JAKARTA - Pujian layak disandangkan untuk duet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden HMJusuf Kalla (JK) yang memutuskan untuk mempertahankan kedekatan pesonal hingga akhir masa pemerintahan
BACA JUGA: Bahas Anggaran KPK, DPR Saling Tuding
Hanya saja, dari sisi politis, SBY selaku Ketua Dewan Penasihat Partai Demokrat dan JK selaku Ketua Umum DPP Golkar masing-masing tetap menuai hasil kontradiktif yakni ada yang untung dari segi popularitas ataupun sebaliknya.Hal ini ditegaskan Pengamat Politik dari Reform Institute Jakarta, Yuddy Latief, di Jakarta, Rabu (11/2)
BACA JUGA: Belum Usung Capres, Golkar Jadi Partai Aneh
"Paling nampak secara nasional, terjadi di luar JawaKondisi ini, menurut Yuddy, didorong eksistensi JK yang melekat bak perangko pada sosok SBY
BACA JUGA: Jero Wacik Dilaporkan ke Mabes Polri
Kecenderungan para pemilih luar Jawa (Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, bahkan sampai Papua) yang merupakan pemilih JK, terkooptasi kelengketan ini."Saya yakin, kondisi ini tidak terlalu disadari oleh elitis GolkarSebaliknya, Demokrat paling lihay mengeksploitasi peluang iniIni fakta survey," terang Yuddy.
Ditambahkannya, tidak banyak pilihan bagi Golkar selaku pemenang Pemilu 2004 untuk keluar dari kondisi iniKecuali, katanya, Golkar sanggup membangun soliditas lebih baik, dan membuat distansi (jarak) kedua figur sentral ituJuga, Golkar harus bisa terlepas dari stigma partai besar yang tak punya nyali mengelus calon sendiri pada pilpres.
Kaenanya Yuddy juga menilai kedekatan SBY-JK juga menjadi salah satu mesin penggoncang soliditas Golkar pada pemilu legislatif mendatangPasalnya, para kader handal Golkar seperti Sultan Hamengkubuwono, Fadel Muhammad, Marwah Daud Ibrahim, bahkan Akbar Tandjung, yang seharusnya bisa menjaga soliditas partai, ternyata tercerai-berai.
"Mereka justru menilai kedekatan keduanya menjadi simbol hilangnya peluang bertarung untuk bisa mengendarai GolkarPadahal, mereka-mereka dipastikan memiliki massa riil, yang berbaur di bawah bendera GolkarSementara, untuk memenuhi target 30 persen suara di pemilu legislatif, soliditas menjadi harga mutlak," ucapnya.
Yuddy menyarankan, seharusnya Golkar memberikan ruang kepada kader-kadernya untuk muncul sebagai capres"Kalau merasa riskan hanya mengajukan satu tokoh, bisa dua atau tiga," tandas Yuddy.
Sementara Ketua DPP Golkar, Burhanuddin Napitupulu, mengatakan, tidak ada yang salah dari kedekatan SBY-JKMenurutnya, kepentingan rakyat tetap terjaga"Sementara mekanisme strategi yang mengacu pada mekanisme yang sudah ditetapkan partai juga berlanjut," tandasnya.
Politisi yang biasa dipanggil dengan sapaan Bunap ini juga mengatakan, demi memperkuat soliditas Golkar maka kader handal dan potensial akan diajak untuk berkomunikasi kembali"Kami berharap, mereka bisa lebih dulu menunjukkan baktinya kepada partai sebelum meminta dukungan partai untuk tujuan politik personalnyaInilah yang ingin partai," tandas Burhanuddin(ysd/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Dukung BP DAU Independen
Redaktur : Tim Redaksi