Jokowi Minta Kurikulum Pendidikan Tinggi Dibuat Fleksibel

Minggu, 23 Juli 2017 – 11:46 WIB
Presiden Joko Widodo dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. Foto: Raka Denny/Jawa Pos

jpnn.com, BANTUL - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perguruan tinggi mempersiapkan diri menyikapi perubahan zaman yang begitu cepat dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul.

Salah satunya kurikulum pendidikan di perguruan tinggi seharusnya bisa menyesuaikan dengan kondisi kekinian.

BACA JUGA: Jokowi: Jangan Melupakan Ini

"Kurikulum misalnya, harusnya ini fleksibel karena perubahannya cepat sekali. Dari dulu sampai sekarang fakultas ekonomi selalu fakultas ekonomi. Padahal perubahannya sudah sangat cepat sekali. Mestinya ada hal yang bersifat kekinian, misalnya fakultas logistik," ujar Jokowi.

Itu disampaikannya saat memberikan kuliah umum di Universitas Ahmad Dahlan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, pada Sabtu (22/7).

BACA JUGA: PT 20% Untungkan Jokowi

Transportasi dan logistik merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kaitannya dengan bisnis dan perdagangan sehingga pengetahuan akan sistem logistik tentu merupakan kunci dalam pengembangan sektor tersebut.

Secara pribadi, Jokowi berpandangan bahwa pembelajaran di luar kelas yang dijalani sendiri oleh para mahasiswa sudah selayaknya diberikan suatu apresiasi tersendiri.

BACA JUGA: Lagi, Penghina Presiden dan Kapolri Diciduk

"Belajar-belajar di luar ruang kuliah juga harus dihargai, dimasukkan ke SKS mestinya. Misalnya ada mahasiswa yang belajar dari internet untuk membuat aplikasi dan berhasil, itu harus dihargai sebagai sebuah SKS," harapnya.

Demikian halnya dengan bentuk pembelajaran lain yang dijalani mahasiswa secara langsung di lapangan, seperti mengelola lahan pertanian yang dimaksudkan sebagai proyek pribadi mahasiswa misalnya, juga harus diakui oleh para pendidik sebagai sebuah pembelajaran untuk kemandirian dan meningkatkan daya saing.

"Disampaikan ke dosen, ditanya dari sisi filosofi ekonominya, benar, ya dapat lima SKS," ujarnya memberi contoh.

Perubahan-perubahan paradigma seperti itulah yang seharusnya mulai diterapkan di lingkungan pendidikan.

Sebab, bila sistem pendidikan tidak ikut berubah dan berkembang seiring kemajuan zaman, maka bukan tak mungkin bangsa Indonesia akan semakin jauh tertinggal.

"Kalau kurikulum tidak fleksibel, masih monoton, masih rutinitas, masih linier, ya ditinggal kita," tambah suami Iriana.

Setelah menyampaikan kuliah umum, Presiden meletakkan batu pertama pembangunan Museum Muhammadiyah yang berada di lingkungan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Novanto Tersangka, Golkar Tetap Solid Calonkan Jokowi Capres 2019


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler