilkan," tuturnya.
Ketua Bidang Produksi dan Litbang Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Joko Santosa menambahkan, industri teh telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
BACA JUGA: Jatim Dorong Suplai Rumah Sederhana
"Dengan prestasi itu, Indonesia bisa menjadi negara eksporter teh terbesar kelima di dunia yang setiap tahun mengekspor tidak kurang dari 98.500 ton," katanya.
Meski belum bisa menguasai pasar teh dunia, pihaknya optimistis nama teh Indonesia sangat dikenal di mancanegara. Pangsa pasar terbesar teh di dunia masih dikuasai Kenya, yakni 22 persen. Menyusul Sri Lanka 19 persen, Tiongkok 18 persen, dan India 12 persen. "Pangsa pasar ekspor teh Indonesia mencapai 7 persen dari total volume ekspor teh dunia," ujarnya.
Agrobisnis teh berperan strategis dalam perekonomian tanah air karena mampu menyerap sekitar 300 ribu tenaga kerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa. Sayangnya, masalah yang dihadapi teh nasional cukup berat dan mengancam ekosistemnya. "Itu mengingat sejak tahun 2000-an sebagian besar industri teh di Indonesia merugi," katanya.
Kondisi tersebut semakin parah sejak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sangat berpengaruh terhadap biaya energi. Sebagian besar biaya produksi industri teh pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jualnya. "Kalau tidak ada solusi, bisa mengancam kelestarian industri teh nasional," tuturnya. (wir/c6/sof)
BACA JUGA: Pembangunan Infrastruktur Bakal Melaju Pesat 2015
BACA JUGA: Tolak Akuisisi Bank BTN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkeu Tetap Tagih Dividen Freeport Rp 1,5 T
Redaktur : Tim Redaksi