Jelang Pemilu, Pendukung Mahathir Mulai Muncul ke Permukaan

Selasa, 08 Mei 2018 – 23:57 WIB
Pemilu Malaysia. Ilustrasi: Bigstock

jpnn.com, KUALA LUMPUR - Gaung Barisan Nasional (BN) terasa di setiap sudut negara bagian di Malaysia. Gebyar spanduk biru tua dan kampanye visual koalisi partai UMNO itu cukup marak.

Namun, PM Najib Razak tidak lantas bisa dengan mudah memenangi Pilihan Raya Umum (PRU) Ke-14 alias General Election 14 (GE14). Sebab, sebagian besar warga tetap militan terhadap Mahathir Mohamad. Terutama masyarakat Langkawi.

BACA JUGA: Pemilu Malaysia: Generasi Muda Diam-Diam Dukung Mahathir

Warga memiliki banyak alasan kuat mendukung Mahathir. Salah satunya, goods and services tax (GST) atau PPN. Kebijakan yang lahir pada masa kepemimpinan Najib tersebut dianggap memberatkan masyarakat.

Sebab, GST mau tak mau mengerek harga jual barang. Otomatis, biaya hidup meningkat. ’’Kami sangat terbebani dengan kebijakan itu,’’ kata Badruah, warga Langkawi, Malaysia, saat dijumpai Jawa Pos pada Minggu (6/5).

BACA JUGA: Pemilu Malaysia: Milenial yang Sia-siakan Potensi

Dia kemudian membandingkan beban biaya hidupnya sekarang dengan era Mahathir. Ketika itu Malaysia makmur. Biaya hidup tidak tinggi. Pembangunan tampak di mana-mana. Termasuk di wilayah Langkawi. ’’Dia (Mahathir, Red) yang membangun kampung ini,’’ ucap Badruah.

Besaran GST yang mencapai 6 persen menjadi kebijakan paling dibenci warga Malaysia. Saking bencinya, mereka lantas memutuskan untuk mendukung Mahathir pada PRU Ke-14 kali ini. Dalam kampanyenya, Mahathir berjanji menghapuskan GST. ’’Saya pikir, Mahathir layak untuk memimpin,’’ ujarnya.

BACA JUGA: Pemilu Malaysia: 2,5 Juta Siluman Masuk Daftar Pemilih

Namun, di Langkawi, fakta di lapangan tidak seperti ucapan Badruah. Poster dan bendera BN mendominasi sudut-sudut jalan pulau tersebut. Poster Najib juga menyebar.

Secara kasatmata, BN-lah yang berkuasa di pulau tersebut. Atribut kampanye sangat banyak. Namun, Badruah tetap yakin Mahathir yang akan menang.

Kalaupun kalah, kata dia, tak berarti Mahathir tidak dapat dukungan. Tetapi, tidak semua orang mau memberikan suara. Badruah menyatakan tidak bakal memilih.

Selama BN masih berkuasa, dia merasa pilihan yang diberikan sia-sia. ’’Lebih baik saya di rumah. Tak lagi ke tempat pengundian,’’ tegas dia.

Dukungan terhadap Mahathir juga diungkapkan warga Malaysia di ibu kota, Kuala Lumpur. Lebih berani ketimbang penduduk Langkawi yang malu-malu menyuarakan dukungannya, warga Kuala Lumpur, baik yang muda maupun tua, berkeinginan melengserkan Najib.

Izzudin, misalnya. ’’Umur saya 24 tahun dan ini akan menjadi pengalaman pertama saya menggunakan hak pilih,’’ kata pemuda asal Perlis, Negara Bagian Kedah, saat berbincang dengan Jawa Pos di stasiun monorel Hang Tuah, Senin (7/5).

Dia lantas menjelaskan, di Malaysia, warga baru mendapatkan hak pilih setelah berumur 21 tahun. Karena itulah, menurut dia, di kampus-kampus tidak ada yang bicara politik. Apalagi PRU14. ’’Karena rata-rata mahasiswa belum punya hak pilih,’’ jelas Izzudin.

Meski baru kali ini hendak menggunakan hak suaranya, lelaki berkulit sawo matang tersebut tidak terlalu antusias. Yang membuat dia senang adalah kantor tempatnya bekerja di Kuala Lumpur memberikan satu hari libur pada Rabu, hari pemungutan suara.

Dia tambah girang karena izin cuti yang diajukannya disetujui. Mulai hari ini, dia sudah libur. ’’Senang lah. Dua hari di kampung halaman,’’ ujarnya.

Kemarin dia sengaja meninggalkan kantor lebih cepat sebelum jam makan siang agar bisa segera menuju ke bandara. Dari Kuala Lumpur, dibutuhkan waktu satu jam penerbangan untuk sampai Kedah.

Lantas, apa yang Izzudin pilih pada 9 Mei nanti? ’’I don’t know. Tapi, mereka yang nak (ingin, Red) perubahan tak bakal pilih BN,’’ ucapnya seraya menatap deretan bendera PKR yang berkibar-kibar di jalur monorel yang kami tumpangi.

Saat Jawa Pos menebak dia akan memilih bendera warna merah (Pakatan Harapan), dia mengangguk sambil tertawa penuh percaya diri.

Di Kedah, tempat asal Izzudin, BN menjadi pemenang PRU13. Di beberapa pemilihan sebelumnya, BN juga selalu menang. Terutama saat Mahathir Mohamad masih berada dalam koalisi pemerintah tersebut sampai akhirnya lengser pada 2003. ’’Tapi, sekarang kita mau ada perubahan lah,’’ katanya.

Izzudin mungkin termasuk penduduk Kedah yang sudah terkena racun anti-BN. Sebab, di ibu kota Malaysia dan Negara Bagian Selangor, sebagian besar warga ingin menyudahi kekuasaan PM Najib Razak.

Padahal, di mana-mana, bendera biru bersimbol timbangan sangat marak. Sebagian memajang foto Najib, sebagian lain berhias foto-foto kandidat legislator daerah untuk parlemen negara bagian. Bahkan, sejumlah bus yang lalu-lalang di kawasan KL Sentral dan Chow Kit berwarna biru tua. Plus, ada gambar timbangannya.

Perseteruan antara Mahathir dan Najib cukup sengit. Najib yang mendapat dukungan dari BN berusaha menguasai semua lini. Sebaliknya, Mahathir di pihak oposisi terus bergerilya untuk meraih dukungan masyarakat.

Pada PRU 2013, BN meraih sekitar 11.800 suara. Perolehan yang cukup tinggi. Sebab, ketika itu Mahathir berada di kubu BN. Simpatisan Mahathir pun memberikan suaranya ke partai tersebut.

Kini Mahathir pindah haluan. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Suara BN tetap tinggi karena sebagian besar adalah pemilih loyalis. Yakni, mereka yang memilih karena partai. Tidak melihat kandidat partai tersebut.

Atau, suara BN lemah bila pemilih loyalis itu berubah menjadi pemilih personal. Mereka tidak lagi melihat partai yang ramai di wilayahnya. Tetapi, siapa yang didukung partai tersebut. (*/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilu Malaysia: Mahathir Diragukan Orang Kampung Sendiri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler