jpnn.com - JAKARTA - Pemilih Joko Widodo adalah pemilih tradisional. Pemilih tersebut memilih berdasarkan kesukaan sehingga mudah beralih.
"Pemilih tradisional tidak kritis, mereka memilih karena suka," kata Peneliti Indonesia Research Center (IRC), Natalia Christanto, dalam rilisnya, Selasa (8/7).
BACA JUGA: Burhanuddin Muhtadi Ragukan Hasil Survei Unggulkan Prabowo
Namun, kelompok pemilih tersebut beralih karena perubahan sikap dan perilaku Jokowi. Pihak Jokowi terlihat sangat agresif dalam melakukan negative campaign.
"Pemilih jadi antipati, karena masyarakat Indonesia sangat menjunjung nilai-nilai budaya ketimuran. Padahal kampanye negatif yang dilancarkan pasangan nomor urut dua tersebut untuk menjaring suara, terbukti tidak efektif," terangnya lagi.
BACA JUGA: Perlu Ada Standarisasi Bagi Lembaga Survei
Sebelumnya, IRC telah melakukan survei yang mendapati bahwa masyarakat yang terpapar oleh kamapanye negatif tidak terpengaruh. Justru respons terhadap isu negatif yang lebih berpengaruh.
Selain itu Natalia mengatakan kinerja Jokowi sebagai pemimpin belum terbukti. Berbagai masalah Jakarta yang belum terselesaikan seperti kemacetan dan banjir, membuat pemilih berpikir ulang untuk memilih Jokowi.
"Figur Jokowi lebih kuat pada pencitraan,” tegas Natalia.
Dia menambahkan, blusukan yang diandalkan Jokowi pun sudah tidak lagi menarik simpati pemilih. Tidak ada faktor kebaruan yang ditonjolkan Jokowi, hanya blusukan yang belum menyelesaikan masalah.
"Blusukan memang membangun kedekatan, tetapi masyarakat butuh solusi. Itu yang belum diberikan Jokowi," terangnya. (rmo/jpnn)
BACA JUGA: Pengawas Lapangan Diminta Kawal Suara dari TPS ke PPS
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tuding Tantowi Yahya Resahkan Warga dan Lecehkan SBY
Redaktur : Tim Redaksi