Kalau Korban Pelecehan?

Siswa Tak Setuju

Rabu, 29 September 2010 – 06:51 WIB

JAMBI -- Wacana penerapan tes keperawanan pada penerimaan siswa baru (PSB), mulai jenjang SD hingga SMA, ditentang beberapa siswa sekolahIni terungkap dari penelusuran Jambi Independent (grup JPNN) di sejumlah sekolah dalam Kota Jambi, beberapa hari lalu

BACA JUGA: Dibentuk Badan Khusus Tangani Papua

Rizka (16), salah seorang siswi SMKN 1 yang ditemui Jambi Independent kemarin, misalnya
Ketika diinformasikan soal rencana penerapan tes keperawanan pada PSB, dia langsung mempertanyakan banyak hal.

“Bagaimana nasib perempuan yang mengalami pelecehan seksual di masa kecilnya? Kan banyak kita baca di koran, anak-anak di bawah umur yang belum tahu apa-apa itu mengalami pelecehan" Apa mereka nggak boleh sekolah?” kata Rizka, sengit.

Menurut gadis itu, dia memiliki seorang kenalan yang ketika berusia empat tahun mengalami pelecehan seksual

BACA JUGA: Bantu Berantas Teroris, TNI Tunggu Polri-BNPT

Saat diperiksa ke dokter, melengkapi hasil visum untuk menjerat sang pelaku, rekannya itu mengalami luka robek pada kemaluannya, alias tidak perawan lagi
“Apa lantas nanti dia (rekannya, red) tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP?” ujarnya

BACA JUGA: Alter Tunjukkan Alat Kelamin ke Hakim



Terpisah, Aida (18), salah seorang siswi SMAN 1 memberikan pandangan yang berbeda tentang wacana tes keperawanan tersebut“Sebenarnya penerapan tes keperawanan ada sisi positifnyaDengan adanya ketentuan seperti itu, diharapkan anak-anak remaja mampu memproteksi dirinya sendiri saat bergaul dengan lawan jenis, karena mereka masih ingin sekolahTapi itu tidak menjamin karena usia remaja adalah usia yang labil,” kata siswi kelas XII itu, kritis.

Aida menambahkan, jika memang wacana itu nanti memang benar-benar diterapkan, maka kaum perempuan akan sangat dirugikan“Hak mereka mendapatkan pendidikan akan terpasung, ini sudah bermain di arena gender dan bertentangan dengan undang-undangSaya tidak berani membayangkan reaksi dari masyarakat banyak,” sambung Aida.

Lebih lanjut, Aida menyarankan agar wacana tersebut dikaji lebih mendalam“Jangan sampai bertentangan dengan undang-undang,” tandasnya
Icha (12), siswi kelas VIII SMPN 17 berpandangan lainMenurutnya, jika memang wacana tes keperawanan pada PSB disetujui dan diterapkan, akan banyak remaja perempuan yang tidak mengenyam pendidikan

“Urusan perawan tidak perawan tidak bisa dikaitkan dengan bisa sekolah atau tidakSekolah itu wajibPemerintah mewajibkan untuk belajarZaman sekarang, harus pandai-pandai diri sendiri menjaga kehormatan, sebab zaman sekarang internet dimana-mana dan bisa mengakses apapun tanpa batas,” komentarnya.

Icha menilai, daripada memikirkan perawan tidak perawannya remaja putri yang akan masuk sekolah, lebih baik anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi memikirkan tentang bagaimana agar pengaksesan situs prono di internet bisa dibatasiKalau perlu dihentikan“Bisa juga memikirkan undang-undang atau peraturan tentang usaha warnet yang banyak dimanfaatkan oleh remaja untuk mengakses situs-situs bejat,” imbuhnya.

Senada dengan Icha, Sukri (13) menyatakan, jika wacana itu diterapkan, maka akan banyak remaja putri yang tidak bisa menikmati pendidikan“Sudah bukan rahasia lagi, Mbak, zaman sekarang anak-anak remaja putri banyak yang kebablasan bergaulJangankan yang SMA, anak SMP saja sekarang sudah banyak yang “jebol”, saya tidak mengatakan di Jambi, tetapi baca di surat kabar juga,” kata siswa kelas IX itu, blak-blakan.

Terpisah, Bambang Bayu Suseno, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jambi yang pertama kali mengeluarkan wacana tes keperawanan pada PSB itu menjelaskan, pada prinsipnya, tes keperawanan bukan untuk menghambat siswa untuk bersekolah.

Bagi siswa-siswa yang sudah “terlanjur” atau tidak perawan lagi gara-gara situasi tertentu, tetap bisa bersekolahCaranya, dengan menerapkan sistem konseling pada saat tes PSB.  “Kan banyak yang takut ngomong ke orang tuanyaJadi, diadakan lah konseling, siswa bersangkutan bisa bicara ke konseling untuk mendapat pembinaan dan bantuan,” bebernya.

Tim konseling, katanya, nanti bakal melibatkan psikologPsikolog ini lah yang berperan penting untuk membina siswi-siswi yang terlanjur tidak perawan lagi semasa sekolah“Ini baru wacana, masih dibahas lagiKita siap diskusikan masalah ini,” tandasnya.(tya/nas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gayus - Haposan Saling Bantah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler