Demikian juga halnya menurut Boni, soal orang yang kredibel namun tidak ditempatkan di posisi keahliannya
BACA JUGA: KIB II Tak Cerminkan Keterwakilan Daerah
Itu juga menurutnya merupakan bagian dari skenario pencitraan diri SBYBoni menyebut contoh lain, bahwa sebagian dari kader parpol yang dalam Pemilu 2009 gagal menjadi anggota DPR, ternyata justru diminta SBY untuk duduk di kabinet
BACA JUGA: Syekh Puji Dicekal Setahun
"Agung Laksono dan Helmi Faisal itu jelas-jelas tidak memperoleh legitimasi dan kepercayaan masyarakat untuk duduk di DPRBoni pun melihat fenomena ini sebagai pemahaman dari sosok SBY, yang secara sadar memahami betul peta kader-kader potensial dari partai pendukung
BACA JUGA: Wakil Rakyat Diminta Segera Lapor Kekayaan
Karena itu katanya, SBY memilih orang-orang di level kedua atau bahkan di level ketiga dari kader partai koalisiSementara kader-kader terbaik partai yang memiliki kapasitas dan kapabilitas memadai - terutama dari kalangan kawula muda - sengaja diabaikan."Jika kawula muda yang punya kapasitas dan kapabilitas itu yang dipakai SBY, jelas akan mengancam posisi SBY di penghujung tahun 2014 dan pasca amandemen V UUD 45Karena itu, SBY berkepentingan mengajak yang tua-tua, karena 'kaum uzur' ini tidak akan menjadi saingannya nanti," tegas Boni.
Sikap yang sama, masih menurut Boni, agaknya juga diberlakukan terhadap kalangan internal Partai Demokrat dan para pendukung SBY sendiri"Andi Mallarangeng ditempatkan menjadi Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, di mana menurut konstelasi politik institusi Mennegpora itu tidak akan efektif dijadikan sebagai wadah untuk membangun pencitraan Andi Mallarangeng di panggung nasional," tambahnya.
"Demikian juga halnya dengan keputusan SBY mengangkat Djoko Suyanto jadi MenkopolhukamKita bisa belajar dari sosok Widodo AS yang meredup begitu selesai menjabatSulit bagi Djoko untuk menjadi saingannya kelakBegitu juga dengan Hatta Rajasa yang orang teknisJika dia ditempatkan di bidang teknis, tentunya dia akan berkibar jugaNamun dia justru ditempatkan sebagai Menko Perekonomian, di mana dia tak bisa bekerja maksimal," papar Boni pula.
Ditanya soal posisi yang akan diperoleh oleh Ketua Dewan Pakar Tim Sukses SBY-Boediono, yakni Bima Arya Sugiharto, Boni pun memprediksi bahwa Direktur Eksekutif Charta Politika itu tidak akan mendapat posisi apa-apa di pemerintahan"Justru karena kelebihan-kelebihannya itu, Bima tidak akan mendapatkan posisi pentingJika Bima ditempatkan di posisi penting, katakan (sebagai) Jubir Kepresidenan, maka akan berkibar karirnya dan itu yang tidak boleh terjadi," tegasnya lagi.
Fenomena lainnya yang juga diungkit Boni adalah soal dukungan SBY pada orang-orang yang saat ini menjadi pimpinan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara seperti MPR, DPR dan DPD, bahkan terhadap pimpinan Partai Golkar"(Di) MPR, kita tahu Taufiq Kiemas melakukan blunder ketika menjadi Ketua MPRIni diketahui persis oleh SBY dan Taufiq Kiemas pun jadi bulan-bulananDemikian juga dengan Ketua DPD Irman Gusman yang tidak akan bersinar dan biasa-biasa saja," tuturnya.
"(Sedangkan) khusus untuk Golkar, SBY memang lebih mendukung Aburizal Bakrie, yang akan kasak-kusuk dengan tragedi Lapindo-nya," imbuh Boni pula kemudian(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswi Akper Dilarang Berjilbab
Redaktur : Tim Redaksi