Jokowi, Pak Harto, dan ASEAN

Senin, 30 Januari 2023 – 20:54 WIB
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri prosesi Kick-Off Keketuaan ASEAN 2023 di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (29/1/2023). Foto: ANTARA/Gilang Galiartha

jpnn.com - Indonesia resmi menjabat sebagai ketua ASEAN (Associations of South East Asian  Nations) untuk 2023.

Peresmian itu ditandai dengan kick off dan pemukulan rebana oleh Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat Minggu (29/1).

BACA JUGA: Kaesang, dari Bisnis Pisang ke Politik

Seperti biasanya, Presiden Joko Widodo memakai acara itu untuk mementaskan ‘street performance’ dengan menggowes sepeda bambu dari Istana Merdeka melintasi Jalan Medan Merdeka Barat dan Jalan MH Thamrin  Sudirman yang sedang ramai oleh pejalan kaki yang menikmati car free day

?Jokowi yang menggunakan jaket "bomber" hijau, kaus lengan panjang putih, topi dan celana panjang, didampingi sejumlah menterinya.

BACA JUGA: Jacinda Ardern

Begitu turun dari sepeda, Jokowi berjalan kaki ke lokasi acara bersama sejumlah duta besar dan perwakilan tetap negara sahabat.

Jokowi melepas jaketnya dan berjalan kaki menuju Bundaran HI. Tidak lupa, Jokowi menyapa warga, bersalaman, dan seperti biasanya berswafoto ria.

BACA JUGA: Cak Nun dan Firaun

Jokowi ingin membuat para duta besar terkesan dengan kedekatannya pada rakyat. Jokowi juga ingin membuat negara-negara tetangga terkesan dengan menampilkan aneka pertunjukan.

Di depan iring-iringan Jokowi ada parade marching band dan pawai kostum adat. Setiba di lokasi acara, Jokowi dan perwakilan negara disambut abang-none di DKI Jakarta.?

Ketika memegang keketuaan G-20 tahun lalu, Indonesia juga menampilkan berbagai show. Penutupan KTT G20 di Bali dilakukan dengan pesta ekstravaganza.

Negara-negara anggota G-20 senang dengan pertunjukan itu, tetapi mungkin tidak ada yang meniru model seremonial ala Indonesia itu.

Tahun ini keketuaan G-20 dipegang India. Publik akan melihat apakah nanti pada pembukaan dan penutupan konferensi India akan menampilkan atraksi tari-tarian India dan atau menampilkan artis-artis Bollywood.

Atau malah India lebih bersikap efisien karena kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Kali ini, level Indonesia di ASEAN juga memakai pola yang sama. Saat kick off di Bundaran HI itu sudah terlihat kentalnya acara seremonial.

Nanti pada saat konferensi puncak ASEAN hampir pasti akan ada pesta ekstravaganza seperti G-20 di Bali tahun lalu.

Di tengah kondisi global yang sedang berubah dengan cepat apa ASEAN masih relevan?

Indonesia mencoba menjadikan ASEAN masih tetap relevan. Hal itu terlihat dari tema ’ASEAN Matters: Epicentrum of Growth' yang dibuat Indonesia.

Presiden Jokowi menyampaikan optimismenya bahwa ASEAN akan tetap relevan serta menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang penting di kawasan. 

Indonesia bertekad mengarahkan kerja sama ASEAN tahun 2023 untuk melanjutkan dan memperkuat relevansi ASEAN dalam merespon tantangan kawasan dan global, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan, untuk kemakmuran rakyat di Asia Tenggara.

Elemen pertama ialah ASEAN Matters. Bagaimana Indonesia dengan keketuaannya tetap menjadikan ASEAN itu relevan dan penting tidak saja bagi rakyat Indonesia, tetapi juga bagi rakyat ASEAN.

ASEAN sebagai pusat pertumbuhan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN selalu bertumbuh lebih tinggi dibandingkan negara lain di luar ASEAN.

Sejarah ASEAN itu selalu terkait dengan masalah ekonomi dan hampir semua waktu itu menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN selalu lebih tinggi dari dunia.

ASEAN berdiri pada 1967 di Bangkok. Presiden Soeharto menjadi penggagas berdirinya ASEAN sekaligus menjadi politisi paling senior dan paling dihormati oleh negara-negara anggota.

Ketika itu para pemimpin negara-negara Asia Tenggara adalah para pemimpin heavy weight, kelas berat, yang sangat berpengaruh di kawasannya maupun di dunia.

Selain Pak Harto ada Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Di antara para pemimpin itu Pak Harto paling didengar pendapat dan pandangan-pandangannya.

Ketika itu Pak Harto baru saja dilantik sebagai presiden Republik Indonesia setelah menghancurkan gerakan PKI.

Singapura baru saja merdeka dan Lee Kuan Yew juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat anti-komunis. Sepanjang perjuangannya membentuk Singapura, Lee Kuan Yew bertarung keras dengan orang-orang komunis yang didukung oleh Tiongkok.

Malaysia di bawah Teuku Abdurrahman juga sangat khawatir akan serangan kelompok komunis yang sangat agresif. Pemberontakan komunis dari wilayah-wilayah pinggiran Malaysia menjadi ancaman yang konstan bagi Malaysia yang baru menerima kemerdekaan dari penjajah Inggris.

Dalam semangat anti-China dan antikomunis itulah ASEAN didirikan. Deklarasi Bangkok 8 Agustus 1967 menjadi landasan berdirinya ASEAN yang tujuan utamanya ialah mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan, serta meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.

Tak sebatas menjadi pelopor ASEAN, Pak Harto juga menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk organisasi ini menjalankan

KTT Pertama ASEAN di Bali pada 1976 sepakati menjadikan Jakarta sebagai kedudukan sekretariat ASEAN. Maka dibangunlah gedung sekretariat ASEAN di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, yang diresmikan oleh Pak Harto pada 9 Mei 1981.

Dalam berbagai kesempatan, Pak Harto memperlihatkan kesungguhannya dalam mendorong solidaritas ASEAN. Salah satunya ketika KTT Ketiga ASEAN khendak digelar di Manila, sementara situasi keamanan Filipina yang kala itu dipimpin oleh Corazon Aquino kurang kondusif.

Kondisi itu menimbulkan keraguan di antara para pimpinan ASEAN. Pak Harto memutuskan untuk tetap berangkat ke Manila dan meyakinkan semua kepala negara ASEAN untuk hadir. Mereka pun kompak hadir bersama Pak Harto.

Mahathir Mohamad, dalam  buku ’Pak Harto The Untold Stories’ mengatakan, "di ASEAN, Pak Harto memainkan peranan yang sangat penting. Para pemimpin negara ASEAN mendudukkan Pak Harto sebagai orang tua yang dihormati dan didengarkan pendapatnya."

Dalam buku yang sama, Lee Kuan Yew menyebut komitmen Pak Harto yang kuat terhadap isu bilateral. Ketika Phnom Penh dan Saigon jatuh pada 1975, kelihatannya gelombang komunis akan menyapu dan menelan seluruh Asia Tenggara.

Pak Harto berada di garis terdepan memimpin negara-negara anggota ASEAN untuk menahan laju komunisme di Asia Tenggara.

Lee Kuan Yew mengakui Pak Harto menciptakan stabilitas dan kemajuan di Indonesia. Hal ini membangkitkan kembali keyakinan internasional di ASEAN dan membuatnyan menjadi atraktif untuk investasi asing serta mendorong kegiatan ekonomi.

Pada saat itu, perkembangan ekonomi penting untuk menjaga wilayah ini dari ketidakpuasan dalam negeri yang dapat mendorong terciptanya gerakan prokomunis.

Menurut Lee Kuan Yew, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia secara alamiah mempunyai makna strategis. Pak Harto tidak bersikap seperti sebuah negara hegemoni, tetapi selalu mempertimbangkan kepentingan-kepentingan negara anggota ASEAN.

Sikap ini membuat Indonesia diterima oleh anggota ASEAN lain sebagai ‘the first among equals' atau yang terutama di antara yang sederajat, sehingga memungkinkan ASEAN berkonsolidasi di tengah saat-saat yang tidak menentu dan bergejolak.

Sekarang situasinya berubah. Tidak ada lagi orang kuat yang dituakan seperti Pak Harto.

Indonesia tetap menjadi anggota penting, tetapi tidak lagi bisa mengambil peran menentukan seperti zaman Pak Harto.

Saat ini ASEAN memiliki 10 anggota, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina, yang bergabung pada 8 Agustus 1967. Brunei Darussalam menyusul bergabung dengan ASEAN pada 8 Januari 1984, sedangkan Vietnam masuk pada 28 Juli 1995, lalu Laos dan Myanmar (1997), dan Kamboja (1999).

Kasus Myanmar menjadi kerikil dalam sepatu di ASEAN yang belum bisa diselesaikan secara tuntas. Kasus pembunuhan terhadap etnis Rohingya pada 2017 yang menewaskan sekitar 7.000 etnis muslim Rohingya adalah tindakan ’ethnic cleansing’ atay pembersihan etnis oleh rezim militer Myanmar.

Pemberangusan gerakan demokrasi di bawah Aung San Suu Kyi masih tetap terjadi sampai sekarang. Junta militer Myanmar memenjarakan Suu Kyi dan ribuan aktivis demokrasi dan mengejar ribuan lainnya yang bersembunyi.

Isu hubungan dengan China juga sudah berubah. Dahulu Pak Harto menjaga jarak dari China untuk mengantisipasi pengaruh komunisme ke Indonesia.

Sekarang, Indonesia mempunyai hubungan yang mesra dengan China dan menjadikannya sebagai patron utama perkembangan ekonomi.

Tidak adanya orang kuat sekelas Pak Harto membuat masalah Myanmar berkepanjangan tanpa solusi. Hubungan dengan China juga akan menjadi isu sensitif.

Indonesia tidak bisa menutup mata atas masalah Myanmar. Tanpa stabilitas politik di kawasan ASEAN, roh ASEAN yang dibangun Pak Harto dan kawan-kawan akan hilang.(***)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pandemi Komunis


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
ASEAN   Jokowi   Cak Abror   Soeharto   Pak Harto  

Terpopuler