jpnn.com - MENTERI Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti ikut memeriahkan peringatan hari Kartini, Selasa (21/4). Bos maskapai Susi Air ini terlihat tampil anggun dengan balutan kebaya modern berwarna putih serta bersanggul meski penampilan ini sangat kontras dengan kesehariannya.
Lalu seperti apa peringatan hari Kartini ala Susi? Seperti apa sosok RA Kartini di matanya? Berikut petikan wawancara wartawan jpnn.com, Yessy Artada dengan Menteri Susi Pudjiastuti di kantornya, Jalan Merdeka Timur, Jakarta.
BACA JUGA: Perempuan Harus Berani
Sosok RA Kartini di mata seorang Susi Pudjiastuti seperti apa?
RA Kartini adalah wanita yang sangat luar biasa. Dalam kungkungan, dalam keterbatasan. Dalam kehidupan yang jauh dari kebebasan, RA Kartini bicara, "ikhtiar, berjuanglah membebaskan dirimu. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain". Sebuah arti tentang kebebasan yang sangat mendalam, yang dikatakan oleh seorang wanita yang terkungkung di balik ketertutupan budaya, ketertutupan budaya karena dia seorang wanita.
BACA JUGA: Saya Melihat Kartini itu Sebagai Inspirasi
Kebebasan perempuan itu maksudnya?
Dalam kumpulan surat-surat 'Habis Gelap Terbitlah Terang', banyak kata dan kalimat yang beliau (RA Kartini-red) ucapkan, dengan sangat dalam, arti-arti perkataan kemandirian, kebersamaan, kesetaraan tentang wanita dan pria. Tentang bahwa wanita punya opportunity sama. Di situ saya quote pembicaraan tentang kebebasan. Karena kita tuh bebas tidak harus fisik saja.
BACA JUGA: Ditenggelamkan Lebih Bagus
Kebebasan mind berfikir kebebasan memikirkan, kebebasan untuk berkreasi dan berimajinasi, dan menelurkan ide itu adalah kebebasan yang tidak ada batasnya, tidak ada kurungan, tidak ada ruang yang membatasi. Kebebasan pemikiran adalah kebebasan hakiki yang setiap orang bisa punya. Hanya kemauan kita yang bisa mengadakan itu.
Contohnya?
Misalnya, Anda terkungkung, dengan terjepit dengan birokrasi, tatakrama dan pola kerja dan sebagainya, tapi jika pola pikir, mind kita bebas dan mandiri kita bisa berpikir dan berkreasi dan membuat sesuatu apapun yang kita mau dengan kebebasan cara berfikir.
Apa yang dingat setiap perayaan hari Kartini?
Ibu saya. Hari ini (21/4), hari spesial untuk saya, karena kebetulan ibu saya lahir hari ini juga, sama dengan RA Kartini. Saya banyak belajar dari ibu saya. Ibu saya umur 12 tahun lari meninggalkan keluarganya dari Pangandaran dan hidup di Sukabumi di kesusteran, hanya karena dia tidak mau menuruti keluarga untuk menikah di umur 12 tahun. Dia (alm) hidup di gereja bersama suster-suster sampai dua tahun, dan setelah itu mengikuti perjalanan PMI dan akhirnya sekolah.
Pelajaran berharga apa yang diambil dari pengalaman almarhumah?
Jadi kalau melihat seorang wanita zaman itu berani menentukan masa depan, saya harus seperti itu. Segala resiko dia tempuh untuk keluar dari comfort zone untuk pergi dari keluarga yang mampu menghidupi, dan akhirnya ending up di sebuah kesusteran. Padahal dia dari keluarga muslim, tapi karena ia melihat satu-satunya jalan untuk bisa mandiri di situ, akhirnya dia tinggal di sana selama dua tahun, sampai akhirnya mengikuti kemandirian lain.
Kita berkarya hanya akan bisa berhasil dan mendapatkan prestasi luar biasa saja, kalau kita tidak pernah membiarkan kebebasan kita terbelenggu dan terambil.
Pesan untuk perempuan-perempuan di Indonesia?
Hari Kartini mengingatkan kita semua bahwa keterbatasan dan kungkungan itu bukan berarti terciptanya kemerdekaan kita, untuk tetap maju ke depan membawa perubahan.
Kita sebagai seorang wanita diberi beberapa keistimewaan untuk bisa dan mampu dengan kelebihan kita, sebagai wanita membawa perubahan kebaikan dan kemajuan untuk bangsa kita.
Harapan ibu untuk KKP di momentum perayaan Kartini ini?
Suatu hari nanti saya ingin melihat semua yang ada di KKP pakai baju nasional (kebaya dan batik).
Apa selama ini karyawan KKP belum pernah menggunakan baju nasional?
Tadinya saya pikir wanita-wanita yang hadir di sini pakai baju nasional, ternyata saya saja yang pakai. Tapi saya anggap ini utang. Jangan saya saja yang dibikin susah pakai baju nasional. Mereka juga mesti merasakan hal yang sama. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dari Ketakutan Menjadi Sebuah Semangat
Redaktur : Tim Redaksi