Jurnalis Australia yang bekerja untuk stasiun TV Al Jazeera, Peter Greste, tiba di Brisbane Kamis (5/2/2015) dinihari setelah dideportasi dari Mesir. Ia menjalani hukuman penjara 400 hari di Mesir dengan tuduhan membantu Ikhwanul Muslimin yang kini dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Begitu keluar dari pintu kedatangan, Peter tampak banyak tersenyum, dan kepada media yang telah menunggunya ia menyatakan, "Saya sangat bahagia".
BACA JUGA: Obat Lebih Mahal Dianggap Lebih Mujarab
Ia sempat bertemu dengan keluarganya setelah di dalam bandara sebelum keluar di pintu kedatangan.
Peter dideportasi dari Mesir atas perintah Presiden Abdul Fattah Al Sisi, hari Minggu (1/2/2015), sementara dua rekannya kini masih mendekam dalam penjara.
BACA JUGA: Warga Australia Tertuduh Pembunuhan di Filipina Adalah Mantan Napi
"Saya tak sanggup menggambarkan perasaan saya saat ini," tutur Peter. "Saya telah membayangkan hal ini 400 kali selama 400 hari."
"Pembebasan saya ini semua bisa terjadi karena keluarga saya. Mereka sangat luar biasa. Saya tak mampu melakukan apa-apa tanpa mereka," ujar Peter lagi.
BACA JUGA: Tiga Bocah Lakukan Vandalisme Parah, Pemilik Rugi Puluhan Ribu Dolar
"Apa yang saya lakukan adalah duduk di dalam sel, menulis sejumlah surat. Keluarga sayalah yang berperan dalam pembebasan saya," tambahnya.
Namun menurut dia, kegembiraan yang pembebasannya ini dibayangi rasa pahit karena rekannya Mohamad Fahmy dan Bahar Mohamad belum dibebaskan.
"Jika saya bisa dibebaskan, seharusnya mereka juga bisa dibebaskan," katanya.
"Saya kira inilah kesempatan bagi Mesir untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa keadilan seharusnya tidak tergantung pada kewarganegaraan seseorang," tegas Peter.
Ayah dan ibu Peter, Juris dan Lois Greste, menyatakan bertemu kembali dengan anaknya sama rasanya dengan memeluk Peter untuk pertama kalinya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Teknologi Robotika Berperan Besar Merevolusi Pertanian