JK: Tiongkok Merupakan Turis Terbesar di Indonesia

Senin, 31 Juli 2017 – 05:52 WIB
Wapres Jusuf Kalla. Foto: Ist/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan penangkapan terhadap warga negara asing mayoritas dari Tiongkok yang terlibat jaringan penipuan internasional, tak akan berpengaruh pada bebas visa kunjungan wisata.

JK menganggap bahwa penangkapan tersebut tidak perlu dikaitkan dengan kebijakan pemerintah tersebut.

BACA JUGA: Sindikat Tiongkok Manfaatkan Data Konsumen Provider Seluler dan Bank

”Dengan visa pun bisa terjadi tapi ini hasil kerjasama antara polisi Tiongkok dan kita,” ujar JK usai mencanangkan program tahun keselamatan berlalu lintas untuk kemanusiaan di Bundaran Hotel Indonesia, kemarin (30/7).

Yang harus dilakukan, imbuh JK, adalah pengetatan dalam pemeriksaan turis-turis yang akan datang ke Indonesia.

BACA JUGA: WN Tiongkok Jadi Penjahat di Indonesia, Dihukum Dahulu sebelum Dideportasi

Tugas tersebut menjadi kewenangan dari pihak imigrasi dan instansi lainnya dalam pengawasan orang asing.

JK hanya mengisyaratkan bahwa penangkapan itu jangan berpengaruh pada pariwisata di Indonesia. ”Sekarang ini Tiongkok merupakan turis terbesar di Indonesia,” jelas dia.

BACA JUGA: Polri Ungkap WN Tiongkok Penjahat Siber, Imigrasi Tak Merasa Kecolongan

Data dari Kementerian Pariwisata mulai Januari hingga Mei, turis asal Tiongkok sebanyak 831.424 orang.

Meningkat 44,87 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 573.889 orang. Sedangkan turis dari Taiwan sebanyak 93.589 orang.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Agung Sampurno mengungkapkan bahwa WNA yang ditangkap karena kasus penipuan lewat telepon itu dipastikan punya paspor.

Meskipun, pada saat ditangkap ada beberapa orang yang tidak bisa menunjukannya karena sedang dibawa oleh aktor intelektualnya. ”Paspornya dibawa itu salah satu cara agar mereka tidak kabur,” ujar Agung.

Imigrasi juga dilibatkan dalam proses penangkapan orang-orang tersebut termasuk penelusuran secara tertutup yang dilakukan sebelumnya. Selain itu, akan diteliti pula mana orang-orang bisa jadi menjadi korban dan mana yang menjadi pelaku utama.

”Setelah ditangkap akan diindetifikasi dan diferivikasi berdasarkan wajah dan paspor. Nanti akan terlihat data perlintasannya,” terang Agung.

Dia menuturkan penangkapan para penjahat siber itu bukan berarti imigrasi kebobolan dalam pengawasan.

Tapi, menurut dia justru penangkapan itu adalah bentuk kerja terhadap pengawasan orang asing. ”Pengawasan tidak akan kendor. Kami kerjasama juga dengan interpol,” imbuh dia. (idr/jun/tyo)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Konon Ini Penyebab WN Tingkok Penjahat Siber Pilih Beroperasi di Indonesia


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler