Jokowi: Pisahkan Politik dan Agama

Jumat, 24 Maret 2017 – 23:20 WIB
Presiden Joko Widodo di Tapanuli Tengah. Foto: Setpres

jpnn.com, TAPANULI TENGAH - Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan keberagaman suku dan budaya yang dimiliki Indonesia sebagai aset negara yang harus dilestarikan.

Ini disampaikannya di Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara yang ada di Kelurahan Pasar Baru Gerigis, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (24/3).

BACA JUGA: Jokowi Terkesan dengan Mahligai Barus

"Saya hanya ingin titip, mumpung di Sumatera Utara, ingatkan semua bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan agama, ras, suku saja ada 714 suku. Negara lain paling satu hingga tiga suku," ujar Presiden Joko Widodo.

Oleh karenanya, presiden meminta seluruh masyarakat selalu menjaga kerukunan.

BACA JUGA: Oohh...Satu Mobil Kepresidenan Masih Dipinjam SBY

Jangan sampai antar suku, antar agama ada pertikaian. Meskipun diakuinya kadang-kadang terjadi gesekan saat pemilihan kepala daerah.

"Inilah yang harus kita hindarkan. Jangan sampai dicampuradukkan antar politik dan agama. Dipisah betul, sehingga rakyat tahu mana yang agama, mana politik," tegas presiden.

BACA JUGA: Mobil Presiden Ternyata Sering Mogok, Mau Beli Baru?

Pada kesempatan itu presiden bercerita bahwa dirinya pernah mendengar jika mumi-mumi yang diawetkan di Mesir menggunakan kapur barus yang berasal dari Barus, Tapanuli Tengah.

"Dan tadi pagi, saya ditunjukkan makam Mahligai yang di situ banyak dimakamkan syekh dari Timur Tengah. Itu menandakan peradaban perdagangan, syiar agama sudah dimulai sejak beratus-ratus tahun yg lalu," ungkapnya.

Untuk itu, dia berharap agar para ulama yang ada di Sumatera Utara terus menyebarkan ajaran agama Islam yang Rahmatan Lil Alamin, sehingga masyarakat Indonesia bisa memandang perbedaan yang ada sebagai sebuah kekuatan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Tanah Air.

Sementara itu Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi mengatakan Barus adalah salah satu kota tertua di Indonesia, dan sudah terkenal di seluruh dunia.

Karena pada abad ke-6 Masehi sudah dikenal dengan hasil hutan berupa kampar dan kemenyan.

Kota ini masih menyimpan segudang misteri yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para ahli-ahli sejarah dan arkeolog baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

"Hal ini dibuktikan dengan makam tua di kompleks pemakaman Mahligai, Barus yang di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriah. Itu menguatkan adanya komunitas muslim di daerah ini pada era itu," ujarnya.

Penelitian terakhir dilakukan oleh tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua - Barus pada 1995-1999 silam.

Penelitian itu terkait Barus kota sejarah tempat masuknya Agama Islam pertama di Indonesia.

Dari hasil penelitian tim itu dikemukakan pada sekitar abad 9-12 Masehi, Kota Barus telah menjadi sebuah perkampungan multietnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, hingga Bengkulu.

"Ini disampaikan atas penemuan terhadap sejumlah benda-benda berkualitas tinggi yang usianya ditaksir sudah ratusan tahun," pungkas Tengku Erry.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Resmikan Pembangkit Listrik MPP 500 MW


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler